Optimis

2121 Words
Sebuah kepercayaan terhadap semua orang yang kita percaya adalah sebuah hal yang sangat menakutkan jika mereka berada di dalam sebuah bahaya. Belum lagi jika kita melepas mereka menghadapi musuh yang sangat kuat dan berjumlah sangat besar di bandingkan jumlah mereka sendiri. Sebagai pemimpin, pasti akan merasa sangat sedih dan bersalah terhadap setiap anggotanya yang terluka di depan medan pertempuran. Apabila salah satu anggotanya mati, karena sebuah pertempuran yang sangat besar. Maka orang yang pertama dia salahkan pada saat itu adalah dirinya sendiri. -Michel Adnan Raihan. Raihan POV On. Takut? Jelas tidak mungkin tidak takut dan khawatir jika kita harus melepas orang-orang yang kita sayang pergi ke medan pertempuran tanpa seorang panglima tempur yang sangat kuat. Varo? Ya, Varo adalah panglima tempur yang selalu gue percaya untuk turun di medan pertempuran yang sangat besar apalagi melawan para musuh yang sangat kuat dan cerdik di dalam sebuah pertempuran. Bukannya gue selalu mengorbankan Varo selama ini. Tapi, karena sebuah hal dan memang sudah teruji dalam beberapa Medan pertempuran yang sangat besar yang membuat Varo bisa memenangkan semuanya dengan hitungan detik. Itulah yang menyebabkan gue milih dia dalam gelar panglima utama di dalam medan tempur. Pada saat ini, gue dan yang lainnya tidak bisa melakukan apa-apa. Kami hanya bisa mendengar kabar apa yang terjadi di Paris tanpa bisa terbang ke sana dan menghela nafas dengan panjang ketika mendengar banyak kekacauan yang terjadi di Paris selama kami pergi dari sana. Varo yang sangat memikirkan keadaan anak-anaknya sangat khawatir mendengar akan terjadi p*********n besar-besaran di Paris saat itu juga. Gue yang teringat oleh orang-orang yang ia sayang masih berada di Paris langsung menghubungi semua pihak yang ia percaya untuk melindungi satu sama lain dari pertempuran tersebut. Revan, dia adalah salah satu anggota yang bisa di percaya untuk memimpin jalannya perang dengan adanya amanah dan gambaran yang selalu kita komunikasikan di dalam sebuah grup dan via online. Varo benar-benar sangat khawatir apa yang akan terjadi dengan Revan setelah ini. Karena jika sudah turun di dalam medan pertempuran, mereka harus siap menerima apapun konsekuensinya. Varo mengusap wajahnya dengan kasar dan mengalah nafas dengan panjang. "Kan gue udah bilang sama lo, kalo kalau gue nggak ikut ke Indonesia. Gak masalah gue kalau gak melanjutkan pendidikan gue juga saat ini yang jelas anak-anak gue aman bersama gue. Ini yang gue takutkan sebelumnya, gue takut akan terjadi p*********n besar-besaran di sana yang menyebabkan banyak korban setelah ini. Banyak banget rakyat yang menangis dan mengeluh tentang terjadinya sebuah p*********n yang sangat besar ini, mereka juga tidak segan-segan membunuh atau menindas mereka yang lemah di hadapan semua orang." "Setelah itu mereka langsung membuang banyak mayat dan melakukan banyak kontroversi yang ada di sana. Lo beneran tega melihat hal itu? Lo beneran kuat lihat banyak rakyat menangis dan menderita? Kalau lo kuat ya gue gak masalah. Silakan saja lanjutkan semuanya. Gue gak masalah malahan kalau kalian siap menerima semuanya," ujar Varo. "Dengerin gue dulu," ujar gue dengan sangat sebal. "Apa yang akan gue dengerin dari lo? Dengerin kalau mereka yang akan berangkat perang sendirian tanpa gue temani? Lo sadar gak sih kalau mereka itu sangat kejam Bukan nyiksa aja mereka semua itu. Tapi, melakukan sebuah hal yang lebih parah lagi dari semua itu. Kenapa gue katakan seperti itu? Karena selama kita masih ada di sana saja mereka sudah berani menyiksa hingga membunuh banyak orang yang tidak bersalah. Cuma karena sebuah masalah kecil mereka menyangkut pautkan dengan nyawa. Itu yang membuat gue enggak setuju untuk berangkat ke Indonesia." "Bagi gue sama sekali gak pantes Han, kalau melakukan sebuah hal menggunakan jabatan mereka dengan mengambil nyawa yang lainnya. Mereka bukan binatang, mereka semua manusia yang harus di lindungi saat ini." "Gue nggak masalah kalau Edwin yang berangkat ke Indonesia karena, gua tahu Edwin bisa membelah otaknya menjadi lima bagian dalam satu waktu yang bersamaan. Tapi, jika gue yang membelah diri? Itu kayaknya tidak akan bisa karena raga gue hanya ada satu. Kalau gue membelah diri lo yang akan di korbankan di sini. Gue gak mau itu terjadi Han," gumam Varo dengan sangat lirih. Mendengar apa yang dikatakan oleh Varo, gue hanya bisa terdiam dan menelaah apa yang sedang katakan oleh Varo saat ini. Edwin yang baru saja masuk ke dalam ruangan gue merasakan atmosfer yang sangat tidak enak melihat kedua sahabatnya menatap saling tatapan tajam ia bisa menghela nafas dengan panjang. Dengan pelan Edwin mengusap wajahnya dengan kasar dan menutup matanya dengan sangat pelan. "Mau sampai kapan kalian berpikir seperti ini? Mau sampai kapan kalian semua berat dengan pilihan yang kalian sudah ambil? Mereka sudah besar dan mereka sudah biasa di didik oleh kita. Baik dari didikan halus sampai didikan kasar pun sudah sering kita lakukan. Selalu percaya dan selalu kasih mereka tempat untuk mereka berani melakukan hal yang baru tanpa di dampingi oleh kita semua. Jika kita terus mendampingi mereka saat ini, mau sampai kapan mereka akan bisa mandiri dan lepas dari kita?" tanya Edwin membuka pikiran teman-temannya saat ini. "Bukannya gue nggak mau untuk membela mereka, benar apa yang dikatakan oleh Varo. Gue bisa membelah otak menjadi 5 bagian di dalam satu waktu tapi, jika Varo yang membelah diri itu sama sekali tidak mungkin karena raganya hanya satu. Karena raga Varo cuma satu. Kenapa gue mengatakan hal ini, Varo bisa ko berubah menjadi 100 dengan adanya ilmunya di turunkan ke beberapa anak-anaknya yang benar-benar ia percaya." "Jika kalian terus memikirkan anak buah kalian di sana? Mereka bisa atau enggak? Sama aja lo gak percaya sama diri lo sendiri. Karena selama ini, yang mendidik mereka, yang mengayomi mereka, dan bahkan yang mengajarkan mereka adalah lo. Jika lo aja nggak percaya sama mereka? Maka untuk apa mereka belajar saat ini? Untuk apa mereka selalu bertanya pada lo tentang hal apa yang mereka nggak tahu?" tanya Edwin dengan sangat tegas. "Bisa jawab pertanyaan gue? Siapa yang bisa jawab pertanyaan gue maka sekarang kalian katakan apa yang sebenarnya terjadi? Kalau kalian emang nggak bisa jawab pertanyaan gue, maka lebih baik kalian diam dan lihat sampai mana kemampuan mereka dalam menghadapi musuh." "Gue tahu dan gue percaya sama mereka semua kalau, mereka itu bisa. Tapi, ini adalah pertama kalinya bagi gue melepaskan mereka semua tanpa adanya gue yang ada di sekitar mereka. Kalau misalnya hanya pertarungan kecil atau sebuah pertempuran yang biasa saja gue gak masalah, tapi ini bukan pertemuan yang biasa Win. Ini adalah pertempuran yang sangat besar di mana mereka sudah mempersiapkan semuanya dari awal." "Dengerin gua baik-baik, gue yakin anak lo pasti paham apa yang harus mereka lakukan saat ini. Gue percaya kalau Galaxy itu bersatu dan saling membackup satu sama lain. Mereka bukan hanya saling membela atau membackup, tapi mereka juga saling melindungi satu sama lain." "Sumpah Galaxy, gue yakin kalian semua akan terus ingat dengan sumpah yang kita ikrarkan bersama di setiap pengangkatan anggota baru. Kita bersumpah akan selalu melakukan hal yang terbaik dan melakukan banyak hal yang tidak pernah kita lakukan sebelumnya, saling membela dan saling melengkapi satu sama lain baik di dalam sebuah pertempuran atau di dalam sebuah acara." "Percaya aja sama mereka, kalau mereka bisa melakukan itu semua tanpa kita. kekuatan mereka itu sebenarnya bukan dari luar kok, dengan adanya kita percaya dan kita kasih mereka pengertian terus menerus, kita kasih mereka semangat dari jauh, pasti mereka semua akan merasa lebih di percaya dan lebih di hargai sebagai anggota Galaxy." "Mereka juga akan menjalankan semua tugas yang kita berikan dengan senang hati. Karena mereka selalu mengingat janji yang mereka ikrarkan untuk terus membela kebenaran dan kebajikan di dalam kehidupan mereka." Mereka semua terdiam dan menelaah apa yang di katakan oleh Varo, benar adanya saat ini. Dengan adanya kita melakukan banyak hal dan banyak keinginan tanpa mereka sadari dan tidak percaya dengan apa yang akan mereka katakan. Membuat mereka merasa kalau ini adalah waktu yang tepat mereka melakukan banyak hal saat ini juga. "Sekarang gue mau tanya sama lo deh Varo. Lo bilang, kalau nggak mau ikut ke Indonesia karena lo takut ini terjadi. Lo takut kalau suatu saat nanti mereka akan melakukan pertempuran yang sangat hebat nantinya. Kalau lo gak ikut ke sini. Siapa yang akan menjaga Raihan? Siapa yang akan menjaga dia saat ini?" tanya Edwin dengan sangat tegas. Mendengar apa yang di katakan Edwin, Varo dan gue hanya bisa terdiam. apa yang dikatakan e dan semuanya benar jika kita tidak percaya dengan mereka semua mau sampai kapan mereka terus bergantung pada kita. Varo yang merasa bersalah sama gue terlihat sangat gelisah saat ini. Mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu Varo terus memikirkan semuanya saat ini juga. Edwin yang paham dengan kegelisahan Varo hanya terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya dengan sangat pelan. "Dengerin gue semuanya, belum terlambat ko buat kita ngasih banyak hal sama mereka, masih ada waktu untuk kita memberikan semangat kepada mereka, belum lagi Raihan yang akan memberikan mereka wejangan dan bagaimana cara pertempuran yang baik dan benar di tambah dengan bentuk benteng yang sulit untuk di tembus oleh lawan." "Paling tidak, mereka tidak akan menyerang kita secara langsung tapi, sebelum kita di serang kita harus siap dengan apa yang kita miliki saat ini baik fisik maupun alat dan persenjataan." "Benar apa yang di katakan oleh Edwin. Jika kita sudah siap semuanya maka, pertempuran akan bisa berjalan dengan lancar. Gue yakin jika mereka melakukan apa yang gue katakan dan apa yang gue kasih ke mereka maka, semuanya akan aman gue juga percaya aku kalau mereka bisa melakukan semuanya tanpa bantuan lu juga." "Anggap saja ini adalah ujian bagi mereka semua kita harus optimis, kalau kita akan segera memenangkan pertempuran ini. Jika memang pertempuran ini tidak kelar hari itu juga, maka mereka akan memberikan pertempuran lagi di kemudian hari. Itulah sebenarnya waktunya, kita semua turun ke lapangan dan menyelesaikan masalah yang sebenarnya." "Gue setuju dengan apa yang Raihan katakan, jika kita menurunkan mereka semua itu membuat mereka sangat egois dan malu jika mereka tidak bisa melakukan pertempuran dengan sangat baik, coba lihat bagaimana caranya mereka untuk bertahan hidup kalau mereka saja tidak bisa melakukan ini semua." "Oke, gue paham dengan apa yang kalian pikirkan saat ini. Memang nggak semudah itu turun ke lapangan tapi, dengan adanya penjelasan kalian gue semakin yakin kalau mereka sanggup mengemban apa yang kita suruh di tambah dengan mereka yang selalu turun ke lapangan bersama gue. Gue yakin mereka pasti bisa membaca pergerakan musuh tanpa adanya gue di samping mereka." Edwin yang mendengar perkataan optimis dari teman-temannya tersenyum manis dan memeluk mereka semua rasa senang dan rasa bahagia yang ia rasakan sangatlah besar hari ini. Pesimis itulah yang mereka rasakan di awal, mereka merasa anak-anak mereka belum bisa dan belum sanggup untuk melakukan banyak hal dan bahkan, mereka juga belum bisa untuk terjun kelapangan seorang diri. Tapi, dari sebuah penjelasan dan latar belakang yang jelas dari Edwin membuat gue sadar kalau nggak seharusnya kita melakukan itu semua kepada mereka. Mau sampai kapan mereka harus bergantung dengan kami? Ada kalanya mereka yang akan meneruskan Galaxy untuk ke generasi yang berikutnya. Jika tidak di pupuk dari sekarang mau kapan lagi? "Udah sekarang siapin semuanya, mau apa yang kalian jelaskan ke mereka dari jarak jauh. Suruh mereka semua untuk selalu standby di handphone dengan menggunakan earphone di telinga mereka. Jangan lupa untuk selalu berhati-hati dan melihat ke arah sekeliling mereka karena musuh akan menyerang mereka secara tiba-tiba dan dan melakukan p*********n secara bertubi-tubi jika kita lengah sepersekian detik saja." "Jelaskan ke anak-anak lo saat ini Varo, kalau mereka tidak boleh lengah sedikit saja dan selalu ingat jangan pernah menoleh ke belakang selalu fokus ke depan dan selalu berjaga-jaga dan saling menjaga satu sama lain agar tidak ada yang yang gugur di medan pertempuran. Kunci keberhasilan adalah sebuah komunikasi, jika komunikasi mereka bagus dan baik, maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan." "Tapi, jika komunikasi mereka sangat buruk maka mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Yang hanya mereka akan mendapatkan nantinya hanya rasa capek dan rasa kehilangan di masa yang akan datang. Yang membuat mereka menyesal karena telah melakukan hal itu." "Gue akan kasih tahu mereka semua tentang hal ini. Kalian tidak usah khawatir tentang amanah yang kalian berikan itu akan gue mending di dalam grup malam ini juga." "Bagus sekali seperti itu masalahnya anak-anak gue dan anak lo masih ada di Paris separuh yang separuhnya sudah berada di Indonesia untuk melakukan mata-mata yang mencurigakan atas utusan mereka." "Tugas kita saat ini adalah menjaga Raihan dan masyarakat yang ada di sini dengan sangat baik. Jika kita saja tidak bisa menjaga mereka dengan sangat baik kita tidak bisa di katakan Galaxy. Kenapa gue bisa berkata demikian? Karena Galaxy akan melindungi saudaranya dengan sangat baik, bukan malah membiarkan sahabatnya mati di medan pertempuran yang tidak seharusnya terjadi. Jika memang takdir mengatakan bahwa mereka harus pergi dari dekapan kita maka, kita harus ikhlas menerima semuanya dan membawanya ke tempat yang paling nyaman dan paling indah di bumi ini sebagai tempat peristirahatan terakhirnya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD