75. Enjoy The Results

1012 Words
Mendengar perkataan itu, Alvaro pun mendudukkan diri tepat di hadapan Wang Junkai bersama dengan sekretaris pribadinya. Sedangkan Zhou Yuan terlihat berdiri tidak jauh dari sofa dan terus menatap lurus ke depan tanpa berniat mengetahui apa yang tengah mereka ingin bicarakan. Sebenarnya Zhou Yuan mengikuti Alvaro belum lama. Mungkin sejak lelaki itu diberikan jabatan tinggi hingga ia harus dijaga oleh seseorang yang mampu melindunginya dengan baik. Atau lebih tepatnya melindungi Alvaro apa pun yang terjadi. Tidak peduli nyawanya akan hilang begitu saja. Karena perjanjian menjadi bodyguard di Aryasatya Group tidak main-main. Namun, di balik itu semua mereka jelas mendapatkan fasilitas yang sangat layak. Hidup di apartemen mewah dengan banyak sekali fasilitas lainnya, seperti gym, restoran mahal yang sudah ditanggung, dan beberapa keperluan lainnya. Tentu saja hal tersebut bukanlah seberapa bagi Aryasatya Group yang memiliki banyak sekali perusahaan cabang. Bahkan hampir tersebar di seluruh dunia. Akan tetapi, menjadi salah satu perusahaan terbesar di China tidak membuat Kakek Wijaya merasa puas. Ia terus mengembangkan bisnisnya hingga benar-benar merajai semua perusahaan, termasuk di Indonesia. Maka dari itu, lelaki paruh baya yang masih gigih akan mencari kenyamanan bagi anak-cucunya pun mengelola yayasan dengan baik sehingga tidak peduli apa pun rintangan ketika Kakek Wijaya mulai merangkak naik. Hal tersebut mulai mendarah daging bagi Alvaro yang kini semakin gencar untuk mensponsori banyak perusahaan. Tentu ia melakukan hal itu bukanlah semata-mata hanya mencari dukungan saja, melainkan memperluas kekayaan hingga semua perusahaan akan bergantung pda Aryasatya Group. Kemudian, perusahaan yang berbasis di Indonesia itu pun diakui oleh dunia sehingga dapat mengharumkan nama negara tempat kelahiran Alvaro. Meiying yang mendapat anggukkan dari Alvaro pun mengerti. Ia mulai mengeluarkan berkas-berkas kontrak kerja permintaan pemimpin perusahaan tempat dirinya bekerja. Lalu, memperlihatkan kontrak tersebut pada Wang Junkai. “Ini adalah kontrak kerja yang kau minta waktu itu,” ucap Alvaro mengawali pembicaraan mereka. Alis tebal Wang Junkai bertaut bingung, lalu membalas, “Bukankah Presdir Alva sudah menolaknya dengan alasan tidak ingin bekerja sama dengan penerbitan?” “Iya. Aku memang berkata seperti itu,” jawab Alvaro mengangguk singkat. “Sebenarnya pendirianku masih tetap kukuh untuk tidak bekerja sama dengan penerbitan, tapi karena perkataan Ta Shao dan sekretaris pribadiku, akhirnya aku pun memutuskan untuk memberikanmu kesempatan.” Seketika Wang Junkai pun melebarkan senyumannya mendengar perkataan Alvaro yang sama sekali tidak ia tebak. Padahal awalnya ia pikir lelaki itu datang hanya untuk membatalkan kontrak kerja, melainkan Alvaro menawari dirinya sebuah kerja sama. Namun, belum senyuman itu melebar, Alvaro dengan cepat menyela, “Tapi, sebagai gantinya aku mengajukan satu syarat padamu.” “Apa itu? katakanlah! Aku pasti akan menyanggupinya asal penerbitan ini tetap berjalan,” balas Wang Junkai tanpa berpikir lebih lanjut. Alvaro pun tersenyum puas. “Baik. Aku mengajukan syarat agar Erina dilepaskan dari kontrak sepuluh tahun untuk bekerja di perusahaanku.” Gerakan membaca kontrak itu pun terhenti membuat sepasang mata sipit beralaskan kacamata hitam dengan berbentuk bula di bagian pinggirnya menatap Alvaro terkejut sekaligus tidak percaya. “Erina?” gumam Wang Junkai pelan. Sejujurnya ia berat untuk melepaskan salah satu editor terbaik di penerbitan. Akan tetapi, ia juga tidak memiliki pilihan lain. Agar tetap menjalankan penerbitan ini Wang Junkai memang harus merelakan semuanya, termasuk karyawan terbaik sekali pun. Karena menyangkut semua nasib karyawan lain di tangannya. “Apa kau ragu hanya melepaskan satu karyawanmu saja?” tanya Alvaro bernada sinis, lalu mengkode agar Meiying mengambil kontrak kerjanya lagi. Akan tetapi, dengan cepat Wang Junkai langsung mengkode agar lelaki itu menahan titahannya. Ia terlihat berpikir keras dengan bulir keringat yang mulai membasahi dahinya. “Baiklah. Aku akan menyetujui syarat itu, tapi aku minta kau menjaga Erina dengan baik. Karena dia gadis yang sangat pekerja keras,” jawab Wang Junkai dengan nada sedikit tidak rela. Tanpa pikir panjang Alvaro langsung mengangguk mantap, kemudian memberikan kontrak kerja lainnya pada lelaki itu. “Ini adalah perjanjian kau melepaskan Erina sebagai karyawan. Jadi, bila sewaktu-waktu kau menariknya lagi, maka aku akan membawamu ke meja hijau tanpa aba-aba sama sekali.” Wang Junkai terdiam seribu bahasa. Ia ragu melihat isi perjanjian tersebut, tetapi memang harus ada imbalan yang setimpal untuk tetap menjalan apa pun sesuai dengan keinginan. Meskipun itu harus merelakan barang berharga miliknya. “Dan, ini pulpennya,” lanjut Alvaro meletakkan sebuah pulpen berwarna hitam dengan aksen emas di bagian tulisan yang bernama Aryasatya Group. Dengan tangan sedikit gemetar, lalu keringat dingin terus membanjiri keningnya. Wang Junkai pun menorehkan sebuah tanda tangan abstrak di sana membentuk sebuah nama pemilik dari penerbitan yang sekarang dilanda krisis ekonomi. Setelah selesai, Wang Junkai pun memberikannya pada Alvaro. Tentu saja dengan lelaki itu disambung dengan senyuman puas sekaligus bangga melihat Wang Junkai yang sekarang menjadi kolega bisnisnya. “Baik. Surat perjanjian sudah ditanda tangani. Sekarang waktunya kontrak kerja sama,” pungkas Alvaro sembari memberikan perjanjian tersebut pada Meiying agar disimpan dengan baik di arsip perusahaan. Kali ini perasaan Wang Junkai sedikit tenang. Tidak seperti tadi saat dirinya menorehkan tanda tangan perjanjian untuk melepaskan Erina menjadi karyawan Aryasatya Group. Meskipun berat ia memang harus melakukannya. Bahkan bisa dikatakan waktu gadis itu hanya hari ini saja, dan mulai besok sudah berpindah menjadi karyawan tetap di perusahaan pimpinan Alvaro. Setelah selesai menandatangani dua berkas kontrak kerja, Wang Junkai pun bangkit untuk bersalaman secara formal pada Alvaro mengenai kerja sama mereka yang sudah terlaksana hari ini. Tentu saja jabatan tangan itu merupakan awal bagi penerbitan Wang Junkai bekerja dengan santai. Karena setelah ini akan ada seseorang yang membantu lelaki itu bekerja. “Senang bekerja sama denganmu, Presdir Alva,” ucap Wang Junkai serius. “Senang bekerja sama denganmu juga, Bos Wang,” balas Alvaro tersenyum singkat, lalu melepaskan jabatan tangannya. “Oh ya, nanti akan ada akuntan baru untuk membantumu bekerja sekaligus mengawasi keuangan. Jadi, kau harus bersiap menyediakan tempat untuknya. Karena akuntan ini didatangkan langsung oleh perusahaan Kakakku.” “Siap, Presdir Alva! Akan aku infokan pada akuntan lama untuk menyiapkan segala berkas yang akan dipelajari oleh akuntan rekrutanmu,” kata Wang Junkai menyetujui ucapan Alvaro. “Tidak. Aku akan mengganti semua kinerjamu yang terkesan kuno itu. Kau hanya duduk diam dan menikmati hasilnya saja,” sanggah Alvaro membuat Wang Junkai mau tidak mau harus mengangguk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD