Barra Company

1006 Words
Untuk seorang pegawai normal, pukul empat sore adalah waktu berakhirnya jam kerja. Tapi tidak untuk suami Elleanor. Gadis itu kaget melihat Jordiaz telah rapi dalam setelan jas. Saat ini lelaki itu tengah memasang dasi di depan cermin. Elleanor sebenarnya masih belum mengerti. Tapi otaknya menyimpulkan bahwa mungkin saja Jordiaz akan berangkat bekerja. Entahlah apa pekerjaannya—yang jelas bukan PNS. Namun Elleanor tetap bersyukur. Baguslah jika ternyata Jordiaz punya pekerjaan, bukan seorang pengangguran. Kira-kira apa pekerjaannya? Kenapa sudah sore baru mau berangkat? "Mau ke mana?" tanya Elleanor. Gadis itu merengut karena sang suami tak mengacuhkannya. Jordiaz masih sibuk membuat simpul dasi. Elleanor mengelus dadanya sendiri. Menarik napas, kemudian mengembuskan dengan kencang. 'Sabar, Elle ... sabar!' "Lihat ini!" seru Jordiaz tanpa menatap Elleanor. Tangannya dengan lihai memutar untaian dasi mengikuti simpul yang sudah ia buat. "Lain kali kamu yang harus masangin!" "Lihat sekali doang, mana mungkin langsung bisa?" protes Elleanor. "Memang harus langsung bisa!" tegas Jordiaz. Ingin rasanya Elleanor melempar vas bunga dari atas meja ke kepala Jordiaz sekarang juga saking kesalnya. Belum berhenti rasa kesal Elleanor, Jordiaz tiba-tiba menyerahkan sebuah tas hitam padanya. Tanpa berkata apapun, Jordiaz berjalan mendahului keluar dari kamar. Tak apa-apa. Sungguh, Elleanor tak keberatan membawakan barang-barang suaminya. Tapi apa susahnya, mengatakan minta tolong? Ia punya mulut, ia tidak bisu, dan bisa bicara dengan normal. Sampai di bawah, Elleanor melihat dua buah mobil terparkir di halaman. Keduanya bukan Fortuner yang dipakai Jordiaz ke desa. Keduanya kelihatan sangat mewah, seperti mobil para artis yang diperlihatkan dalam acara infotainment. Dua mobil itu berwarna abu-abu, hanya saja body-nya berbeda. Elleanor akhirnya bisa membaca nama dagang dua mobil itu ketika sampai teras. Range Rover dan Porsche Macan. Elleanor mendelik tak percaya. Ia pikir di Indonesia, hanya Syahrini dan Rafi Ahmad saja yang punya mobil mewah macam itu. Elleanor tak tahu harganya secara pasti. Tapi kata pembawa acara infotainment, harganya mencapai miliaran. Luar biasa! Mata Elleanor semakin membelalak lebar ketika pandangannya tak sengaja menyapu garasi di samping rumah. Sebelumnya ia selalu melihat garasi itu dalam keadaan tertutup. Akhirnya sekarang ia memiliki kesempatan untuk melihatnya dalam keadaan terbuka. Di sana berjejer belasan mobil lain yang tak kalah mewah dari dua mobil di depan. Mobil Fortuner yang digunakan oleh Jordiaz ke desa, terlihat paling kasihan di ujung sana. Mereka benar-benar kaya raya. Tapi bukankah ini aneh? Zakaria, sang Ayah Mertua, bisa dikatakan sebagai kepala rumah tangga tersantai di dunia. Sejauh yang Elleanor tahu, kerjaannya hanya bermain dengan koleksi burung-burung parkitnya di halaman belakang. Sedangkan Amanda, ia pun menikmati seluruh waktunya di rumah. Elleanor tadi sempat melihatnya di ruang tengah, sedang melakukan senam Yoga. Jordiaz baru akan berangkat kerja sekarang, setelah sebelumnya juga hanya berkutat di rumah selama 24/7. Dan Zaldi ... ia pun sama. Bahkan bisa dibilang ruang geraknya jauh lebih terbatas. Kerjaannya hanya main bersama Suzy di kamarnya. Jadi, bagaimana bisa mereka memiliki rumah semewah ini, dan juga mobil-mobil dengan harga yang sangat mahal? Jordiaz menghampiri Elleanor untuk mengambil tas. Lelaki itu memberikan kecupan singkat di kening Elleanor. Pipi gadis itu seketika memanas. Jordiaz memasuki mobil Range Rover, deru mesinnya begitu mulus. Perlahan mobil itu mulai bergerak keluar dari pekarangan rumah. Oh, sepertinya Elleanor sudah salah menduga tentang Zaldi. Ternyata Zaldi tak hanya melulu bermain dengan Suzy di kamarnya. Laki-laki itu sekarang sedang berjalan menuruni tangga. Penampilannya sebelas dua belas dengan Jordiaz. Memakai setelah jas, dan juga tas tenteng warna hitam. Seperti biasa, Zaldi tetaplah Zaldi yang acuh tak acuh. Ia tak menyapa Elleanor sama sekali, meskipun baru saja berjalan melewati sang kakak ipar. Elleanor bisa mencium wangi parfumnya yang menenangkan. Berbeda dengan wangi parfum Jordiaz yang maskulin. Zaldi masuk ke dalam Porsche Macan. Tak perlu waktu lama hingga mobil itu melesat, menyusul Range Rover yang sudah lebih dulu pergi. *** Jordiaz beralibi bahwa ia tak pernah berbohong tentang pekerjaannya. Ia tak pernah bilang bahwa ia adalah seorang PNS. Orang-orang desa menyimpulkannya sendiri. Hanya karena melihatnya memakai seragam PNS, belum tentu jika pekerjaannya adalah seorang PNS. Tapi kan tetap saja. Jika tidak ingin orang-orang membuat kesimpulan seperti itu, untuk apa ia memakai seragam PNS segala? Untuk memperkuat kesan pada orang-orang desa, bahwa ia adalah seorang PNS, ia sengaja menggunakan mobil Fortuner-nya. Karena kebanyakan orang-orang desa menganggap Fortuner adalah mobil paling bagus sedunia, yang biasa dimiliki oleh para PNS. Ia benar-benar niat menjalankan kebohongannya sampai setotal itu. Padahal kenyataannya mobil itu sama sekali bukan gaya Jordiaz. Di rumah, ia punya banyak mobil lain yang harganya puluhan kali lipat lebih mahal. Yang membuat Elleanor lebih kesal adalah, Jordiaz juga berbohong pada seluruh anggota keluarga tentang identitasnya. Jordiaz mengatakan pada mereka, bahwa Elleanor adalah keturunan Jawa-Australia yang selama ini tinggal di Adelaide. Elleanor tinggal di asrama selama berkuliah di Universitas Queensland, hingga akhirnya lulus tahun ini. Dan lebih parahnya lagi, Elleanor yang Jordiaz perkenalkan pada kelarganya, adalah wanita yang sudah berusia 26 tahun, bukannya gadis belia 16 tahun. Pantas saja Jordiaz getol sekali mendadani Elleanor sedemikian rupa, supaya penampilannya terlihat dewasa. Elleanor curiga, jangan-jangan Jordiaz juga berbohong tentang umurnya sendiri. Meskipun Jordiaz menyangkal, Elleanor tetap tak percaya. Mengingat banyaknya kebohongan yang sudah ia lakukan. Berhubung Jordiaz sedang pergi, maka sekarang adalah saat yang tepat. Elleanor harus mencarri bukti bahwa lelaki itu tidak berbohong pula tentang umurnya sendiri. "Mak Kar!" Elleanor memeluk lengan sang Asisten dengan manja. Mak Kar tersenyum sembari tetap fokus memeriksa jumlah persediaan bahan makanan di kulkas. "Ada apa, Non?" "Aku boleh lihat foto-foto Mas Jordi waktu masih kecil nggak?" Mak Kar mengerling nakal pada Elleanor. "Ciye ... yang kepo sama foto jadul suami." "Hehe, habisnya sekarang orangnya ngeselin banget gitu. Mukanya datar macem triplek. Kalo lagi ngomong sama dia, berasa ngomong sama patung. Penasaran aja, apa dari kecil dia emang udah begitu?" Mak Kar tertawa keras mendengarnya. "Baik, Non." Mak Kar menutup kulkas dua pintu di hadapannya. "Ayo ikut saya!" Mak Kar mengajak Elleanor menuju ke sebuah ruangan yang bersebelahan dengan dapur. Ruangan ini diisi dengan jajaran almari dan rak di sekelilinya. Serta ada satu set sofa di tengah-tengahnya. "Ini, Non. Ayo duduk!" seru Mak Kar setelah mengambil sebuah kotak besar dari salah satu rak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD