Desita Indira 4

1208 Words
Aku benar-benar tidak bisa berpikir lagi. Bagaimana ada seseorang seperti Dante? Dia bahkan tidak mengenalku, lalu tiba-tiba mengajakku menikah dan menyentuhku seenaknya seolah aku w************n. Bagaimana ada orang bisa melakukan semua itu pada orang yang tidak dikenalnya? Aku terus berpikir tanpa menyadari bahwa aku sudah berjam-jam berada di dalam kamar mandi. Gedoran pintu keras sekali seperti akan merobohkan seluruh temboklah yang menyadarkanku. Bajuku basah semua karena aku duduk di bawah guyuran shower tanpa melakukan apa pun. Hanya merenung dan terus berpikir tentang berbagai kemungkinan tapi tetap tidak menemukan ujungnya. Aku benar-benar tidak mengenal Dante sebelumnya, aku bahkan baru pernah melihatnya ketika disodorkan perjanjian kala itu. Hidupku juga lurus-lurus saja selama ini. Aku cenderung menghindari pertemanan apalagi berhubungan dengan laki-laki. Namun kenapa Dante seolah memiliki dendam padaku? Ada apa? Kenapa bisa seperti itu? Dendam seperti apa? Kesalahan apa yang pernah aku perbuat? Ribuan pertanyaan semacam itu mengacaukan pikiranku. “Gadis bodoh! Kalau kau tidak keluar dalam hitungan ke tiga aku akan mendobrak pintunya!” teriak Dante dari luar yang menyadarkanku seratus persen. Aku bangkit dengan tubuh menggigil, kemudian membuka pintu dan memasang wajah datar. Napas laki-laki itu tampak memburu dan menatapku dengan marah tapi aku tidak peduli lagi. Jika dia akan membunuhku sekarang pun aku tidak peduli lagi. Kemudian tanpa banyak kata, laki-laki itu masuk ke kamar mandi. Membuatku berpikir mungkin sejak tadi dia memang ingin masuk ke kamar mandi tapi aku malah terlalu lama di dalam. Tidak mungkin kan dia menggedor pintunya karena khawatir? Aku memilih keluar dan menunggu, laki-laki itu tidak menutup pintunya dengan benar dan bahkan tidak menguncinya. Tapi aku tidak mau peduli, setelah Dante selesai aku akan mengganti bajuku dengan bathrobe yang aku liat di dalam tadi. Karena kepalaku mulai terasa pusing. Tidak lama kemudian Dante keluar membawa sebuah handuk besar dan menghampiriku. Kemudian mengeringkan rambutku tanpa bicara sepatah kata pun. Raut wajahnya tampak sangat marah. Rahangnya mengetat dan bibirnya membentuk garis lurus seolah dia menahan sesuatu yang ingin meledak. Dan ketika dia hendak membuka kancing bajuku, aku menahan tangannya. Kilatan kejadian tadi kembali teringat dan itu membuatku takut. Dia sepertinya menyadari bahwa tanganku sedikit bergetar. “Aku bisa mengganti bajuku sendiri.” ujarku yang mungkin terdengar lemah karena sejujurnya kepalaku mulai pusing sekali. Laki-laki itu mendengkus. Tidak mempedulikan protesku, dia menyingkirkan tanganku yang menghalanginya. Menarikku masuk kembali ke dalam kamar mandi kemudian melucuti semua pakaian basahku tanpa tersisa. Aku hanya menunduk tidak mampu menatap matanya. Sudah terlalu malam untuk memberontak karena tubuhku rasanya lemas sekali. Dia membawaku kembali ke bawah guyuran air yang kali ini terasa hangat, sepertinya dia sudah merubah suhu airnya. Kemudian memandikanku seperti anak kecil yang belum bisa mandi sendiri. Menyentuh setiap inci tubuhku seolah sudah terbiasa. Aku tersenyum miris. Sepertinya aku akan menjadi salah satu mainan laki-laki b******k ini. Mungkin sekarang dia sudah bosan dengan mainannya yang lain sehingga dia menjeratku untuk menjadi korban selanjutnya dengan memanfaatkan kelemahanku. Dasar laki-laki tidak punya hati! Setelah hanya memandikanku saja tanpa melakukan apa pun yang membuatku tidak suka, laki-laki itu kemudian mengeringkan badanku. Keluar sebentar kemudian memakaikan kemejanya yang kebesaran di tubuhku yang mungil. Menarikku keluar dan mendudukanku di ranjang kemudian menyalakan hair dryer dan mengeringkan rambutku dengan lembut. Aku sedikit terkejut laki-laki iblis ini bisa memperlakukanku dengan lembut seperti ini. Apakah dia merasa bersalah? Tapi sepertinya itu tidak mungkin. Setelah rambutku kering, dia mengambil kotak obat dan mengganti perban di perutku. Dia diam sejenak memperhatikan lukaku kemudian mendengkus tampak kesal. “Dasar ceroboh!” gumamnya entah pada siapa. Aku masih diam saja. Setelah semuanya selesai barulah dia menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan maknanya. “Mau bunuh diri lagi untuk lari agar tidak bayar hutang?” tanyanya, tapi  aku diam saja. Kepalaku pusing sekali dan aku malas mendebatnya. “Aku baru tahu bahwa Desita penulis yang selalu menyetorkan naskahnya tepat waktu, tidak pernah melakukan kesalahan, dan ceritanya selalu ditunggu pembacanya ternyata jenis perempuan yang tidak bertanggungjawab.” ucap laki-laki itu lagi. Tapi aku tetap diam. Dia tampak semakin kesal. “Aku akan membuat panti asuhan kesayanganmu dihancurkan jika kau terus seperti ini!” Perkataannya kali ini seketika membuat mataku membesar dan aku menatapnya dengan berani. “Aku akan membunuhmu jika melakukannya!” ancamku dengan berani dan dia menyunggingkan senyum miring. “Memangnya kau bisa melakukannya?” Dia berkata dengan nada seolah tidak ada seorangnpun yang bisa mengalahkannya. Otakku kemudian memproses semuanya dan menemukan peluang karena kebetulan kami sedang membahas masalah panti. “Baiklah, aku akan menuruti semua kemauanmu. Tapi aku juga punya syarat,” kataku. Dia tertawa dan itu menyebalkan. “Aku sudah tahu bahwa kau sebenarnya menginginkan sesuatu kan? Jenis perempuan sepertimu yang sok jual mahal gini sudah bisa aku tebak isi kepalanya.” Dante berkata seenaknya dan aku berusaha menahan gejolak kemarahan di hati. “Bukan hal besar, aku yakin orang kaya sepertimu tidak akan kesulitan melakukannya. Benar kan?” Aku tetap melanjutkan tujuanku. Karena jika kehidupanku hancur nantinya, setidaknya penghuni panti masih bisa mendapatkan kehidupannya. “Ahh, aku mengerti, ini berhubungan dengan uang?” Aku mengangguk dan dia menatapku penuh penghinaan. “Baiklah sebutkan saja, aku akan mewujudkan satu permintaanmu ini walaupun sejujurnya kau termasuk banyak menuntut untuk ukuran si pemilik hutang,” ucapnya. “Tapi aku tidak bisa memberikan ini gratis tentu saja.” Dia menyeringai. “Puaskan aku malam ini dan aku akan memberikannya, apa pun yang hendak kau minta itu.” Dante terkekeh dengan menyebalkan dan aku ingin meledakkan kepala mesumnya itu sekarang juga rasanya. Aku diam saja, tidak bisa menjawab. Tapi bukankah sekalipun aku menolak laki-laki itu nantinya akan tetap melakukannya padaku? Dalam arti bahwa setelah aku menandatangani perjanjian itu seluruh hidupku dan tubuhku adalah miliknya. “Baiklah, setuju.” ucapku final dan dia menyeringai lagi. “Katakan apa maumu?” “Jadilah donatur untuk panti asuhanku. Pastikan semua anak-anak di dalam sana hidup dengan kecukupan. Atap bangunan panti itu juga sudah rusak dan sedikit membuatku khawatir, jadi tolong lakukan pembangunan juga. Selain itu, tolong bayar seorang guru untuk mengajari anak-anak pelajaran sekolah. Mereka membutuhkan pelajaran tambahan selain yang mereka terima di sekolah. Dan jangan lupa, tolong beri mereka tempat tidur yang layak.” ujarku dengan lancar. Entah dari mana keberanian ini berasal. Mungkin karena aku merasa sudah tidak memiliki harapan lagi bagi kehidupanku sehingga setidaknya aku harus memperjuangkan kehidupan adik-adikku. Dante diam untuk waktu yang cukup lama sambil terus menatapku. Kemudian dia mendengkus. “Itu lebih dari satu, Desita, dasar serakah!” umpatnya. “Kau bilang kau kaya kan? Melakukan hal sepele seperti itu saja keberatan.” balasku yang menbuatnya langsung menyipit tidak suka. “Siapa yang bilang keberatan? Aku hanya bilang kau serakah! Itu bukan hal sulit bagiku. Uangku banyak dan orangku ada di mana-mana.” Setelah mengatakan itu, Dante berdiri dan hendak meninggalkanku. Kemudian dia berhenti dan menoleh lagi ke arahku. “Aku tidak mau melihatmu pucat dan terlihat sakit seperti ini. Kau harus sehat, dan buang wajah cemberut menyebalkan itu. Dan turuti semua perintahku. Itu adalah cara terbaik jika kau ingin keinginanmu yang banyak tadi aku wujudkan.” ucapnya kemudian pergi meninggalkanku di dalam kamarnya. Semua sikapnya benar-benar menbuatku bingung. Kadang dia terlihat sangat kejam, tapi kadang bisa terlihat begitu lembut dan perhatian. Kadang terliht jahat tapi sesekali menunjukan sikap baiknya. Laki-laki seperti apa sebenarnya Dante itu? Membuatku tiba-tiba merasa ingin mengenalnya lebih jauh untuk menjawab semua rasa penasaranku.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD