Salah Kamar

1248 Words
"Apa ini kamarnya ya, tapi nomor di kartu akses ini sudah benar?" Seorang wanita bernama Viona masih melihat nomor kamar yang tertera di depan pintu. "Ya sudah aku masuk saja seperti kata mami tadi." Viona pun langsung menempelkan kartu akses yang ada di tangannya dan seketika pintu pun terbuka. Viona yang memiliki postur tinggi semampai dan berwajah cantik serta kulit putih itu langsung masuk. Dia melihat ruangan yang luas dan mewah, dia pun berjalan menuju ke dalam ruangan di mana tempat tidur berada. "Besar banget … kamar ini lebih besar dari rumahku di kampung. Eh apa itu orangnya?" tanya Viona saat melihat seorang pria terbaring di atas tempat tidur. Dengan gaya lenggak-lenggok yang terlihat sensual, Viona mendekati tempat tidur di mana seorang pria tampan sedang terbaring dengan mata terpejam. Viona menatap heran sambil mengernyitkan keningnya. Pria itu tidak menyambutnya, padahal kata mami tempat dia bekerja, pria yang memesannya sudah sangat menanti kedatangannya. "Apa aku terlalu lama datangnya sampai dia tertidur? Sudahlah biarkan saja, aku akan langsung melayaninya saja agar pekerjaanku cepat selesai." Viona bicara sendiri dan mulai melucuti pakaiannya, dia pun merangkak naik ke atas tubuh pria itu. Dengan liar, Viona langsung mencium bibir si pria yang langsung terjaga dan sangat terkejut akan aksi tiba-tiba yang dilakukan Viona. Aroma alkohol menyeruak, ternyata pria itu sudah mabuk makanya tertidur pikir Viona. Si pria hendak mendorong tubuh Viona, tapi Viona malah semakin menjadi, bibirnya kini sudah beralih menciumi leher pria itu. "Bagaimana, Tuan? Apa kau merasa geli?" Viona berbisik di telinga pria itu, memulai permainan dengan cukup agresif. Merasakan serangan seperti itu, sebagai pria normal tentu saja hasrat pria itu seketika naik. Tangannya kini langsung meremas punggung Viona karena menahan gejolak hasrat yang dengan cepat menguasai dirinya. Sementara itu, Viona kembali naik dan dengan lembut menyentuh bibir pria yang begitu saja ikut dengan permainan Viona. Cukup lama mereka saling balas melumat, bahkan tangan pria itu sudah mulai bergerilya meremas bagian d**a Viona yang padat berisi. Saat Viona duduk di atas pria itu dan berniat membuka bra-nya, si pria tampak membuka matanya. Seketika kedua matanya terbelalak dan sontak dia mendorong tubuh Viona hingga membuat wanita itu terjatuh ke samping. Namun, tetap di atas tempat tidur. "Siapa kamu? Ngapain di kamarku? Sana pergi!" bentak pria itu yang mengira jika wanita yang tadi disentuhnya adalah Tamara, istrinya. Kini pria itu langsung berdiri, menatap Viona dengan penuh amarah. "Kamu tanya siapa aku? Bukankah kamu yang menyewaku, sekarang kamu pura-pura pikun. Jangan-jangan kamu tidak punya uang untuk membayarku," tuding Viona menatap pria itu tak kalah sinis. "Menyewamu? Aku tidak pernah menyewa siapa pun, sana pergi dari kamar ini atau aku panggil petugas keamanan hotel!" tukas pria dengan tatapan tajam. "Apa-apaan ini, jelas-jelas mami bilang kamu menyewaku. Bahkan aku langsung diberikan kartu akses kamar ini oleh petugas hotel, bisa-bisanya kamu bilang tidak menyewaku. Kamu bisa menyewa kamar sebesar ini, tapi tidak sanggup membayarku," sungut Viona langsung turun dari tempat tidur dan memasang kembali bra yang tadi dilepasnya dan memunguti semua pakaiannya untuk dipakai kembali. Tiba-tiba pria bernama Bayu itu teringat akan perkataan sang ayah saat hampir saja mengusir Viona dengan lebih kasar. "Kamu harus punya anak! Kalau kalian tidak bisa memberikan pewaris untuk keluarga Pramana dalam waktu setahun. Maka Papa pastikan semua warisan akan Papa berikan pada Bintang! Kamu tidak bisa mengharapkan istri kamu karena dia sudah tidak bisa memberikan kamu keturunan, mau bagaimanapun kamu harus menikah lagi." Ya, perkataan itulah yang membuatnya berakhir di kamar hotel ini. Bayu butuh waktu untuk menenangkan diri setelah bersitegang dengan sang ayah dan di luar dugaannya, ternyata pria itu malah bertemu dengan Viona. Takdir seolah mempermudah dirinya lepas dari masalah, terlebih saat sebuah ide terbesit dalam pikirannya. Mau bagaimanapun, dia harus memiliki keturunan agar semua hak warisnya tidak dipindahtangankan. "Tunggu!" seru Bayu saat Viona nyaris saja keluar setelah selesai berpakaian kembali. "Apalagi?! Oh kamu mau memberikan uang ganti rugi, boleh kalau begitu atau kamu berubah pikiran dan ingat sudah meminta seseorang wanita untuk melayanimu malam ini dari mami Rose," sahut Viona sambil berjalan kembali mendekati Bayu. "Sembarangan! Aku tetap pada pendirianku kalau aku memang tidak pernah menyewa wanita mana pun, tapi …." "Tapi apa?" Walaupun sempat merasa ragu. Namun, Bayu sama sekali tak punya pilihan lain untuk mengatakannya, "Aku punya tawaran untukmu, ayo ikut aku!" Bayu langsung menarik tangan Viona dan mengajaknya duduk di sebuah sofa yang memang tersedia di kamar itu. "Tawaran? Tawaran apa maksudnya?" tanya Viona bingung, tapi tetap mengikuti langkah Bayu hingga keduanya duduk. Meskipun kesal, Viona tetap menurut saja. Toh tidak ada ruginya mengikuti Bayu, Viona berharap jika pria itu berubah pikiran atau dia memberikannya tawaran yang menguntungkan agar malam ini tidak sia-sia untuknya dan dia tetap mendapatkan uang. "Cepat katakan, apa tawaranmu?" Viona menatap Bayu yang terlihat sedang menarik napas panjang. "Kenapa seperti sulit sekali mengatakannya?" batin Viona merasa heran melihat ekspresi wajah Bayu. "Perkenalkan namaku, Bayu Angkasa Pramana. Pasti bukan nama itu yang menyewamu, kan? Karena memang aku tidak menyewa wanita mana pun, tapi sepertinya aku tahu pekerjaanmu. Maka dari itu, aku mau menawarkan sesuatu padamu, aku akan memberikan bayaran yang besar untuk kamu." Bayu mulai mengutarakan maksudnya, meskipun masih tidak menjelaskan dengan detail hingga membuat Viona semakin kebingungan. "Sepertinya memang bukan, kalau tidak salah namanya Bram. Memangnya tawaran apa yang mau kamu berikan untukku?" tanya Viona penasaran. "Lahirkan anak untukku dan aku akan membayarmu berapa pun yang kamu mau," jawab Bayu dengan cepat setelah meyakinkan hati bahwa ini satu-satunya cara demi menyelamatkan dirinya dari ancaman sang ayah. "Gila, kamu pikir melahirkan anak itu mudah. Tidak-tidak, aku saja selama ini selalu mengkonsumsi pil anti hamil. Eh sekarang malah disuruh produksi anak, dikira aku pabrik pembuatan anak. Tidak-tidak, aku tidak mau." Viona langsung menolak, karena memang dia tidak pernah sekali pun berpikir untuk melahirkan seorang anak apalagi usianya baru 23 tahun. "Aku akan membayar mahal untuk itu, kamu bisa berhenti selamanya dengan pekerjaan hina ini. Apa itu tidak menguntungkan buatmu, kecuali kamu memang menikmati pekerjaan menjual dirimu itu." "Eh, jaga bicaramu. Wanita mana yang mau menjual diri kalau tidak terpaksa, tapi bukan berarti aku harus menjadi mesin pembuat anak juga. Belum lagi sehabis melahirkan pasti fisik berubah, memangnya semahal apa kamu sanggup membayarku. Sampai berani memintaku seperti itu!" tukas Viona sewot. "Berapa yang kamu minta, satu miliar atau dua miliar? Aku akan berikan padamu, kamu bisa bayangkan membeli dan melakukan apa dengan uang sebanyak itu." "Satu atau dua miliar. Kamu pikir karena aku orang susah, jadi uang segitu banyak? Apa kamu ini pria pelit, apa menurutmu itu bayaran yang sesuai untuk melahirkan anak. Kamu pikir aku sebodoh itu," ucap Viona tertawa meledek. Bayu terdiam, tidak menyangka jika wanita di hadapannya ternyata cukup cerdas. Dia pikir mendengar uang sebanyak itu, bisa membuat orang lain tergiur mendengarnya dan siap melakukan apa saja. Tapi nyatanya dia salah besar, wanita di depannya tahu jika untuk memberikan anak uang itu tidak ada nilainya. "Baiklah, mungkin menurutmu itu jumlah yang kecil. Meskipun menjual diri seumur hidup belum tentu kamu akan mendapatkan uang segitu, terus kamu mau berapa?" tanya Bayu sedikit meledek. "Setidaknya aku masih punya kebebasan karena aku sudah tau apa yang terjadi jika aku menerima tawaranmu. Aku pasti akan terikat, tidak boleh ini dan itu. Harus begini juga begitu, belum lagi setelah melahirkan pasti fisikku tidak akan sekuat sekarang. Jadi, wajar aku meminta bayaran yang lebih tinggi," sahut Viona menjabarkan alasannya. "Baiklah, jadi berapa yang kamu minta? Jika masih masuk akal, maka akan aku penuhi. Tapi jika diluar logika, maaf aku akan cari perempuan lain. Perempuan baik-baik yang tidak hanya memikirkan uang," ucap Bayu yang membuat Viona sampai terbahak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD