Reset

2469 Words
Pletak! Satu jitakan mendarat mulus di kepala Fauzan dan membuat sang empunya meringis pelan dengan apa yang ia rasakan saat ini. "Shhhh, rese banget sih lo. Sakit banget tau sekarang ini kepala gue lo jitak kayak gitu. Gak mikir banget loh," dumel Fauzan dengan sangat kesal. "Lo yang ngeselin yaudah dapet deh jitakan itu. Mangkanya lain kali jangan sibuk ngurusin orang aja lo ini. Gue pengen sibuk sendiri aja sekarang." "Udah sana ah kesel gue sama lo. Terserah mau ngapain aja yang penting gak ganggu gue aja lo sekarang. Kesel banget gue sama lo," dumel Raihan. Fauzan dan Raihan sama-sama duduk tenang di bangku mereka masing-masing. Tak lama kemudian dosen kimia mereka masuk ke dalam kelas dan mengajarkan materi yang akan mereka pelajari hari ini. Raihan adalah salah satu mahasiswa terbaik di kelasnya. Hanya dalam waktu beberapa hari saja dia bisa mendapatkan kasih sayang lebih dari para dosennya saat ini. Di tambah dengan mereka semua yang cepat sayang dengan Raihan. Raihan mencoba mendengarkan dan menjawab apa yang di tanyakan oleh dosennya yang membuat teman-temannya merasa aman jika ada dia. Jika ada Raihan kelas tidak jadi tegang karena kalau dosennya bertanya ada yang menjawab semua pertanyaannya. Tapi, jika dirinya gak ada maka semua orang yang berada di sana merasa ketakutan dengan apa yang di katakan oleh dosen mereka semua. Tak terasa sudah selesai jam mata kuliah mereka semua. Fauzan, Mario, dan Raihan langsung turun ke bawah untuk makan siang saat ini. "Mau makan apa?" tanya Raihan. "Makan apa aja deh," jawab mereka semua dengan sangat santai. Raihan menganggukkan kepala dengan pelan dan berjalan ke arah warung yang akan ia pesan. Ia melihat Chen berjalan dan berpapasan oleh Raihan. "Chen!" panggil Raihan dengan sangat sopan. "Iya Mas," jawab Chen dengan sangat lembut. "Siang ini sibuk gak?" tanya Raihan. "Engga sih Kak, emangnya ada apa?" jawab Chen sambil menundukkan kepalanya dengan sangat pelan. "Engga apa-apa. Kalau emang kamu gak sibuk aku mau ajak jalan aja ke luar sebentar. Bisakan?" tanya Raihan. "Eh," ujar Chen dengan sangat kaget. "Gak usah kaget kayak gitu Chen. Santai aja, aku gak gigit ko. Btw gapapakan kalau ajak kamu jalan keluar sebentar?" tanya Raihan dengan sangat sopan. "Gapapa ko Mas. Tapi, gak pantes Mas kalau jalan sama saya. Soalnya saya ini kumuh, jelek, hanya pelayan biasa Mas. Beda sama Mas yang keren dan banyak penggemar di sini," ujar Chen sambil menundukkan kepalanya. "Saya gak masalah bagaimana penampilan kamu. Bisa kita rubah dengan seiring berjalannya waktu. Gak usah khawatir tentang hal itu. Ntar abis kelas satu lagi aku ke sini buat jemput kamu di sini," ujar Raihan dengan sangat santai. Chen hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan dan kembali ke pekerjaannya. Raihan juga kembali memesan makanan mereka dan kembali ke meja mereka saat ini. Fauzan yang merasa aneh dengan sifat sahabatnya itu hanya mengernyitkan dahinya dengan pelan. "Lo darimana aja Han? Lama bener pesen makanannya?" tanya Fauzan dengan mengintrogasi Raihan yang barusan sampai ke meja mereka. "Tadi abis dari toilet dulu mangkanya gue agak lama pesen makanannya. Btw gue pesenin kalian sama dengan makanan gue gak papa kan?" tanya Raihan. "Gapapa yang penting makan," jawab Fauzan dan Mario. Mereka semua hanya terdiam dan memainkan handphone mereka masing-masing dan mensroll akun sosial media mereka masing-masing. Tak lama kemudian Chen membawakan makanan pesanan mereka sambil menundukkan kepalanya. "Permisi Mas, ini pesanannya. Selamat menikmati," ujar Chen dengan sangat sopan dan menundukkan kepalanya. "Terima kasih, btw nama kamu siapa? Kamu sering banget kasih ini. Kamu pelayan ya di sini?" tanya Fauzan dengan sangat sopan. "Iya Mas, saya pelayan di sini. Nama saya panggil aja Chen, selamat menikmati Mas. Semoga suka dengan makanan yang ada di sini. Saya permisi dulu," pamit Chen dengan sangat sopan. Mereka hanya mengernyitkan dahinya dengan pelan dan menatap Chen dengan sangat dalam. "Itu cewe beneran aneh banget perasaan gue sih. Gak biasanya gue nemuin yang kayak gitu kalau gak di sini." "Dari sekian banyak pelayan yang ada di sini yang paling sopan dan cupu adalah dia. Kayak dia tuh lebih kalem dan gak bar-bar gitu kalau kasih makanan. Beda sama pelayan lainnya, biasanya mereka agak sedikit agresif kalau nganterin makanan. Apalagi sama yang ganteng udah agak gimana gitu." "Jangan pernah menilai seseorang dari luarnya saja. Belum tentu loh apa yang kita lihat sama seperti apa yang terjadi." "Bener sama apa yang di bilang sama Raihan. Kalau misalnya kita selalu menilai seseorang dari cover itu semua gak akan bener. Kadang apa yang kita lihat dan apa yang kita ketahui sama dia itu gak pernah sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya. Coba deh buka mata dan buka hati kita untuk melihat semuanya saat ini." "Nah, gue setuju sama apa yang di katakan oleh mereka semua. Coba deh kalau di pikir-pikir ya. Gak mungkin dong kalau dia seperti itu kalau gak ada sebab. Pasti semua orang memiliki sebab dan akibatnya. Gue bukannya membela atau gimana ya. Ini adalah kenyataan." Fauzan dan Mario hanya tersenyum kecil dan memakan makanan yang berada di hadapan mereka semua saat ini dan kembali ke dalam kelas untuk melanjutkan pembelajaran mereka semua. Setelah pulang kuliah Raihan kembali menghampiri Chen yang baru saja selesai bekerja di tempat kerjanya. Raihan dengan coolnya berdiri di depan kantin dan menunggu Chen yang masih berpamitan dengan yang lainnya. Tak lama kemudian Chen menghampiri Raihan dan menundukkan kepalanya dengan sangat pelan. Raihan yang merasa risih dengan tundukan kepalanya Chen hanya menghembuskan nafas dengan kasar dan mengangkat pelan dagu Chen saat ini. "Kalau ada orang di depan kamu jangan lupa kamu harus selalu mengangkat wajah kamu dan menatap siapa yang berada di hadapan kamu saat ini. Jangan selalu menundukkan kepala kamu seperti itu. Gak sopan," ujar Raihan dengan sangat tegas. "Saya hanya melakukan sebuah keharusan yang selalu saya lakukan selama ini. Saya di ajarkan untuk selalu menundukkan kepala seperti ini dari kecilnya. Jadi, sangat sulit Tuan jika harus menatap orang yang berada di hadapan saya saat ini." "Jangan terlalu formal. Gue bukan atasan lo ataupun gue orang tua lo. Anggep aja gue saat ini adalah teman atau sahabat lo yang bisa lo ajak ngobrol pada saat apapun." Chen hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan sangat pelan dan mengekor di belakang Raihan yang berjalan ke arah mobilnya sambil menundukkan kepalanya dengan sangat pelan. Raihan yang merasa kesal melihat Chen yang berada di belakangnya langsung berhenti dengan secara mendadak. Chen yang kaget dengan Raihan yang berhenti mendadak langsung menumbur punggung tegap Raihan dari belakang. Raihan langsung menoleh ke arah Chen dan menatapnya dengan sangat datar. "Kamu itu bukan pembantu atau orang yang kerja sama aku ya Chen. Jalannya samping aku sekarang bukan di belakang aku. Rasanya kayak punya pembokat tau aku kalau kamu jalan di belakang," dumel Raihan. "Gak sopan Mas kalau saya berjalan di sebelah Mas Raihan. Nanti saya yang ada di hujat sama fans Mas Raihan lagi. Sebenarnya di ajak jalan aja itu benar-benar sangat tidak pas bagi saya. Apalagi saya yang kerjanya seperti ini," jelas Chen. "Hadeh, ternyata kamu lebih manis dan lebih sopan daripada di mimpi aku Chen," gumam Raihan dengan sangat pelan. Chen yang merasa Raihan mengatakan sesuatu hanya mengernyitkan dahinya dengan pelan dan menatap Raihan dengan sangat bingung. "Maaf Mas, tadi ngomong apa ya?" tanya ulang Chen. "Engga ko, kamu mirip sama temen aku yang ada di rumah. Mangkanya aku ngerasa sekarang lagi sama dia deh. Btw jalannya jalan di belakang lagi ya, gak sopan bagi aku kalau kamu jalan di belakang. Kamu itu bukan pembantu atau yang bekerja sama aku." "Yang bekerja sama dengan aku aja gak aku perlakukan seperti itu. Apalagi kamu Chen. Jangan berjalan di belakang ya. Untuk masalah fans, abaikan aja mereka mau berkata apa. Nanti kalau mereka yang berlaku aneh-aneh, kamu jangan lupa kabarin aku biar aku yang maju." "Kenapa kamu selalu menjadi pelindung aku saat ini? Padahal aku sama sekali gak pernah yang namanya menghargai kamu pada saat apapun. Apa yang membuat kamu seperti ini Raihan?" tanya Chen dengan sangat bingung. "Apakah aku salah melakukan ini semua? Apakah aku salah ketika ingin melihat kamu bahagia?" tanya Raihan. "Sangat aneh bagi aku, kamu yang tiba-tiba kenal aku dan tanpa aku tahu siapa kamu sebenarnya. Di tambah dengan orang-orang yang berada di sekeliling kamu yang benar-benar buat aku merasa lebih ah gak pantes itu mah," dumel Chen dengan sangat pelan. "Jangan pernah kayak gitu. Aku selalu ingetin kamu, aku selalu bilang sama kamu kalau aku gak papa. Aku akan selalu kasih kebahagiaan ke kamu. Itu aja yang selalu ingin aku katakan. Karena yang terbaik adalah tidak selalu harus terlihat oleh mata. Tapi, yang terbaik adalah hal yang selalu ada pada saat apapun itu. Gitu konsep yang aku maksud selama ini." "Tetep saja aku merasa gak pantes ketika bersama kamu. Kamu adalah orang hebat sedangkan aku adalah manusia biasa-biasa aja," ujar Chen. "Kalau kamu berpikir tentang kasta semua orang gak akan ada habisnya. Dimana banyak sekali kasta yang sulit kita gapai dan banyak perbedaan dengan yang lainnya. Janganlah membuat kamu selalu merasa kalau kamu yang paling terakhir." "Kamu gatau apa yang aku rasakan, bagaimana rasanya di gunjing dan bagaimana rasanya di kasih wajah yang sinis oleh banyak orang. Kasih sayang yang lo kasih ke orang lain justru gak pernah di hargai olehnya. Itu yang buat gue merasa kayak buat apa sih gue ini." "Itu terjadi semuanya karena sebuah kasta ya. Kasta! Bukan yang lainnya, ketika kasta sudah berkata maka semuanya akan menundukkan kepalanya. Itulah kehebatan di dunia ini," jelas Chen sambil tertawa sumbang. "Bagi gue itu semua gak berlaku. Karena di mana banyak orang berkasta tinggi tapi tidak memiliki etika dan etitut yang baik yang buat gue merasa kalau dia gak pantes buat di contoh. Mau setinggi apapun kastanya bagi gue gak akan guna kalau dia gak punya etitut. Emangnya di dunia ini lo hanya makan harta dan tahta aja apa? Engga sama sekali. Kita juga butuh orang-orang lain." Setelah puas bermain dengan Chen, Raihan memutuskan untuk pulang ke rumah dan melakukan banyak hal. Ia mencari keberadaan Edwin dan Varo untuk membantunya mencari tahu keberadaan siapa saja anggota The King yang berada di Indonesia. "Edwin apakah lo udah tahu semuanya? Siapa saja yang berada di sini? Gue penasaran dengan mereka semua?" tanya Raihan dengan sangat tegas. "Gue hanya melihat beberapa saja dan salah satunya ada di kampus yang sama dengan kita itu. Dia yang nantang lo itu adalah salah satu dari mereka semua. Jangan terlalu terbawa emosi Han. Santai aja ntar juga kita akan menemukan semuanya," jelas Edwin. "Dengerin gue ya. Kalau misalnya kita lengah sedikit saja akan banyak orang yang terdampak nantinya. Gue gak mau sama sekali dan gue gak mau kalau mereka semua merasakan semuanya. Please deh, jangan terlalu santai dalam menghadapi sebuah hal." "Gue akan terus cari tahu ko. Tenang aja, gak usah banyak emosi ntar gue yang bantu handle semuanya." "Coba dulu serius sekarang ini. Ini semua menyangkut nyawa banyak orang. Kita wajib tahu semuanya tentang apa yang mereka akan lakukan kepada kita semua saat ini. Cobalah melakukan banyak hal lagi saat ini. Gue mau ada titik terang pada masalah ini." "Kalau dari sebuah reset yang ada gue mendapatkan sebuah hal yang baru sih di sini. Kayak ada banyak hal yang mengganjal dan agak ambigu. Apalagi masalah Fernando kemarin." "Yang di bagian mana?" tanya Varo. "Sesibuk apa lo sampe lo lupa yang di bagian mananya?" tanya Edwin dengan sangat kesal. "Maaf loh, gak gitu maksudnya gue. Coba jelasin dulu sekarang ini yang mana? Soalnya ada banyak sekali hal yang emang di lakukan oleh mereka semua sampe gue lupa sama apa yang telah mereka lakukan." Edwin hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan dan menatap sahabatnya itu dengan sangat datar. "Emang susah kalau emang ketemu sama orang yang ngeselin kayak lo ini. Udah jangan di bahas. Gue pengen kalian semua fokus dalam ini semua dan melakukan yang terbaik." "Cari semua tentang mereka dan laporan ke gue sekarang juga. Gue gak mau tahu." Mereka berdua hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan dan mengikuti apa yang di katakan oleh Raihan. Benar apa yang di katakan oleh Raihan. Edwin dan Varo terus mencari apa yang terjadi sebenarnya di balik ini semua. Sampai akhirnya Edwin mendapatkan sebuah titik terang yang seharusnya mereka dapatkan dari awal saat ini. Edwin tersenyum simpul dan memberikan semuanya kepada Raihan. "Yash! Titik terang! Akhirnya gue menemukan semuanya. Emang gila beneran ya The King. Wajib di musnahkan orang-orangnya." Melihat Edwin yang kesenangan mendapatkan apa yang dia inginkan, Raihan langsung mendekat ke arah Edwin dan melihat semuanya. Ada sebuah perputaran besar di dalam laptop Edwin yang membuat mereka semua mengernyitkan dahinya dengan sangat pelan. "Maksudnya gitu gimana?" tanya Raihan dengan sangat bingung. "Itu? Kalau ada masalah atau apapun dia akan berputar dengan sangat kencang. Mereka juga menggunakan IT yang sama dengan apa yang kita pakai. Tapi, di balik itu semua orang yang menjaga IT mereka benar-benar sangat bolot." "Mereka tidak bisa menjamin data pribadi untuk tidak bocor kepada orang lain. Itulah yang membuat mereka terus berpikir yang engga-engga jatuhnya. Itu adalah salah satu alasan kudeta nantinya." "Bisa saja kita melakukan itu semua. Tapi, gak mudah melakukan sebuah kudeta dengan mereka. Tapi, kalau kudeta dengan orang-orang atau anggota lainnya supaya dia sadar bisa ko." "Emang gak mudah, kita harus punya sebuah rencana yang matang agar bisa membuat mereka semua kudeta saat ini. Kalau kita gak punya rencana yang matang maka kita gak akan bisa membuat mereka hancur berantakan." "Buat rencana yang seperti apa? Kalau ingin membuat mereka semua terpecahkan saat ini. Karena kita sama sekali gatau apa-apa tentang ini semua juga. Coba jelaskan semuanya," pinta Raihan. Varo mendekatkan tubuhnya ke arah Raihan dan membisikkan semuanya yang ia ketahui saat ini. Raihan yang masih bingung dengan apa yang harus di lakukannya hanya bisa terdiam dan mencoba menelaah semuanya. "Dengan adanya kayak gitu mereka semua akan tunduk di hadapan kita saat ini Han. Cobalah untuk membaca ulang setiap hal yang terjadi coba." "Gue udah berusaha membaca semuanya tapi, gak semua hal yang kita baca itu dapat kita pahami. Cobalah untuk paham dengan semua situasi ini. Karena gue juga taunya tak semudah itu." "Kita bisa kalau kita menyusun semuanya dari awal dan secara matang. Kita hanya beberapa orang di sini. Jangan takut dengan hal itu. Kalau kita kalah di Medan perang demi membela yang benar maka kita tidak akan salah selama ini. Tapi, kalau kita yang jahat dengan orang-orang baik maka itu semua akan membuat kita menjadi seseorang yang sangat kejam nantinya." "Lakukan reset dan lakukan semuanya. Gue tunggu laporan kalian semua secepatnya. Gue gamau tau pokoknya kalian semua wajib udah bisa melakukan yang terbaik saat ini. Karena gue gak mau kita kecolongan lagi nantinya," jelas Raihan dengan sangat tegas. "Tenang aja Han, gue akan melakukan ini dengan sangat baik. Lo di sini aja dan duduk manis menerima setiap laporan yang gue kasih ke lo setiap harinya. Setelah itu barusan kita cari semuanya sama-sama saat ini." "Okey, gue pegang janji lo saat ini. Sampai ini beneran gak kelar lo yang wajib tanggung jawab ya Varo! Apapun yang terjadi gue gak mau tau sama sekali."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD