1. Penenang

1021 Words
Pertengkaran yang terus menerus terjadi di dalam rumah membuat Kaizan marah dan kesal, seolah tidak ada ketenangan di rumahnya sendiri, ia harus marah terhadap istrinya yang selama ini ternyata bermain api dengan pria lain yang bekerja di perusahaannya sendiri. Dulu, Kaizan membebaskan semua hal yang diinginkan istrinya, bahkan jika ingin holiday dan ke luar negeri sudah pasti Kaizan mendukung karena ia tahu kesenangan istrinya adalah tanggung jawabnya sebagai suami. Tak ada seorang suami yang akan membiarkan hal ini. Pernikahan mereka memang sudah tak baik-baik saja sejak usia anak mereka 3 tahun. Tapi apakah ini menjadi alasan perselingkuhan Sarah—istrinya? Kaizan yang seorang pria saja masih bisa menahan Hasrat dan masih bisa menahan diri dari hal-hal seperti itu karena kesibukan di kantor, namun istrinya malah membiarkan tubuhnya disentuh dan dijama orang lain. Selama ini, Kaizan memberikan segalanya, memberikan kehidupan yang glamour dan kemewahan untuk istrinya, apa pun yang Sarah inginkan selalu ia berikan, bahkan jika Sarah ingin ganti mobil, semua dibebaskan oleh Kaizan, namun hal ini ternyata tak cukup membuat istrinya menetap di sini bersamanya. Setelah pertengkaran terjadi, Kaizan keluar dari kamar dan memilih ke ruang tengah, Kaizan melihat Rafka—anak mereka—sedang duduk bermain lego. Karena tak ingin memperlihatkan kekesalan dan kekecewaannya kepada Rafka, Kaizan memilih ke taman belakang untuk menenangkan diri. Seorang suami yang selama ini bekerja demi anak dan istrinya malah melihat kemesraan istrinya dengan pria lain, bahkan pesan mereka sudah diluar batas, bahkan ada video mereka yang tak senonoh yang mereka tonton sendiri jika saling merindukan. Arggh! Kekesalan Kaizan semakin membuncah hebat ketika mengingat semua itu, setiap baris kata yang dikirim oleh pria itu dan juga balasan dari Sarah yang gatal. Beberapa saat kemudian, suara deheman terdengar. Kaizan menoleh dan melihat ART-nya sedang membawa nampan berisi secangkir kopi hangat dan juga sepiring cemilan buatannya sendiri. “Ini ada kopi dan cemilan buatan saya, Tuan,” kata sang ART, Yasmin Malika, namanya. “Taruh saja, Yasmin,” kata Kaizan. Yasmin lalu membungkuk dan membiarkan belahan dadanya terlihat didepan majikannya, Yasmin gadis yang cantik dan menawan, kulitnya putih dan mulus, bahkan tubuhnya pulen dan menggoda. Yasmin dengan segala jurus penggoda berdiri disamping majikannya itu. “Duduk, Yasmin,” titah Kaizan mendongak menatap ART-nya. “Saya? Duduk? Tidak usah, Tuan, saya di sini saja,” tolak Yasmin. “Duduk saja,” kata Kaizan lagi. Yasmin terpaksa duduk dihadapan sang empunya rumah ini dengan menundukkan kepala, baru kali ini Yasmin duduk berhadapan dengan bosnya semenjak ia bekerja di sini. “Tuan sepertinya banyak masalah,” kata Yasmin. “Ya. Saya memang sedang banyak masalah, Yasmin.” “Tuan, dalam hidup pasti ada saja masalah dan cobaan yang datang. Bahkan terkadang kedua hal itu bisa membuat seseorang merasa terpuruk dan putus asa. Padahal jika berpikir positif, di balik masalah dan cobaan pasti ada hikmah yang bisa diambil, ‘kan?” Yasmin menatap wajah Kaizan, pria tampan yang begitu mempesona. Ketampanan dan kekayaan yang dimiliki Kaizan tidak berhasil membuat istrinya tetap bersamanya dan tetap mencintainya. Ternyata yang benar-benar akan selalu ada itu adalah waktu. “Kamu pintar sekali merangkai kata,” geleng Kaizan melirik sesaat. Yasmin tersenyum kecil. “Saya tahu mudah memang mengatakan sabar saat mendapat masalah. Namun, untuk memaknainya diperlukan jiwa yang besar dan lapang.” Kaizan menoleh dan menatap Yasmin. Gadis yang pulen yang cukup pintar, bukan hanya tubuh indahnya, namun juga perangai dan sikapnya menunjukkan betapa berkualitasnya dirinya. Yasmin sudah bekerja di sini hampai 5 bulan, ia memasak dan sesekali menjaga Rafka jika orang di rumah tak ada. “Saya merasa dunia saya hancur, Yasmin,” kata Kaizan melirik sesaat. “Bersabarlah dengan semua masalah yang Tuan hadapi, karena semua masalah pasti ada jalan keluarnya.” “Terima kasih, Yasmin, karena kamu sudah mau mengatakan itu,” ujar Kaizan. “Iya, Tuan, jika butuh teman cerita, saya siap menemani Tuan,” jawab Yasmin. Kaizan tersenyum dan mengangguk, hati Yasmin meleleh melihat senyuman itu, Kaizan jadi berubah setelah menyuruhnya duduk di sini, padahal biasanya Kaizan selalu memasang wajah datar dan dingin. Ternyata masalah yang tengah Kaizan hadapi ini merubah dirinya sendiri, Kaizan menjadi lebih tenang dan mau berbaur dengan Yasmin yang hanya seorang ART. “Kalau begitu, jika sudah tidak ada lagi, saya permisi, Tuan,” kata Yasmin. “Temani saya, Yas, saya sedang banyak pikiran.” “Jika Tuan minta saya temani, boleh sekali,” jawab Yasmin. Tak lama kemudian, Rafka datang dan membawa lego ditangannya yang sudah ia susun seperti robot. “Tante Yas, keren kan?” tanya Rafka. “Wah. Keren sekali, kamu yang buat, Ka?” “Iya dong. Ini ajaran Tante Yas,” seru Rafka. “Papa lihat deh. Bagus nggak?” “Bagus. Ini ajarannya Tante Yasmin?” tanya Kaizan. “Iya, Pa, kemarin Tante Yas menemani Rafka tidur, jadi Rafka dan Tante Yas buat robot yang gede banget,” jawab Rafka begitu semangat. Rafka duduk di salah satu kursi kosong, terlihat mereka seperti keluarga cemara. Senyuman Yasmin membuat hati Kaizan tersentuh. “Jadi, kamu senang kalau tidur sama Tante Yas?” tanya Yasmin menatap Rafka. “Senang, soalnya Tante Yas suka bacain Rafka Dongeng, suka temenin Rafka main.” Rafka menjawab. “Nanti Tante Yas akan menemani Rafka lagi,” ujar Yasmin. Rafka mengangguk penuh semangat, Rafka tersenyum simpul dan bermain lego lagi didepan Kaizan dan Yasmin. Kaizan menatap Yasmin penuh dengan pertanyaan, bisanya seorang gadis tahu caranya menenangkan seorang anak kecil dan juga dirinya. Kaizan merasa tenang dan damai pada dirinya sendiri. “Oh jadi ini yang terjadi di rumah ini?” Sebuah suara membuat Yasmin langsung bangkit dari duduknya. “Nyonya!” “Kamu mau menggoda suami dan anak saya?” tanya Sarah. “Nyonya salah paham,” geleng Yasmin. “Kamu jangan macam-macam ya, kamu itu tidak pantas duduk bersanding dengan suami dan anak saya,” kata Sarah mendorong tubuh Yasmin yang hampir saja terjatuh. “SARAH!” bentak Kaizan. “Apa? Kamu marah aku selingkuh dan apa ini? Kamu juga.” “Jangan samakan aku dengan kamu,” kata Kaizan. “Terus duduk tertawa bertiga di sini, apa namanya? Kalau bukan selingkuh.” “Yasmin, kamu bawa Rafka ke dalam ya?” titah Kaizan. Yasmin menganggukkan kepala.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD