Kelas Baru

1807 Words
Terkadang banyak sekali selentingan yang keluar dari mulut banyak orang yang tidak pernah kita sadari sebelumnya kalau itu benar-benar terjadi. Hanya telinga yang mendengar dan mulut yang berbicara seperlunya yang membuat kita memiliki benteng utama yang sulit di tembus oleh orang luar pada saat dekat dengan kita saat itu juga. -Michel Adnan Raihan. "Bener banget, mana mata kuliahnya yang beneran buat gila semua lagi. Gue rasanya ingin tenggelam aja rasanya saat ini juga. Kesel banget gue abisnya sama mereka semua." "Udah kelar belum dumelnya? Kalau udah lebih baik sekarang ikhlasin aja deh semuanya daripada kalian semua dumel lebih baik kerjain aja dan jangan di rasakan. Kalau semakin kalian merasakan, semakin berat apa yang kalian pikul nantinya." Aku melihat mereka semua terdiam dan menganggukkan kepalanya dengan pelan dengan apa yang di katakan oleh seseorang yang berada di hadapan mereka saat ini. Aku hanya tersenyum kecil dan kembali fokus ke dalam notes kecil yang ada di hadapanku. Tak lama kemudian ada seseorang yang menghampiri aku dan duduk di meja depan yang berada di hadapanku saat ini. Aku yang merasa janggal dengan seseorang itu langsung menoleh ke arah depan dan menatapnya dengan sangat ramah. "Raihan ya?" tanyanya dengan sangat ramah. "Iya, saya Raihan." "Jangan terlalu formal, kita temen ko. Kenalin gue Aidin, gue duduk di pojok sebelah sana. Salam kenal ya," ujar Aidin sambil mengulurkan tangannya ke arahku. "Halo, salam kenal ya. Gue Raihan semoga kita bisa berteman dengan baik," ujarku dengan sangat ramah. "Lo tinggal di mana sekarang? Ko kayaknya lo beneran bukan asli dari sini deh kayaknya. Wajah lo kayak lebih sedikit ke bule-bulean aja gitu. Eh btw sorry ya kalau ini menyinggung privasi. Kalau engga mau jawab juga gak papa ko." "Gak papa, santai aja kali. Gak usah sungkan kayak gitu juga. Lagi pula ya wajar kalau lo tanya gue tinggal di mana soalnya kan kita juga barusan kenal. Btw gue tinggal lumayan agak jauh dari sini, gue tinggal di pondok indah. Di sana gue tinggal sama 3 orang temen gue juga." "Lo tinggal sama 3 temen lo? Itu mereka kuliah juga atau gimana?" tanya Aidin dengan sangat excited. "Iya, 3 temen gue yang lainnya juga kuliah ko. Cuma kita kuliah di fakultas yang beda-beda aja. Kalau di bilang satu Universitas ya kita di sini semua kuliahnya." "Wah, beneran keren. Sama-sama dari Paris juga berarti?" tanya Aidin. "Iya, kami sama-sama berasal dari Paris. Cuma Vendri saja yang berasal dari Indonesia. Jadi, kami memang sudah mengenal satu sama lain pada saat masih kecil dan sampai sekarang kita masih tetap komunikasi satu sama lain dan akhirnya kita kuliah di tempat yang sama deh," jelasku dengan sangat sopan. Teman-teman yang tadinya sibuk sendiri dan saling berbincang satu sama lain di tempat duduknya berdiri dan menghampiriku dan Aidin yang sedang berbincang-bincang santai. "Raihan ya?" tanya salah satu mahasiswa di sini. Aku yang merasa di panggil langsung menoleh ke arah panggilan itu dan mengernyitkan dahiku dengan sangat pelan. "Iya dengan saya sendiri. Ada apa ya?" tanyaku. "Selamat datang di kelas kami. Saya Fauzan Fernando, dan yang lainnya itu ada banyak sekali orang yang biarin aja dia perkenalan sendiri aja. Kalau gue yang ngenalin ntar kepala gede nanti dia gara-gara di kenalin ke lo. Btw kalau misalnya lo ada masalah atau butuh bantuan bilang aja sama kami ya." "Kami akan siap membantu apapun kesulitan lo saat ini. Btw nanti ada si Mario dah bentar lagi dia masuk ke sini. Dia udah mintain jadwal mata kuliah lo ke kaprodi dan semua yang lo butuhkan di sini." "Btw si Mario tumben banget mau melakukan itu biasanya dia males banget kalau udah masalah begituan?" tanya Aidin dengan sangat santai. "Gatau, dia beneran lagi waras keknya hari ini. Soalnya dia bener-bener gak nyuruh gue sama sekali dah tentang gantiin semua pekerjaan dia. Palingan dia bilang nyuruh gue untuk gantiin kalau dia gak ada doang. Kalau biasanya kan Fauzan, Fauzan!" dumel Fauzan dengan sangat santai. Semua orang yang berada di sini hanya tertawa kecil mendengar apa yang Fauzan dumelkan. "Beneran persis banget lo ini kalau suruh niruin orang. Gak paham lagi gue sama lo Fauzan. Ntar kalau dia tau ngamuk tau rasa lo," ledek Fahri yang sedang membereskan barang-barangnya. "Gue mah ngomong apa adanya aja. Kalau misalnya dia emang beneran minta tolong gak masalah. Cuma dia itu suka ngeselin aja kalau udah nyuruh gue tapi pas lagi banyak tugas. Rasanya pengen gue jitak aja orangnya. Cuma ya gue sadar diri aja gue siapa? Masa di suruh Pak ketua gue gak mau. Bisa-bisa gue di beklis dari kelas ini lagi," ujar Fauzan. Aku terkekeh pelan melihat tingkah mereka semua saat ini. Jangan tanya kenapa lebih dominan cowo di kelas ini. Karena kelas ini benar-benar jarang sekali peminatnya. Meskipun dia berakreditasi A di sini. Tapi, di kampus ini cewe lebih memilih untuk masuk ke dalam jurusan manajemen dan yang lainnya di bandingkan dengan fakultas kayak kami." "Btw ini beneran cewenya cuma 10 ya di kelas ini?" tanyaku. "Iya, ini aja bersyukur banget masih ada cewenya di sini. Karena jarang banget cewe yang mau masuk jurusan kita ini. Di sini terkenal banget kalau kekurangan cewe. Mangkanya suka di adakan banyak sekali beasiswa untuk perempuan di beberapa jurusan." "Ha? Emang gitu ya? Di jurusan mana aja?" tanyaku dengan sangat kaget. "Iya, di jurusan kita, teknik, sama SI. Itu ada cewe cuma kayak minoritas kalau di sini. Beda banget sama universitas lain. Kalau di universitas lain tuh kimia sama SI masih banyak cewenya. Kalau di gatau gue kenapa jadi minoritas," ujar Vando. Aku hanya menganggukkan kepala dengan pelan. "Btw duduk bawah aja kuy kita saling ngembrol santai aja di bawah sana. Apalagi sekarang ada Raihan nih yang barusan masuk di kelas kita. Siapa tau ada something atau pembelajaran yang bisa kita sama-sama ambil dari satu dengan yang lainnya." "Ayolah, udah lama banget kita gak ngobrol bareng kayak gini. Apalagi ini kelas kita udah selesai, ayok kita ke bawah." "Btw kursi di pepetin ke belakang aja guys. Biar depan keliatan lebar. Nanti kalau udah selesai ngembrol kita foto bareng di kelas ini nanti gue minta tolong sama anak sebelah dah." "Okey, mari kita duduk bawah sambil ngembrol santai sekarang ini," ajak Aidin dengan sangat senang. Mereka semua memanggil seluruh mahasiswa yang sekelas sama kami semua dengan sangat excited untuk masuk ke dalam kelas. Teman-teman yang lain yang berada di luar kelas dan masih mengurusi banyak sekali urusan langsung masuk ke dalam dan menyempatkan diri untuk berkenalan denganku saat ini. "Halo Raihan. Selamat datang di kelas kami. Saya harap anda benar-benar betah ya saat ini di kelas kami. Kalau ada apapun yang ingin di tanyakan langsung aja tanyain ke salah satu dari kami. Nanti kami jawab ko sebisanya," ujar Vani dengan sangat ramah. "Fauzan!!! Masukin si Raihan ke grup kelas sekarang." Fauzan yang merasa di panggung hanya mengacungkan tangannya ke arah mereka semua. Tak lama kemudian notif ponselku masuk dan menandakan bahwa ada seseorang yang memasukkan aku ke dalam grup kelas ini. "Udah masuk belum Han?" tanya Fauzan. "Udah ko, barusan aja masuk motifnya," Mendengar jawabanku Fauzan hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan dan duduk bersama yang lainnya. "Buka dulu aja Mario. Ko ini ketua angkatan tapi belum ada ngomong sama sekali," suruh Vando. "Okey, gue buka ya. Selamat siang semuanya, ini adalah the first time kita duduk bareng, kita ngobrol bareng di sini. Okey, di sini juga ada Raihan yang barusan pindahan ke sini. Gue ucapkan selamat datang di kelas ini. Gue Mario sebagai ketua angkatan di sini," jelas Mario dengan sangat sopan. "Terima kasih atas penyambutan hangatnya. Salam kenal semuanya. Semoga kita bisa melakukan banyak hal ya bersama saat ini dan bisa membangun banyak hal bersama-sama setelah ini." "Salken too Raihan," ujar mereka semua. "Okey kita mau ngobrol apa nih? Untuk bisa majuin kelas juga di tambah dengan progja yang akan kita buat untuk kelas ini dan masih banyak lagi?" tanya Mario. "Gue masuk ya, kalau gue sih pengennya kita tuh ngadain pengabdian dan kayak lebih ke rakyat aja sih. Sebelum melakukan itu semua kita juga harus saling deket satu sama lain. Kalau engga deket kita akan sulit melakukan banyak hal bersama," ungkap Vando. "Bener sih apa yang di bilang sama Vando. Kalau kita gak ada chemistry atau kedekatan di antara satu dengan yang lainnya. Dia jatuh depan lo aja lo gak akan tau kalau dia sekelas sama lo. Itu sih yang buat bener-bener ngebugh banget." "Apalagi kimia terkenal sama kekeluargaan kimia bener-bener sangat baik. Mereka selalu menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Jadi, kalau kita semua gak deket ada yang aneh aja gitu." "Iya, gue juga di wanti-wanti sama kating. Katanya kalau sampai kalian gak bersatu awas aja. Karena kita menjunjung tinggi asas kekeluargaan. Jadi, kita itu satu keluarga, satu saudara yang akan menemani selama empat tahun di kelas ini." "Kalau misalnya salah satu dari kita gak bisa tuh, ya yang lainnya itu beneran ngebantu. Atau gak kalau kita satu kelas gak bisa nih, tapi ada satu yang bisa itu wajib banget ngebantu yang lainnya. Kalau misalnya kalian mau kelas tambahan atau tutor juga kita bisa minta sama dosennya atau gak kita pake temen sekelas kita aja gitu," jelas Rezi. "Iya, itu beneran udah sampe ke telinga gue juga kalau masalah asas kekeluargaan. Apalagi mereka itu bener-bener deket banget antara satu dengan yang lainnya. Kalau ada kating yang lewat juga kalian semua harus negor aja basa-basi." "Mau tanya sih," ujar Veni. "Tanya apa?" tanya Mario. "Kan jelas ya, kita aja gak pernah kumpul bareng kating, kita gak pernah tau mereka. Kayak mana mau negur kalau misalnya kita gak tau orangnya. Ya kali, semua orang gue tegur. Kan kalau itu dosen kayak mana? Alangkah malunya gue ntar sana Ibu itu," dumel Veni. "Nah, itu dia. Nanti kita akan ada kumpulan akbar sama kating-katingnya yang di atas. Nanti kalian bisa tanya apapun sama mereka. Kalau ada kesulitan dalam pembelajaran juga kalian bisa tuh tanya sama mereka." "Dua hari setelah ini kita ada kumpulan akbar di situ seluruh angkatan fakultas dan prodi kita semua datang ke sana. Itu kayak ada semacam acara fun gathering aja sih sama sharing-sharing sama yang lainnya. Ngembrol biasa aja." "Btw gue takutnya malahan kayak ada senioritas gitu sih. Itu yang buat gue kayak beh mantab banget gitu. Karena yang lainnya itu ada yang kayak sok senioritas gitu sama angkatan di bawahnya. Gue kesel banget kalau beneran ada yang begitu di kimia," ungkap Lia. "Kayaknya kalau itu gak ada deh setahu gue. Soalnya angkatan yang paling tua sampai angkatan atas kita setahun itu beneran kayak Kakak Adek banget sih. Mereka lebih ke ngemong aja sama adek-adek di bawahnya. Di tambah dengan mereka yang selalu ada dan selalu bimbing kita nantinya," jelas Mario. "Gini aja deh. Don't judge a book by cover. Mungkin kalian semua gak asing dengan kata-kata itu. Lebih baik kita ikuti aja itu semua. Kalau masalah sok senioritas itu semua tahap jenjang pendidikan pasti ada yang namanya sok senioritas itu. Nah, kalau misalnya memang besok itu ada kan banyaklah anak kelas ini."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD