Senior College

1717 Words
Hari ini hari pertamaku masuk kuliah. Dua minggu setelah pulang liburan aku mengikuti masa orientasi mahasiswa baru di kampusku. Aku mengambil jurusan pariwisata karena menyukai traveling. Kampusku cukup terkenal dengan jurusan pariwisatanya. Ada dua orang perempuan yang cepat akrab denganku saat orientasi Maba kemarin, namanya Jenna dan Bree. Mereka dari sekolah yang sama. Sedangkan sahabatku Krista, mengambil jurusan Design. Kami hanya bertemu saat jam istirahat atau jalan bareng saat pulang kampus. Dan untungnya aku, Jenna dan Bree satu kelas di semester ini. Aku merasa tidak perlu khawatir dengan banyaknya mahasiswa lain yang tidak aku kenal. Aku berjalan dengan kedua temanku itu menuju kantin saat jam istirahat. Melihat beberapa orang senior yang kemarin membimbing kami saat orientasi. Salah satunya Moreno. Dia adalah mahasiswa semester 5 yang cukup terkenal di jurusan kami. Contohnya Bree, yang merasa langsung jatuh cinta pada cowok itu. "Ow em ji.. ada Reno!!" Bisiknya. "Ya ampun Bree.. lebay lo ah..!" Sahut Jenna. Aku hanya tersenyum melihat cewek itu semakin panik dan panik saat kami berjalan semakin dekat. Kami menyapa mereka dan beberapa orang lainnya. "Hai Lexy.." sapa Moreno Aku hanya melongo. "Halo kak.." aku tersenyum ramah. Aku melihat Bree seperti kehabisan napas. Setelah memesan makanan kami duduk. Bree sibuk melirik ke arah Moreno sedangkan aku dan Jenna hanya menggeleng. "Dia tadi sapa kita.. ow my God!!" Bisik Bree semangat. "Nyapa Lexy kaleee..." Timpal Jenna. "Ya sama aja..." Bree menghentak-hentak kakinya. Jenna menatapku. "Pindah aja yuk, Lex!" Aku terbahak mendengarnya. Pesanan kami datang dan kami makan. "Mmm, mau minum apa? Gw mau beli." Tanya Bree. "Gw icetee" sahut Jenna. "Gw air mineral dingin aja Bree!" Dia mengangguk dan berjalan ke arah kios minuman. Aku dan Jenna berbincang sambil makan. Padahal kami baru kenal sebentar tapi rasanya obrolan kami cepat nyambung. Tidak lama Bree datang dengan wajah pucat. Dengan lemas dia meletakkan minuman kami di meja. "Kenapa lo?" Tanya Jenna "Gw.. sesek napas.." ucapnya pelan. "Hah? Asma lo kambuh?" Jenna terlihat sedikit cemas. Bree menggeleng. Aku dan Jenna saling menatap sambil bingung melihat Bree yang masih melamun entah menatap apa. "Tadi kak Reno nyamperin gw pas beli minum." "What??!!" Aku dan Jenna menyahut berbarengan. Lalu Bree mengangguk. "Dia yang beliin minuman ini buat kita." "Kok bisa?" Tanya Jenna. Aku mengambil minumanku dan meminumnya. "Dia minta nomer hape lo Lex.." Seketika aku memuncratkan air minumku dan terbatuk. Jenna menyodorkan tissu padaku. "Ohhok... Ohhok.... Kok bisa?" Kini giliranku yang bertanya. "Terus lo kasih?" Tanya Jenna. Bree mengangguk. Lalu dia berteriak kecil. "Gw ga percaya dia ngomong ke gw.." "Dan gw ga percaya lo kasih nomer gw gitu aja...." Ketusku. "Sorry Lex. Gw kayak terhipnotis gitu pas dia ngomong." Bree memegang kedua pipinya yang memerah. "Emang dia dukun!" Sahutku. "Kasih tau gw nomernya dia ya kalo doi kontek lo..." Sahutnya polos dan aku menjitak kepalanya. Jenna hanya terkekeh melihat kami lalu dia menyenggol lenganku saat melihat Moreno dan rombongannya berjalan melewati kami. "Bye Lex..." Moreno melambaikan tangannya dan aku membalas. Bree sudah seperti orang jantungan sekarang. "Kayaknya doi naksir lo, Lex.." Ujar Jenna. "Dia nandain gw, karena cuma gw yang telat tiga hari berturut waktu orientasi..." Sahutku. Jenna terkekeh lalu kami melanjutkan makan sambil terus menggoda Bree yang sedang jatuh cinta. Pulang kuliah aku merebahkan tubuh di sofa ruang tengah. Rasanya letih setelah menghabiskan waktu 1,5jam bermacet ria. Pintu depan terbuka dan aku menegakkan tubuh saat melihat kak Drian masuk. "Hai Lex. Baru balik?" Tanyanya. Aku mengangguk. "Kak An tumben udah balik?" Dia mendekat lalu mengusap puncak kepalaku, kebiasaannya yang akhir-akhir ini aku sukai. Bukan suka gimana-gimana loh ya.. tapi suka karena mungkin baru kali ini aku merasa punya kakak laki-laki, ditambah lagi kak Elle akhir-akhir ini semakin sibuk. "Shift malem kan, harusnya balik siang tapi ada urgent tadi operasi dulu." Dia berjalan ke arah dapur dan aku mengikutinya. Aku melihatnya mengambil dua gelas dan kotak sari apel dari kulkas dan menuangkannya. Lalu menyerahkan satu gelas padaku. "Thanks kak.." aku langsung meneguknya hingga tandas. Aku melirik jam dipergelangan tanganku. Kak Drian masih dokter IGD, rencananya dia ingin kuliah lagi ambil spesialis penyakit dalam. Baru pukul empat sore dan aku ingin tidur sejenak. "Aku naik duluan ya kak.." Dia mengangguk dan aku berlalu. Aku merebahkan tubuhku setelah bersih-bersih sedikit dan mengganti baju. Tanpa sadar aku tertidur dan bangun dua jam kemudian saat bu Rini, ART rumah mengetuk pintu kamarku memberitahu bahwa makan malam sudah siap. Aku mandi kilat lalu turun ke bawah. Kak Elle sepertinya baru sampai karena dia terlihat lelah dan kak Drian turun tidak lama kemudian dengan rambut yang masih basah. Kami makan bersama dengan mama dan papa. "Ac masih error Dri?" Tanya mama. Kak Drian mengangguk. Kak Elle mendesah panjang dan menatapku. "Aku malem tidur dikamermu ya dek..." "Hah?" Aku melongo. Tidur dikamerku? Lah suaminya gimana...? "Tar Drian tidur di sofa kamu dek.. males banget tidur panas-panas." Sahutnya lagi. "Kenapa ga di kamer tamu aja sih kak?" Timpalku. "Males dek, besok aku harus berangkat pagi. Tar bolak balik gitu." Kamar tamu ada di lantai bawah. "Ada barang mama juga dek numpuk abis belanja bahan kemarin." Jelas mama menatapku lalu beralih menatap ke kak Drian." Maaf ya Dri, besok mama ganti acnya" "Gapapa ma.." sahut iparku sambil tersenyum. Aku hanya bisa cemberut memikirkan malam ini harus tidur dengan kakakku dan suaminya padahal aku mau maraton nonton korea sampai pagi karena besok libur kuliah. Malamnya aku tetap nonton tapi sampai jam 11, aku tidak bisa berekspresi seperti yang biasa ku lakukan, melonjak girang saat melihat tokoh utama beradegan uwu. Ku lihat kak Drian sudah terlelap sedangkan kak Elle masih membaca buku tebal entah apa. Akhirnya aku tidur duluan. Anehnya, malam itu aku bermimpi adegan mesra film korea yang aku lihat tadi. Mataku terpejam tapi aku merasakan seseorang memelukku, menarik tubuhku merapat. Lalu dia mengelus punggungku. Aku merasakan kecupan di puncak kepalaku. Lalu si tokoh utama yang wajahnya tidak terlihat jelas itu terus memelukku dan mengucapkan kalimat cinta. Aku tersenyum mendengar suara lembutnya dan balas memeluknya. Aku mendongak, aku terkejut setengah mati saat melihat wajah kak Drian. Aku terbangun dengan napas tersengal. Matahari sudah mulai masuk ke kamarku. Aku melihat sekeliling, kak Elle dan kak Drian sudah tidak ada. Aku menyenderkan kepalaku ke kepala ranjang. Mimpi apa itu?!!!! Aku menyentuh puncak kepalaku, mengapa rasanya begitu nyata? Aku menggeleng kencang mengenyahkan mimpi gilaku. Lalu aku beranjak bangun dan bergegas mandi. *** Siang ini Krista mengajakku jalan ke PIM. Kami biasa menghabiskan waktu seminggu sekali untuk hangout bareng. Sahabatku itu hobi shopping. Setiap minggu ada saja yang mau di belinya. Kami mengantri membeli minuman dulu sebelum berkeliling. Aku merasakan tepukan dibahuku dan aku menoleh. "Hai Lex. Sudah kuduga itu kamu..." Wajah seniorku Moreno tersenyum padaku. "Lagi jalan Lex?" "Hai kak.." aku menyapanya biasa. Krista sudah menyenggol lenganku minta di kenalkan. "Iya. ini temanku Krista. Ini seniorku, kak Moreno" Mereka berjabat tangan lalu Moreno kembali menatapku. "Berdua aja? Ga ditemenin cowok kamu Lex?" Krista melirikku, dia juga mengerti ada maksud lain dibalik pertanyaan cowok itu. "Lexy belum punya cowok kak.." Krista menjawab cepat dan aku balas melotot padanya. Untuk apa bilang begitu ke dia? "Ow good. Kalian mau ngapain aja nih?" Moreno menatapku. "Belum tau". Lagi-lagi sahabatku itu gercep menjawab. Dan aku mengerutkan dahi menatapnya. Bukannya tadi dia bilang mau lihat sepatu, terus aksesoris tangan, terus tas? "Aku sama temenku mau nonton." Moreno menunjuk kedua temannya diluar yang melambai pada kami. "Mau join?" "Thanks kak, tapi kami...." "Boleh kak..." Krista memotong. Dia mencubit lenganku. Mau apa sih dia?? Giliran kami memesan dan Moreno ikut membayar. Aku merasa tidak enak. Entah apa yang ada dipikiran sahabatku ini ingin bergabung dengan mereka. Kenal aja belum! Aku juga tidak terlalu akrab dengan seniorku itu. Aku hanya diam mengikuti mereka dan Krista bersikap seolah sudah akrab dengan Moreno dan temannya. Sebelum masuk ke studio bioskop aku sengaja menarik Krista kedalam toilet. "Lo ngapain sih Ta? Kita kesini kan mau jalan bukan nonton!!" Sahutku setengah kesal. "Sayang kan Lex. Ada kesempatan pergi ama cowok-cowok keceh.. eh, keliatannya kak Reno naksir lo ya.." cerocosnya. Aku memberengut dan pasrah saat Krista menyeretku masuk ke studio, karena Moreno terlanjur sudah membelikan tiket. Aku duduk di antara Krista dan Moreno. Entah benar atau tidak, aku merasa beberapa kali Moreno menatapku sepanjang film diputar. Dan aku merasa sedikit tidak nyaman. Setelah nonton aku terpaksa ikut makan bareng mereka karena lagi-lagi Krista memaksa. Konyol sekali sikap sahabatku itu! Yang bikin aku kesal adalah Moreno membayar semua makanan yang aku pesan. Aku merasa tidak enak. Krista malah senyam-senyum ga jelas. Sebel... Sebel...!! "Udah kenyang Lex?" Tanya Moreno. Aku tersentak saat tidak sadar hanya mengaduk-aduk makananku saja. Aku tersenyum kecil. Moreno balik tersenyum dan menawarkan cemilan yang dia beli. Aku menolak dengan halus. Kami larut dalam obrolan sekitar kuliah. Sudah pukul 7 malam dan aku mengajak Krista pulang. Entah bagaimana tiba-tiba Krista bilang mau jemput Mamanya dirumah tantenya dan Moreno menawarkan untuk mengantarku pulang. "Jangan kak.. nanti muter..." Tolakku. "Gapapa. Sekalian ada perlu ke daerah sana kok.." dalihnya. Krista melotot seolah berkata 'udah ikut aja sih pake nolak segala!' Dan aku hanya bisa menghela napas panjang saat berpisah dengan mereka. Kami berjalan ke arah parkiran. Rumahku di Bintaro, sedangkan rumah Moreno di kebon jeruk. Aku merasa tidak enak karena dia harus muter jauh untuk mengantarku. Aku lebih banyak diam di mobil, lebih banyak menjawab daripada bertanya. Bukan aku tidak suka tapi rasanya tidak etis kalau aku bertanya hal-hal yang tidak perlu kalau hanya untuk mencairkan suasana, sedangkan kami juga tidak akrba-akrab amat. "Kamu ga suka aku anter ya?" Tanya cowok itu sesaat setelah sampai di depan rumahku. "Bukan gitu kak. Aku cuma ga enak kakak jadi repot nganterin aku." Sahutku jujur. Dia keluar setelah aku membuka pintu dan keluar mobil. "Aku ga keberatan kok. Aku malah seneng, jadi tau rumah kamu." sahutnya. Hah?? Masa iya dia..... "Kamu ga keberatan kan kalau aku deketin kamu?" Duh, gimana jawabnya ya? Bukannya ge'er tapi aku tahu sepertinya dia tertarik padaku tapi aku belum terpikir untuk pacaran. Aku saja baru mulai kuliah. "Mmm... Sorry kak...." "Panggil Reno aja Lex..." Dia menatapku dalam. Dan aku seolah tidak bisa berpaling. "Aku bukan ga suka kakak deket tapi aku...mmm..." Aku tidak tau harus menjawab apa. "Kenapa? Ada yang marah kalau aku deketin kamu?" Dia mendekat sehingga aku mendongak. "Bukan git...." "Ada!!" Terdengar suara berat di belakang kami. Aku menoleh, kak Drian!! Dia langsung menarik tanganku. "Gw keberatan kalo lo deketin dia!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD