Kaizan meraih rokoknya dan hendak membakar ujungnya, namun ia menghentikan hal itu ketika melihat Yasmin duduk di taman dengan wajah sedih, Kaizan mendengar pertengkaran Yasmin dan Sarah sore ini, Kaizan juga sudah mencari Yasmin kemana-mana, namun Yasmin tak ada, ternyata Yasmin ada di sini.
Kaizan mendekati Yasmin dan berdeham disebelahnya, Yasmin menoleh dan mendongak menatap Kaizan.
“Tuan?”
“Kamu tahu tempat ini?” tanya Kaizan.
“Heem. Apa ini tempat rahasia?” tanya Yasmin bangkit dari duduknya. “Maaf, Tuan, saya tidak tahu.”
“Tidak apa-apa, duduklah kembali,” kata Kaizan.
Yasmin mengangguk dan kembali duduk.
“Maafkan sikap Sarah, dia hanya cemburu berlebihan,” kata Kaizan duduk disebelah Yasmin yang saat ini duduk di taman belakang rumah, ada bangku taman yang disediakan Kaizan, agar ia bisa menyembuhkan diri jika duduk di sana karena pemandangan taman yang indah. Agak jauh juga dari rumah. Jadi, jika mereka duduk di sini, tak akan ada yang melihat mereka.
Tempat ini hanya ia, Sarah dan tukang kebun yang tahu, namun ternyata Yasmin juga tahu tempat ini.
“Tuan kenapa terus meminta maaf?” geleng Yasmin.
“Bagaimanapun juga Sarah masih istri saya,” jawab Kaizan.
Yasmin mengangguk.
“Sekali lagi saya minta maaf atas namanya,” lanjut Kaizan.
“Tuan, saya hanya seorang ART di rumah ini, tak pantas Tuan minta maaf pada saya, sikap Nyonya Sarah juga sudah wajar sebagai majikan.”
“Wajar? Saya tidak mewajarkan itu,” geleng Kaizan.
“Anda meminta maaf untuk Nyonya Sarah membuat saya tidak enak. Saya pergi dulu,” kata Yasmin lalu bangkit dari duduknya, hendak meninggalkan Kaizan, namun Kaizan menarik pergelangan tangan Yasmin dan mendudukkan Yasmin ke pangkuannya, karena tak bisa mengimbangi diri, bibir Kaizan dan bibir Yasmin bersentuhan, menciptakan kecupan hangat.
Yasmin menarik diri dan menjauhkan bibirnya, namun ia tidak bangkit dari duduknya dan masih duduk dipangkuan majikannya.
Karena sudah lama tertarik pada Yasmin, Kaizan pun meraih bibir Yasmin dan menciumnya.
Yasmin membulatkan mata dan menarik diri lagi. “Tuan,” lirih Yasmin.
“Tidak apa-apa,” kata Kaizan lalu memegang leher belakang Yasmin dan memperdalam ciuman mereka.
Yang tadinya hanya sebuah kecupan, berubah menjadi pagutan dan enggan saling melepaskan, ciuman mereka juga semakin dalam ketika tangan Kaizan masuk ke dalam sela baju Yasmin dibagian belakang.
Kaizan juga merasakan sensasi yang menyenangkan dan bahagia karena pelepasan hormon seperti dopamin, oksitosin, dan serotonin yang meningkatkan mood dan kasih sayang, serta perasaan nyaman dan rileks karena penurunan kadar kortisol. Seolah dengan ini semuanya akan baik-baik saja. Bibir juga salah satu bagian tubuh yang paling sensitif karena banyaknya ujung saraf, menjadikan sentuhan bibir terasa nikmat dan memicu aliran darah.
Pagutan itu semakin intens, bahkan ketika tangan Kaizan menyentuh bagian sensitive tubuh Yasmin yaitu, gundukan miliknya. Yasmin mengalungkan kedua tangannya ke leher majikannya dan semakin memperdalam ciuman mereka. Pelepasan hormon dopamin dan serotonin di otak menciptakan perasaan gembira, senang, dan bahkan euphoria di dalam hati.
Terdengar suara langkah kaki yang mendekati mereka, aktifitas mereka terhenti sejenak, Kaizan dan Yasmin bangkit dari duduk mereka. Kaizan menarik tangan Yasmin dan membawanya agak jauh dari taman, ternyata rumah ini cukup luas, bahkan taman belakangnya seperti sebuah hutan dengan banyaknya pepohonan.
Kaizan menyandarkan Yasmin ke salah satu pohon dan melanjutkan aktifitas mereka tadi. Kaizan memperdalam ciuman mereka ketika merapatkan diri ke tubuh Yasmin yang saat ini bersandar di pohon
“Hemmph,” desah Yasmin ketika merasakan sensasi yang sangat menyenangkan, ada perasaan euphoria di dalam hatinya. Akhirnya, tujuannya telah ia dapatkan.
“Ada apa? Sakit?”
Yasmin menggeleng dan mengalungkan kedua tangannya kembali ke leher Kaizan dan melanjutkan ciuman panas mereka, tangan Kaizan juga begitu nakal, walau tidak membuka bra milik Yasmin, namun tangannya meremas dua gundukan itu bergantian. Seolah tak akan ada yang bisa menghentikan mereka.
“Tuan.”
Kaizan menghentikan ciumannya. “Heem?”
“Ini tidak pantas dan tidak benar,” kata Yasmin.
“Kita tak perlu memikirkan apa-apa, Yas, kamu bahagia kan?”
Yasmin butuh waktu untuk mengatakan ‘ya’.
“Yas, aku menyukaimu,” bisik Kaizan.
“Tuan,” lirih Yasmin dan tak menjawab perkataan Kaizan barusan.
“Tidak apa-apa,” jawab Kaizan mengecup puncak kepala Yasmin, ia berusaha mengatakan kepada Yasmin bahwa semuanya akan baik-baik saja.
***
Kaizan masuk ke kamarnya setelah melepaskan penat dan membahagiakan diri pada Yasmin, Kaizan tersenyum karena hal itu membuatnya bahagia, gadis kecil itu benar-benar membuat jantungnya berdetak kencang. Selama ciuman, menciptakan perasaan menyenangkan dan energi pada otak dan panca indra Kaizan.
Kaizan membulatkan mata ketika melihat Sarah berbaring diatas ranjangnya dengan gaun malam yang transparan, memperlihatkan Bra dan CD yang warnanya senada.
Anehnya, Kaizan tak tergoda seperti biasanya, Kaizan malah membuang muka dan hendak masuk ke kamar mandi.
“Sayang,” lirih Sarah.
“Ada apa?”
“Sudah melihatku seperti ini, kamu tak tertarik?”
“Tidak sama sekali. Semua sudah berlalu,” jawab Kaizan.
“Aku mau kita melakukannya, aku sudah mengenakan gaun malam yang baru.”
“Gunakan itu pada kekasihmu.”
“Sayang,” lirih Sarah.
“Sudah, Sarah, tak usah memaksakan diri, sebentar lagi palu akan terketuk, artinya kita akan bercerai, kamu yang menciptakan semua itu, jadi tidak perlu menjual dirimu padaku, dalam agama kita sudah bukan suami istri.”
Sarah turun dari ranjang dan menghampiri Kaizan yang enggan melihatnya. “Dulu, kamu suka semua ini, kenapa sekarang tidak?”
“Karena aku sudah muak,” jawab Kaizan, akhirnya ia mengatakan hal-hal yang dapat melukai Sarah.
“Aku mau memperbaiki semuanya.”
“Kita sudah mengajukan gugatan cerai berkali-kali di pengadilan, dan kamu selalu saja mencabut gugatan itu, apa kamu berusaha mempermainkanku sekarang?” tanya Kaizan meremas dagu Sarah.
“Aku benar-benar tak bisa kehilangan kamu,” kata Sarah.
“Sudahlah. Semua sudah berakhir, kamu sendiri yang menginginkan semua ini,” kata Kaizan hendak melangkah masuk ke kamar mandi, namun langkahnya terhenti ketika Sarah berdiri dihadapannya, lalu melepas satu persatu yang ia kenakan., Kaizan lalu meraih selimut dan menutup tubuh Sarah. “Jangan paksakan diri, aku sudah tidak bisa bersama kamu lagi.”
“Tapi—”
“Kamu bisa kan untuk menghargai dirimu sendiri? Jangan murahan!” Kaizan masuk ke kamar mandi dan menutupnya, lalu menguncinya dari dalam.
“KAIZAN! b******k!” teriak Sarah.