Ajeng membenarkan ucapan Widya mengenai sikapnya, dan di matanya Widya selalu baik, walaupun sempat membenci dirinya dan mungkin juga kepada ibunya. Namun, Ajeng memahami bahwa kebencian sesaat Widya cukup beralasan. Kehilangan seorang anak yang paling dia bangga-banggakan itu sangat menyakitkan dan gampang sekali termakan hasudan. Setidaknya itu yang ibunya ajarkan kepadanya untuk tidak membalas kebencian Widya, dan lebih baik memilih untuk menjauh saja. Ajeng sempat membayangkan jika dirinya berada di posisi Widya, kehilangan anak misalnya, pasti sangat menyedihkan. Pada saat dirinya mengalami keguguran saja, dia sudah hampir kehilangan arah, belum lagi setelahnya, Anung berulah. “Hm … kamu cantik luar dalam, Ajeng. Pantas kedua anak Mama menyukaimu, sampai nggak bisa melupakan kamu. Ma

