PART 4

771 Words
"Ah, maafkan saya sir." Aletta menunduk malu. "Tidak usah minta maaf, bukan salahmu. Zelvin nama ayah saya kalau kau ingin tahu," Javin tersenyum dan Aletta mengangguk kikuk. "Review tentang dirimu sangat bagus, saya suka. Kau bisa menjadi translator saya nanti ketika perjalanan bisnis di Eropa," hal itu memancing tawa kecil dari Aletta yang membuat Javin mengangkat alisnya kagum. "Baiklah, nanti akan saya hubungi lagi." Javin berdiri diikuti oleh Aletta kearah pintu ruangannya. "Kalau begitu saya permisi," Javin menganggukan kepalanya dengan terus memperhatikan punggung Aletta yang mulai menjauh. •°• Baby i'm dancing in the dark With you between my arms "Hallo?" "Good morning, apa ini benar dengan Ms. Vicente?" "Ya, saya sendiri." "Saya dari Maximillian Corp, saya ingin menyampaikan bahwa anda diterima bekerja di perusahaan kami. Kami tunggu pukul 8 pagi ini," Aletta langsung duduk dari tidurnya dengan bibir yang tidak bisa menahan senyum lebar. "Terima kasih," ucap Aletta senang. Aletta dengan cepat berjalan kedalam kamar mandi untuk membersihkan badannya dan memakai make up seadanya. Aletta memberhentikan taxi didepan gedung Maximillian Corp. lalu berjalan masuk ke dalam mengabaikan tatapan para pria yang menatapnya kagum dan para wanita yang terlihat menyelidik. Aletta agak kesulitan mencari tempat resepsionis lalu bertanya pada salah satu pegawai dan menunjukkan jalannya pada Alett. Aletta senang, karena yang memberitahukan bahwa ia diterima disini sangat baik tidak menatapnya seperti para pegawai wanita tadi. Setelah melalui beberapa prosedur akhirnya Aletta mengetahui ia akan bekerja pada bagian apa. Aletta terkejut ketika mengetahui bahwa dia akan bekerja menjadi sekretaris pribadi dari Javin, itu artinya dia akan berada dalam satu lantai yang sama dengan Javin. Dentingan pintu membuyarkan lamunan Aletta bahwa sekarang ia sudah berada di lantai 9, Javin belum datang dan Aletta tahu dari orang yang mengantarkannya tadi. Aletta dapat melihat kursi yang berada di depan pintu ruangan Javin yang ia yakini sebagai tempatnya. Aletta duduk menunggu Javin yang katanya akan datang dalam 15 menit lagi. Aletta dengan segala keingintahuannya mengelilingi ruangan yang berada di lantai tersebut lalu setelah puas mengetahui beberapa tempat ia kembali duduk di tempatnya. Dan ketika mendengar suara dentingan lift, Aletta berdiri dari duduknya untuk menyapa bos barunya. "Good morning, sir." "Good morning, Ms. Vicente. Kau terlihat semangat hari ini," "Ya, ini hari pertama saya bekerja sir." Javin mengangguk lalu tersenyum tipis, sebelum sempat membuka pintu ruangannya Javin menghadap ke arah Aletta yang masih berdiri. "Dan tolong buatkan saya teh," Aletta mengangguk lalu segera berlalu membuatkan teh. •°• "Apa jadwal saya hari ini?" "Hari ini anda ada janji dengan Mr. Robert pukul 11 siang sebelum makan siang," "Baiklah, nanti kamu akan menemani saya untuk bertemu Mr. Robert." BRAKK "Hai lollipop?" Javin tersenyum senang lalu berjalan ke arah gadis yang mendobrak pintunya. "Jangan memelukku! Kau traitor! Kenapa kau malah melaporkan kepada daddy?" Gadis itu menggeram marah. "Kau tahu betapa sulitnya lepas dari pengawasan mereka," Javin menghela nafas lalu menarik gadis itu duduk. Aletta sedari tadi hanya memperhatikan dalam diam, gadis itu memliki mata dan hidung yang sama seperti Javin. Ia bisa mengira usianya baru 17 tahun. "Kau tahu itu berbahaya, Rose. Kau perempuan dan aku sebagai kakak lelakimu harus mengawasi kedua adik perempuanku, dan kau mengerti itu." Rose, adik kedua dari Javin itu mengeluh kesal. Seandainya saja ketika ia kabur dari rumah dan tidak menabrak mobil Javin, mungkin sekarang ia sudah bebas pergi berkelana. "Kau tahu, aku sudah terkurung dirumah selama bertahun-tahun! Kau tidak merasakan penderitaanku!" Javin hanya tersenyum kecil, ia sangat gemas dengan adik perempuannya yang satu ini. Senang sekali kabur dari rumah, walaupun pengawasan yang ketat tetap saja Rose akan tahu beberapa jalan keluar. Dan sayangnya, setiap kali tertangkap Rose tidak akan pernah bosan mengulanginya karna Rose bisa memasang wajah puppy face membuat kedua orang tuanya mau tidak mau luluh. "Well,siapa wanita itu? Your new girlfriend or just one n-" "Rose, kau tidak sopan." Ucap Javin marah membuat Rose terdiam. "Hey, perkenalkan saya sekretaris baru Mr. Javin Maximillian." Aletta mengulurkan tangannya untuk menjabat Rose dan Rose hanya mengangkat alisnya. Aletta yang merasa bahwa Rose tidak akan menerima jabatan tangannya menarik kembali tangannya lalu tersenyum sopan. "Baiklah, kalau begitu saya permisi sir." Javin mengangguk lalu Aletta pergi dari hadapannya menuju ruangannya kembali. Javin melihat ke arah Rose yang menatapnya dengan tatapan polosnya membuat Javin yang tadinya ingin marah hanya menggelengkan kepalanya menyerah. Adiknya yang satu ini pintar sekali membuat Javin lemah dengan tatapannya, mungkin Javin akan dikatakan lelaki paling lemah ketika berhadapan dengan keluarganya. Kedua adiknya dan ibunya adalah kelemahan terbesarnya, maka dari itu Javin akan selalu berusaha membuat mereka bahagia dan menuruti semua kemauan mereka. "Kau membuatku kesal, Rose." Gumam Javin frustasi karna tidak bisa memarahi Rose dan Rose hanya menampilkan senyum kemenangannya. "I love you too, brother."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD