10. Gherardo Tersangkut Ranting Pohon

1016 Words
Akira seperti kebingungan, tempat yang awalnya seindah taman asri kini menjadi gelap tanpa adanya sedikitpun cahaya lampu. "Mimpi apa ini? Mimpi menyeramkan. Aku ingin kembali dan mengakhiri meditasiku," kakinya pun melangkah tanpa arah, ia harus segera kembali ke dalam raganya. *** Sedangkan di tempat lain, istana di huni oleh para Vampir Rodger merasa curiga dengan Gherardo. Masalahnya Vampir tertua itu tidak merasa lapar seharian ini. "Hai kau Gherardo! Makanan apa yang kemarin kau makan?" Rodger bertanya seperti mengintrogasi Gherardo sebagai tersangka saja. Gherardo kebingungan mencari jawaban yang tepat, haruskah ia jujur pada Rodger? "Aku-" berpikir sejenak merangkai kalimat. "Kemarin, mangsaku memiliki darah bagus. Jadi aku menghisapnya hingga habis, maka dari itu sampai saat ini aku masih terasa kenyang," ada kegugupan sedikit di setiap jawaban Gherardo. "Mangsa?" Rodger sedikit heran mendengar jawaban tidak pasti dari Gherardo. Mata Rodger memindai mencari sebuah kebohongan yang tersimpan dari tatapan gelisah Gherardo. "Memangnya kenapa? Apa kau juga ingin kenyang sepertiku?" justru Gherardo bertanya balik agar Rodger tidak terlalu mengintimidasinya. Tanpa ragu Rodger mengangguk dan lantangnya mengatakan. "YA! KAU PELIT! TIDAK BERBAGI!" amarahnya sudah di ambang batas, Gherardo keterlaluan mengabaikan nasib para Vampir lain yang selama ini jarang mendapatkan mangsa darah suci. Gherardo seketika tidak terima jika di perhitungkan. "Kau sendiri pernah memangsa seekor rusa di tengah hutan. Bahkan rusa-rusa itu jumlahnya tidak hanya satu, melainkan sebanyak 7 ekor rusa. Jadi siapa disini yang pelit dan tidak mau berbagi?" perkataan Gherardo terlalu tajam, amarahnya berobar panas melebihi api. Rodger terdiam, ia tak bisa berkata-kata. 'Bagaimana Gherardo bisa tau? Padahal aku sudah pergi ke tempat sepi tidak ada seorang pun disana,' batinnya sedikit gelisah, ketika tertangkap basah seperti menjadi pelaku pencuri. Itulah yang Rodger alami saat ini. "Itu-" Rodger gugup. "Karena kau rakus. Aku tidak mau berbagi dengamu Gherardo," tidak ada pilihan lain kecuali mengatakannya jujur. "RAKUS. Kau sendiri yang memberian julukan itu. Tapi kau enggan untuk-" ucapan Gherardo terhenti saat tubuhnya terdorong keras, sebuah kekuatan menghantamnya. "SUDAHI KERIBUTAN INI," Abrisam berseru kesal, salah satu Vampir yang bosan setiap melihat perdebatan antara Gherardo dan Rodger. Gherardo berusaha bangkit, perutnya terasa sakit sekali setelah Abrisam melemparnya menggunakan kekuatan hitam para Vampir. "Gherardo, kau ini adalah ketua pimpinan Vampir. Kapan perang itu di mulai? Jangan terlalu membuang waktu," tanya Abrisam menuntut tidak sabaran, Inilah yang harus Gherardo rencanakan secara matang-matang. Ia tidak ingin terlalu gegabah menentukan hari perang itu tiba. "Tunggu intruksi dariku. Pasti kita akan menang dan merebut kekuasaan istana Dream Island," tenang dan biasa saja, itulah Gherardo saat menutupi kegugupannya di hadapan seluruh para Vampir. "Tenang?" Rodger terkekeh merasa ragu dengan keputusan Gherardo itu. Mengundur waktu sama saja kejayaan bangsa Vampir semakin terancam dan tidak aman karena pemerintahannya sudah terbatas yang manakala tak dapat lagi memperluas wilayah kekuasaan, terutama saat mencari mangsanya terlalu bebas. "Aku sengaja mengulur waktu agar nanti saat p*********n tiba Putri Akira lemah karena mentalnya terganggu atas terorku beberapa hari belakangan ini," akhirnya Gherardo menanggapi ucapan Rodger begitu bijaksana. "Kau meneror istana Dream Island? Benar-benar gila Gherardo," sahut Abrisam menggeleng heran. Padahal penjagaan di istana Dream Island sangat ketat. "Tidak ada cara lain. Jika Putri Akira dalam kondisi lemah melawan kita sudah di pastikan kemenangan ada di depan mata. Haha, prajurit yang selalu menemani Putri Akira pasti merasa khawatir bahwa Ratunya sedang lemah dan sakit," jelas Gherardo agar para Vampir lainnya dapat sabar menunggu "Kau tau begitu banyak tentang Putri Akira ya," mata Rodger memindai Gherardo, ia curiga bahwa ketua pimpinan Vampirnya itu memata-matai istana Dream Island. "Aku memantaunya dari jarak jauh. Tak bisa berlama-lama berada disana daripada tertangkap oleh para prajurit istana. Matilah riwayatku," tutur Gherardo pada Rodger, meskipun sudah menggunakan wujud kelelawar berukuran besar, tetap saja kalau bayangannya itu menutupi sebagian wilayah istana Dream Island. "Haha itu nasibmu!" Rodger tertawa meremehkan kesialan Gherardo. "Awas saja ya," gumam Gherardo dengan suara setengah berbisiknya. *** Malam ini Gherardo tidak dapat tertidur dengan nyenyak, pikirannya berkelana tentang nasib tabib istana yang terlalu sakti dan kuat usai ia menghisap darah sucinya tepat pada pembuluh darah menyatu dengan saluran pernafasan, kerongkongan. "Apa aku harus memangsanya sekali lagi?" pandangannya melamun, bagaimana bisa tabib istana sebagai manusia biasa namun kebal akan gigitan Vampir. Gherardo bangkit dari posisi tidurnya, langkahnya menuju jendela kamar melihat betapa gelapnya jenis malam. Tidak ada penerangan cahaya sedikitpun. Tentu hal ini akan menguntungkan bagi para Vampir jika ingin mencari mangsa manusia. Gherardo pun berangkat menuju istana Dream Island, hanya mengandalkan jubah merah Vampirnya untuk teleportasi perpindahan ke tempat berbeda. Hanya waktu beberapa detik saja Gherardo sampai di istana Dream Island, namun posisinya tetap seperti biasanya selalu saja diatas atap daripada prajurit pengaja istana mengetahui keberadaannya yang begitu menyeramkan. "Dimana aku menemukan tabibnya?" matanya terus memantau sekitar istana, siapa tau tabibnya tengah berkeliaran di luar. Gherardo kebingungan. Terpaksa Gherardo menjelma sebagai kelelawar tapi jubah Vampirnya masih melekat. Gherardo terbang mengelilingi istana, ia masih mengingat wajah sang tabib. Karena pandangan Gherardo terlalu fokus sampai sayap kirinya tersangkut di ranting-ranting pohon. "Apa ini? Aduh! Sayapku! Kenapa harus ada pohon sebesar ini? Sialan," berkali-kali Gherardo berusaha mengepakkan sayap kelelawarnya namun sepertinya ranting kayu itu menembus sayapnya. Terlalu sakit di jelaskan. Gherardo menderita di pohon besar. "Astaga! Jangan sampai prajurit itu melihatku. Bisa gawat kalau-" belum usai Gherardo menggerutu kesal, suara prajurit yang berteriak terkejut itu semakin membuatnya bertambah panik. "KELELAWAR BESAR!" "Hei! Kemarilah! Ada kelelawar raksasa!" Seruan lantang menarik perhatian prajurit lain, tentu saja mereka berbondong-bondong menuju pohon besar seperti beringin, lebat dan kayunya lumayan banyak. "Dasar sialan! Aku tidak bisa melepaskan ranting kayu ini," ingin rasanya Gherardo merubah dirinya menjadi sosok Vampir agar seluruh prajurit itu menjadi mangsanya malam ini, tapi sebelum bertindak terlalu gegabah karena tidak tau bagaimana nantinya kalau Sherard tiba-tiba ikut keluar dari istana melihat situasi keributan kecil yang sedang terjadi saat ini. "TURUN!" Berhasil! Akhirnya sayap Gherardo terlepas dari ranting pohon meskipun meninggalkan sobekan jubah Vampirnya disana. Segera Gherardo terbang sebisa mungkin untuk menjauh dari prajurit istana yang hampir saja akan menangkapnya. "Hampir aku tertangkap," kini Gherardo cukup jauh terbang. Meskipun sedikit kesulitan karena sayapnya yang terlalu besar dan lebar membentang. "Dia kabur. Kita harus melaporkannya pada Sherard!" Para prajurit istana akhirnya masuk menyampaikan kehadiran kelelawar besar pada Sherard. ***

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD