1

466 Words
Bab 1 'Bahagia? Bagaimana bisa? Jika kau terus menyakiti.' Hari ini adalah hari pertama belajar mengajar berlangsung setelah libur panjang. Dan hari ini juga hari pertama bagi Sasi menempuh kehidupan yang baru, dimana hari ini ia pertama kali memasuki bangku SMA. Hari ini seperti neraka bagi kelas 10 karena hari ini hari pertama MOS dan bagi peserta didik baru harus menuruti apa yang dikatakan oleh seniornya, tak terkecuali Sasi. "Sasi, perlengkapan MOS nya udah lengkap belum?" Jerit Santi -bunda Sasi yang super duper cerewet-. "Udah semua kok Bun" jawab Sasi sembari memakan roti tawar yang telah disiapkan Santi. "Kamu diantar kak Rian ya, soalnya Bunda takut kamu nyasar" saran Santi. Hari ini pertama bagi Sasi berada di ibu kota, ia baru pindah dari Bandung bersama keluarganya. Dan berarti ia tak mempunyai teman di Jakarta, namun ia berharap ia akan mendapatkan teman di sekolah barunya. "Tapi Bun, kak Rian kan belum bangun. Lagian Dasi bisa berangkat sendiri, Sasi kan udah gede!" ucap Sasi sedikit sebal. Bundanya itu memang selalu mengatur-ngatur, sedikit menyebalkan namun lebih banyak saling sayang. "Gak boleh berangkat sendiri! Harus di antar Kak Rian sama cepet bangunin kakak kamu, kalo kamu gak mau terlambat" kata Santi lalu beranjak meninggalkan putrinya yang tengah merajuk. "Nyebelin banget sih" umpat Sasi melangkah berat menuju kamar kakaknya yang dari dulu memiliki sifat kebo-Susah bangun. "Kak Rian, woy kak, bangun elah" jerit Sasi menggedor-gedor pintu kamar yang bertuliskan-Rian ganteng-. Lebay memang namun didepan kamarnya juga tertulis -Sasi cantik-. "Kak, iissst, gue masuk ya kak" tanpa menunggu jawaban Sasi memasuki kamar kakaknya yang berbau maskulin itu. "Heh, kak. Cepetan bangun gue gak mau terlat MOS" jerit Sasi tepat ditelinga kakaknya. "Iya, gue bangun nih" erang Rian masih memejamkan matanya. "Cepetan elah" sebal Sasi memukul-mukul kakaknya menggunakan bantal guling. "Sepuluh menit lagi gue bangun" kata Rian menutupi dirinya menggunakan selimut tebal membuat Sasuke semakin murka. "Sepuluh menit lagi gue bakalan terlambat b**o" ketus Sasi menarik selimut yang menutupi tubuh kakaknya. "Ck, nanti adikku sayang, gue lagi ngantuk" celoteh Rian membalikan badannya memunggungi adiknya yang super duper cerewet. "Elo mau bangun atau gue siram lo pake air panas" ancam Sasi naik darah, dan tak disangka Rian langsung lari kearah kamar mandi, Sasi hanya cengengesan melihat tingkah kakaknya yang lucu. **** "Bunda,,Sas-" jerit Sasi belum menyelesaikannya, namun mulutnya sudah dibekap oleh Rian dari belakang. "Berisik" cetus Rian melepaskan bekapannya, lalu berjalan mendahului Sasi "Tangan lo bau ogep" kata Sasi menendang b****g Rian hingga tersungkur. "Huwahahahaha" tawa Sasi menggelegar. "Adek durhaka" umpat Rian mengelus-elus bokongnya. "Loh, Sasi belum berangkat? Ini kan udah jam tujuh lewat sayang" kata Santi mengkerut kan keningnya. "Mampus, elo sih kak" umpat Sasi langsung menarik kakaknya menuju garansi. Sesampainya di garasi, Sasi tak langsung masuk ke mobil, melainkan bersalaman dahulu ke bundanya. "Bunda Sasi berangkat ya, Assalamualaikum" pamit Sasi langsung masuk ke mobil. "Wa'alaikummussalam, itu apelnya ada di tas ya sayang" ujar Santi. Sasi hanya menjawabnya dengan anggukan lalu memasuki mobil milik kakaknya. Santi tersenyum sembari melihat kepergian kedua anaknya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD