01. Desa Northill

1111 Words
    Katniss Groover selalu tersenyum setiap kali berpapasan dengan penduduk Desa Northill yang dengan sukacita menyapa gadis bersurai hitam itu. Keramahan dan kesopanan Katniss kepada siapapun membuat dirinya dianggap sebagai bunga desa.      Tidak jarang juga terdapat hampir seluruh wanita paruh baya hendak menjodohkan gadis itu dengan putra mereka, namun sampai saat ini tidak ada yang memiliki kecocokan dengan Katniss. Bahkan putra tampan yang merupakan seorang anak dari kepala desa sekalipun tidak mampu memikat hatinya.     "Katniss," panggil Cleo, untuk kesekian kalinya.     Katniss termangu. Kepalanya menoleh pada Cleo yang sedang menatapnya jengkel. Gadis bermata besar itu bersedekap. Decakan dari bibirnya terdengar, kemudian dia berkata, "Aku sudah memanggilmu ratusan kali, tahu!"     Katniss tergelak, "Kau berlebihan sekali."     Cleo Wormwood, satu-satunya kawan yang ia punya di desa kecil ini. Dia tidak memandang Katniss seperti mereka yang selalu memandangnya penuh takjub, seolah-olah mereka sedang berbicara dengan seorang dewi yang baru turun dari dunia kahyangan dan harus dipuja.     Bahkan Katniss menjuluki Cleo sebagai gadis menjengkelkan sepanjang masa.     "Sebenarnya apa yang sedang kaupikirkan, sih?" tanya Cleo, menatapnya penuh intimidasi. "Merasa bersalah karena mengutarakan penolakan lagi?"     Katniss menelengkan wajah dan tersenyum kikuk, "Semacam itu."     "Oh ayolah, kau sudah berbakat di bidang seperti ini." Cleo mendelik, "Seharusnya kau terbiasa."     Raut wajah Katniss berubah masam, namun tetap tidak menghilangkan kecantikan yang melekat di raganya. Merasa tahu akan jawaban sang kawan, Cleo tertawa dan menepuk bahu Katniss beberapa kali. "Well, untuk pertama kalinya, aku bersyukur dengan wajah biasaku ini. Orang bilang, cantik itu relatif. Namun faktanya, semua orang di sini menganggapmu cantik dan hendak menjadikanmu milik mereka bertubi-tubi," balasnya.     Katniss meralat, "Tidak semua. Khaleesi dan antek-anteknya, misalnya."     "Mereka punya selera yang bodoh." Cleo tidak ingin kalah, "aku saja yang normal cukup terpukau dengan kecantikanmu."     "Yang benar saja," kekeh Katniss.     Percakapan mereka berhenti di saat keduanya sampai di tempat yang mereka tuju. Sebuah rumah kayu berukuran sedang berada di balik gerbang besar yang tertutup segera menarik perhatian keduanya. Katniss dan Cleo memanggil seorang penjaga untuk mengizinkan mereka masuk.     Penjaga itu langsung mengangguk tanpa banyak tanya. Beberapa detik setelahnya, pintu telah dibuka dan mereka dipersilakan untuk masuk ke dalam pekarangan rumah kayu tersebut. Katniss dan Cleo bergantian untuk membawa tembikar yang berisikan belasan apel untuk diberikan kepada sang tuan rumah, yakni kepala desa mereka.     Seorang pemuda jangkung menyambut kedatangan mereka dengan wajah berseri-seri. Pemuda dengan nama Samuel Arlos menghampiri Katniss untuk mengambil alih tembikar yang dibawa oleh Katniss. Gadis itu berterimakasih dan menoleh ke arah Cleo yang tampak mendelik kesal.     "Apa kau sudah memiliki jawaban, Katy?" tanya Samuel, menggantikan nama depan Katniss dengan aksen bicaranya yang khas.     "Ya. Bisakah kau membawaku kepada kepala desa? Aku ingin menjawabnya di depan beliau."     Samuel masih tersenyum dan meletakkan tembikar itu di sudut pekarangan, lalu dengan jantan mengantarkan mereka kepada sang ayah. Dalam hati, dia telah berteriak-teriak kegirangan dan merencanakan pernikahannya dengan sang bunga desa.     Katniss dan Cleo duduk berhadapan dengan Samuel dan kepala desa. Cleo melirik ke arah Katniss dengan iba saat merasakan pergerakan risau dari arah gadis itu. Katniss akhirnya mulai mengawali percakapan dengan beberapa kalimat basa-basi, sementara kedua sosok di hadapan mereka mendengar dengan serius sekaligus tidak sabar.     "Samuel memang pemuda tampan," alibinya. "Dan aku cukup menyukainya."     Kepala desa yang berjanggut putih itu mengangguk bangga. "Jadi, apa kau menerima lamaran dari putraku?" tanyanya, tidak ingin mendengar lebih lama.     Katniss mendesah berat, berusaha untuk mengumpulkan seluruh kesiapannya. Setelah merangkai kata semalaman penuh, akhirnya kalimat itu terlontarkan dengan lancar dari bibir mungilnya, "Maaf sekali, aku belum menemukan kecocokan di antara kami. Jadi, aku masih belum bisa menerimanya."      Baik kepala desa maupun Samuel menampilkan raut wajah kecewa mereka. Samuel langsung berdiri dan berkata, "Kita punya banyak kesamaan, Katy. Kita sama-sama suka berkebun, anak kecil, dan bahkan membantu orang dewasa. Selain itu, kita juga punya banyak penggemar di depan sana. Dan mungkin juga kita dapat memenangkan acara paling bergengsi saat karnaval nanti sebagai pasangan kekasih."     Katniss tersenyum, "Semua itu belum cukup. Aku butuh lebih."     "Aku bisa membelikanmu rumah atau bahkan kita bisa mengelilingi dunia berdua. Apa lagi yang kaubutuhkan? Aku punya semua yang kau mau." Samuel masih tetap bersikeras, namun Katniss hanya tersenyum tanpa merespon lebih, "Aku akan memberikanmu waktu untuk berpikir kembali sebelum karnaval tiba. Aku harap kau berubah pikiran."     Samuel berbalik dan pergi ke dalam kamarnya untuk menenangkan pikiran, menjejakkan rasa bersalah dari gadis yang ditaksirnya sejak dulu.     Katniss beralih pandang ke arah kepala desa yang telihat maklum dengan ucapan putranya. "Jangan hiraukan dia. Sejak kecil, apapun yang dia inginkan pasti akan terpenuhi, sehingga kebiasaannya sudah terbawa sampai sekarang. Kau memiliki pilihan dan kau berhak menentukan pilihan itu sendiri. Tetapi, bisakah aku meminta satu hal padamu?"     Katniss tersenyum sopan, "Terimakasih atas pengertiannya. Tentu saja, apakah itu?"     "Biarkan Samuel berpasangan denganmu saat karnaval nanti." *     Setiap tahun, Desa Northill akan menyelenggarakan sebuah karnaval untuk merayakan kelahiran desa kecil tersebut di musim semi. Tidak ada yang tidak tertarik dengan karnaval semacam ini. Sebagian dari mereka bahkan ada yang berpartisipasi dalam acara yang akan diselenggarakan pada karnaval.     Akibat permintaan sang kepala desa untuk berpasangan dengan Samuel di sepanjang karnaval, Katniss merasa enggan untuk pergi ke karnaval. Dia bahkan sampai sekarang masih bergelayutan dengan selimut, mengabaikan teriakan dari Cleo yang membuat telinganya panas.     "Kau berisik sekali," umpat Katniss, menarik kembali selimut yang sedang ditarik oleh Cleo sedetik yang lalu.     "Bangun, bodoh! Kau pikir sekarang baru jam berapa, huh?"     Setelah mengalami perdebatan kecil dengan kawannya, Katniss akhirnya menyerah dan bangun. Dia mengumpulkan seluruh nyawanya terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam toilet untuk membersihkan diri. Cleo hanya bisa menggeleng beberapa kali. Kupikir mereka yang menaksir Katniss akan ogah jika tahu faktanya, batinnya.     Setelah beberapa menit, Katniss akhirnya keluar dengan sebuah gaun putih selutut yang melekat di tubuhnya. Gaun itu tidak diberikan perhiasan apapun, sehingga kesederhanaan gaun tersebut benar-benar nyata terlihat. Namun itu sama sekali tidak melunturkan kecantikannya.     Cleo sendiri mengenakan gaun yang tidak jauh berbeda dengan Katniss, hanya saja dia tidak terlalu suka dengan caranya berpakaian. Tidak sesuai dengan sifatnya sama sekali. Sejenak dia menyesal karena telah meminta Katniss untuk memilihkan gaun untuk mereka. Keduanya memang punya selera yang beda.     "Aku terlalu malas untuk pergi dengannya," ungkap Katniss, seraya menyisir rambut hitamnya yang terurai sampai ke pinggang.     "Oleh karena itu, aku mengajakmu untuk pergi dahulu agar kau dapat menghindar dari Samuel. Dia sudah pasti akan kemari, bukan?"     Katniss mengangguk, "Benar juga."     Cleo meletakkan pelembab bibirnya di atas meja rias, lalu berbalik untuk menghadap Katniss. "Lalu, kautunggu apa lagi? Cepat, sebelum dia sampai!" titahnya.     Keduanya segera turun ke lantai bawah dan mengikat tali sepatu mereka. Cleo keluar terlebih dahulu dari rumah Katniss untuk memastikan Samuel belum tiba di rumahnya.     Setelah merasa tidak ada tanda-tanda kehadiran putra kepala desa itu, Cleo menyembulkan kepalanya dan mengisyaratkan Katniss untuk keluar secepatnya.     Dari kejauhan, seorang pemuda sedang melajukan sepedanya dengan kecepatan normal. Wajahnya selalu berseri-seri dan tentu mereka langsung mengenali orang yang sedang ingin Katniss hindari itu ternyata telah tiba. Cleo dan Katniss segera bersembunyi di balik tiang, menunggu pemuda itu pergi dari rumah Katniss.     "Katy-ku, pangeran tampanmu telah tiba! Cepat bukalah pintumu, sayang."[]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD