Paksaan

961 Words
Banyak yang bilang jika suami bagai musim semi sebelum menikah, dan musim dingin setelah menikah. Rupanya itu benar adanya. Yang mana kini sedang dialami oleh Emerald. Ada banyak alasan kenapa Emerald menyukai Edward. Dia seorang pekerja keras yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit milik keluarganya. Dia juga sangat tampan. Postur dan wajahnya sama sekali tidak kalah dengan model. Dia sangat menawan sampai membuat Emerald meleleh. Sifatnya yang dingin dan pendiam benar - benar tipenya. Beruntung berkat ibu dari Edward, Emerald jadi dinikahi oleh pria yang ia impikan dari taman kanak - kanak. "Aku sudah menyiapkan makan malam. Ayo makan dulu," ucap Emerald. Dengan senyum yang manis ia mengajak Edward makan malam. Dia masih menyempatkan diri untuk memasak meski pekerjaannya yang seorang dokter membuatnya sangat lelah. Edward hanya diam tak bergeming dari tempat duduknya. Wajahnya memandang masam sang istri yang berusaha menyenangkan dia. Baginya semua ini percuma karena memang ia tidak mencintainya sama sekali. Seharusnya istrinya sadar jika pernikahan mereka tidak bisa dipertahankan. "Hentikan semua ini Emey, kau sudah tahu jika hubungan kita tak bisa dipertahankan. Aku sangat mencintai Karen, " ucap Edward yang sudah tak tahan lagi dengan Emerald. Dia sama sekali tidak mencintai wanita ini dan hanya menikahinya karena memenuhi keinginan sang ibu. Siapa yang tidak mau memiliki menantu putri dari pemilik rumah sakit terbesar di Manhattan. Dengan menikah dengan Emerald secara otomatis statusnya dan putranya akan naik. Dia akan menjadi salah satu kepala bagian di rumah sakit karena kepala rumah sakitnya dipegang oleh kakak Emerald. "Cobalah menjalaninya Edward. Kau tahu ibumu sangat menginginkan hubungan kita lancar?" Lagi -lagi Emerald menggunakan nama mertuanya untuk memaksa Edward tidak membahas perceraian. Padahal Edward sudah ketahuan selingkuh kemarin di hotel dan mendapat tinju dari Steven, kakak Emerald. Namun Emerald masih tetap ingin mempertahankan pernikahannya. Dia tidak ingin menyerah pada suaminya yang sudah ia cintai dari dulu. "Kita sudah menjalani ini selama beberapa tahun dan aku masih belum mencintaimu Emey," lirih Edward. "Kurasa aku tidak akan pernah mencintaimu." "Kau tidak berusaha dengan keras Edward. Kau sama sekali tidak memberi kesempatan hatimu untuk menerimaku," ucap Emerald keras kepala. Emerald masih enggan menerima keputusan Edward untuk menikah dengannya. Edward mendesah melihat sifat keras kepala Emarlad. Entah sampai kapan ia akan menerima kenyataan jika dirinya tidak mencintainya. Namun dia tidak ingin terus hidup seperti penjahat, Edward bersumpah akan membuat istrinya menyerah. Dia pun meninggalkan Emey sendirian di meja makan. Enggan memakan makanan dari istrinya. Ia sama sekali lupa jika dia sering kelaparan sebelum menikah dengan Emey. Dan sekarang, Edward bahkan merasa bisa berdiri di atas kakinya sendiri sehingga berpacaran dengan cinta pertamanya yang dulu, dan mengabaikan semua perhatian sang istri. Emey terdiam di kursi. Makanan yang ia masak lagi - lagi ditolak oleh sang suami. Dia menyadari jika tidak ada dirinya di hati sang suami namun apa boleh buat. Emerald masih ingin bertahan sekali lagi dan sekali lagi sampai suaminya mencintainya. Perasaan cinta yang menyakitkan ini masih tidak membuatnya jera. Tetesan air jernih mengalir di pipinya, mengalir dari matanya yang sehijau daun dan menetes di tangannya. Tak bisa dipungkiri jika ia merasa kesakitan akan sikap sang suami yang tidak mencintainya sedikitpun. Bahkan membencinya. "Aku memang bodoh, hiks..." Esok harinya, keduanya berangkat bekerja. Tapi Edward tidak lagi berangkat ke rumah sakit bersama dengan Emerald. Dia serius ingin berpisah dengan Emerald sehingga mengundurkan diri dari posisinya di rumah sakit dan membuka tempat klinik praktek sendiri. Di sana ia bersama Karen menyambut pasien dengan hati senang. Dan bekerja sama dengan beberapa dokter agar praktek di kliniknya. Para dokter itu tahu jika Edward adalah menantu dari rumah sakit terkenal dan mengira jika sedang mengembangkan usaha. Jadi usaha Edward pun lancar. Untuk pertama kalinya Edward merasa tidak lagi tergantung dengan status sang istri dan bebas menjalani kehidupan cintanya dengan Karen. Hanya tinggal menunggu waktu agar Emerald menyerah dan menceraikannya. Gadis berkaca mata berambut merah mendatangi Edward di kantornya. Pakaiannya yang ketat membalut tubuhnya yang sital. "Apa kau tidak masalah meninggalkan jabatanmu di rumah sakit?" tanya Karen yang pangsung duduk di pangkuan Edward. Kekasihnya itu tersenyum pada cinta pertamanya itu. "Tinggal menyuruhnya menyerah dan tanda tangan surat perceraian. Ibuku pasti tidak akan lagi menghalangi hubungan kita karena aku sudah memiliki klinik sendiri. " "Kau memang cerdas," puji dari Karen. Dia menyandarkan kepalanya di pundak sang kekasih. Edward membelai sayang surai cantik dari kekasihnya itu. "Untuk apa menikahinya jika aku tidak bisa mengumpulkan gajiku untuk maju. Aku sudah tidak tahan dengan pernikahan ini." Karen merasa bahagia atas keberhasilan dari sang kekasih. Jika saja Edward tidak memiliki klinik sendiri maka ia dan Edward masih akan sembunyi - sembunyi dalam menjalin hubungan. Dan karena Edward sudah kaya maka dia bisa memamerkan hubungannya dan membuat Emerald menyerah. 'Jika Emerald punya harga diri dia pasti akan meminta cerai.' Sementara itu, Emerald yang tidak menyadari jika Edward tidak lagi bekerja di rumah sakit, masih mencarinya di ruang kepala devisi. Akan tetapi begitu ia sampai di sana, ruangannya malah kosong tak ada seorangpun. Emerald pun menanyakan keberadaan Edward pada tim administrasi rumah sakit yang ada di sekitar kantor Edward. "Di mana Edward?" Tanya Emerald pada bagian administrasi yang ada di sana." "Saya mendengar jika tuan Edward sudah mengundurkan diri dari rumah sakit," jawab salah satu dari mereka. "Apa?" ucap Emerald yang terkejut. Sungguh semua ini di luar perkiraannya. Ternyata Edward sangat ingin meninggalkannya sehingga ia juga mengundurkan diri dari posisinya. Ketidaktahuan Emerald akan pengunduran diri sang suami jelas mendapatkan tatapan aneh dari semua pekerja administrasi di sana. Yang semakin menguatkan anggapan jika ada masalah dalam rumah tangganya. Emerald tanpa memperdulikan tatapan dari semua orang menghubungi Edward. Namun suaminya itu bahkan tidak mau mengangkat sedikitpun. Hal itu hampir membuatnya menjerit histeris karena marah dan frustasi. "Emey," panggil Inoe. Dia menarik tangan Emey agar menuju ke tempat prakteknya. Dia adalah sahabat Emerald yang tahu benar akan masalah dari sang sahabat. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD