Empat

893 Words
                                                Aku bisa menjadi seorang moster dan penyelamat                                                                                                    ----- Ardian menangkup kedua pipi Alana. Ia mengusap nya dengan lembut. Ardian tidak peduli jika tangan-nya dilumuri darah. " Dengar Alana! Selama masih ada aku di samping kamu, aku tidak akan membiarkan siapapun melukai kamu bahkan menyakitimu mereka sama saja menyerah kan nyawa mereka kepada malaikat maut," ucap Ardian. Alana bergidik ngeri mendengar kata terakhir yang diucapkan Ardian. " Itu jika aku masih berada disamping kamu. Bagaimana jika aku pergi dan tidak berada disamping kamu lagi? Apa kamu masih bisa melindungi aku?," Ardian terdiam sesaat. Ia harus menjawab apa? Alana menghela nafas, ia melepaskan tangan Ardian dari pipinya. Sebelum Alana pergi ia membisikan sesuatu, " Terima kasih sudah menolongku," Alana pergi dan meninggalkan Ardian yang masih termenung. Ardian melihat kearah belakang ternyata Alana sudah tidak ada. Ia meremas rambut nya kesal. " Aku akan tetap melindungi kamu bagaimanapun caranya." Ardian memicingkan kedua mata-nya. Ia melihat seorang laki - laki yang mulai mendekat kearahnya dengan santai, ternyata laki - laki itu adalah Aldovin Bagaskara Eduardo teman sekaligus sepupu Ardian. "Kita sudah lama tidak bertemu,"Aldo memeluk Ardian membuat Ardian menjitak kepalanya. Aldo hanya mengusap kepalanya. " Aku nyuruh kamu kesini buat ngurusin mayat bukan temu kangen,"Ardian menunjuk kedua mayat yang tergeletak mengenaskan. "Ishh aku kan kangen sama kamu,"Ardian bergidik ngeri melihat tingkah sepupunya yang kurang asupan belaian. Aldo berjongkok memainkan bola mata mayat ini seperti kelereng, setelah itu ia menginjak nya membuat cairan keluar dari dalam sana. Aldo beserta Ardian membawa mayat itu kedalam mobil. Aldo melajukan mobil menuju tempat untuk menghilangkan jejak. Sebenarnya Ardian bisa saja menyuruh anak buahnya untuk melakukan ini semua. Tapi tiba - tiba Ardian menelpon dirinya. Psychopath mah bebas. Sebelum sampai di jurang yang sangat terjal Aldo sudah mengambil ancang - ancang untuk melompat dari dalam mobil. Membuat mayat beserta mobil itu masuk kedalam jurang dan meledak. Ardian tersenyum melihat kelakuan sepupu bodoh nya itu. Aldo menghampiri Ardian sambil menyisir rambut nya kebelakang mengenakan sela - sela jarinya. " Gimana?,"tanyanya sembari masuk kedalam mobil miliknya. Yafs mobil yang masuk kedalam jurang adalah mobil Ardian yang harganya menjulang tinggi. Aldo tidak tega harus mengorbankan mobilnya. Ia tidak segila Ardian. " Masih bodoh," Aldo memutar bola matanya malas. Aldo adalah sepupu Ardian yang paling akrab dengan nya. Meskipun kelakuan Ardian yang seperti ini tidak membuat Aldo menjauh darinya tidak seperti sepupunya yanh lain. " Ardian, aku ingin mencoba membunuh orang. Biar keren seperti kamu,"Ardian tertawa membuat Aldo takut sendiri. Tawa Ardian sangat menyeram kan. Ardian menyalakan mesin mobil dan melaju ketempat yang akan menjadi tujuannya untuk mengajarkan Aldo membunuh orang. Setibanya ditempat tujuan Ardian menunjuk ketiga laki - laki yang sedang mengadakan pesta. Aldo beralih menatap Ardian tidak mengerti. Ardian menggelengkan kepala," Tadi katanya mau coba bunuh orang? Tuh orang nya."Mata Aldo berbinar, ia tersenyum sangat manis. Aldo kira Ardian tidak akan mengajarkannya. "Kita lakukan bersama - sama,"ucap Ardian dengan senyum devil-nya. Aldo turun dari dalam mobil dengan gaya cool nya. Lagi-lagi membuat Ardian memutar bola matanya malas. Ia mengikuti sepupunya untuk menghampiri ketiga laki - laki itu. "Hallo para korban," ucap Ardian dengan bersandar di tiang lampu jalan. Ketiga laki - laki itu menoleh dan terkejut. Mereka ingin lari tapi Aldo mencegat nya dengan menembak kaki mereka satu persatu. " Gimana ni, Dim?," Tanya laki - laki yang badan nya dipenuhi oleh tato. " Aku juga gak tahu," Jawab yang namanya Dimas. " Aku belum mau mati,"ucap laki - laki yang agak pendek. " Kalian mau bermain - main dulu atau langsung pada puncak acara nya?,"tanya Ardian membuat raut wajah mereka berubah. " Aldo. Apa kamu yang akan melakukan ini semua?,"Ardian beralih menatap Aldo yang tengah memilah pistol mana yang akan dikenakan. " Tentu saja, Ar." Ardian hanya menganggukan kepala. Ia duduk diatas mobil sembari menatap aksi Aldo. Anggap saja tengah menonton pertunjukkan. " Ampun," ucap mereka bersamaan. Ketiga laki - laki itu belari dengan kaki yang diseret akibat peluru dari pistol milik Aldo. Aldo nampak santai menembak mereka dengan sangat cepat dan tepat. Duarrrr Duarrrr Pistol yang digunakan Aldo adalah pistol Desert Eagle pistol yang langsung membuat lawan hancur atau mati. Aldo tidak lihai dalam menggunkan pisau ia lebih cenderung ke pistol. Mereka bertiga tergeletak tidak bernyawa. Ardian beserta Aldo menghampiri mereka. Ardian menyerah kan pisau kepada Aldo. " Kamu tahu aku tidak lihai dalam memainkan pisau,"Aldo menatap Ardian dengan nyalang, sayangnya yang orang yang ditatap seperti itu tidak takut.. "Aku akan mengajarkan mu,"ucapnya dingin. Aldo mengambil pisau yang sangat tajam membuat ia menelan saliva nya. Aldo memperhatikan Ardian yang mulai menyirat d**a Dimas dan mencabut jantung nya. Ia juga mencokel mata sebelah kiri dan kanan milik Dimas. " Sekarang giliran kamu!," Ardian menatap Aldo dengan alis terangkat. Aldo mulai memainkan pisau pada tubuh laki - laki berpostur pendek ini. Ia menguliti wajah korban dan merobek mulut nya hingga tidak terbentuk lagi. Ardian tersenyum dan melanjutkan kegiatan memotong organ tubuh korban lain nya. Siapapun yang melihat aksinya pasti akan muntah - muntah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD