Chapter 2

1063 Words
Michael membawa tubuh Natasha untuk setengah berbaring, menyandar di kepala ranjang. Mereka kini hanya berdua setelah tadi Michael mengusir para pelayan untuk pergi dari kamar Natasha. Semangkuk bubur yang tersaji di atas nakas Michael raih. Terdapat uap panas yang masih mengepul di dalam mangkuk putih. Selama ia mengaduk bubur itu. Michael menatap wajah lemah Natasha terlebih dulu. "Jangan menatapku seperti itu. Perutmu harus terisi makanan. Dan bantuan obat akan menyembuhkan sakitmu. Jadi jangan keras kepala. Kau harus makan dan minum obat." Natasha menatap Michael dengan wajah masam. Demi Tuhan, dengan mencium aromanya saja membuat lambungnya bergejolak. Dan sialnya lelaki ini terlalu pemaksa untuk menjadi perawat orang yang tengah sakit seperti dirinya. "Aku tidak mau makan." Seolah tidak peduli pada tolakan lemah Natasha. Michael malah menyodorkan sendok berisi bubur ke arah mulut Natasha. "Buka mulutmu," ucap Michael memerintah. Tidak menyukai sifat pembangkang wanita ini. Dan Natasha tetap pada pendiriannya. Semakin mengatupkan mulut dengan menggeleng pelan sebagai bukti penolakan. "Kau tidak mendengarku!" Natasha menatap Michael dengan tatapan kesal. "Aromanya membuatku mual!" bentak Natasha. Tidak peduli lagi jika Michael akan marah besar saat ini. Lambungnya terus bergejolak, mereka tidak bisa dipaksa untuk menerima makanan apa pun. Helaan napas kasar Michael terdengar. Lelaki itu kemudian memasukkan suapan pertama itu ke dalam mulutnya. Lalu sebelah tangannya meraih rahang Natasha. Mempertemukan mulut mereka. Dan Michael mengigit bibir bawah wanita itu sampai mulut Natasha terbuka. Dan mengalihkan bubur yang ada di dalam mulutnya sampai berpindah di mulut mungil Natasha. Natasha sontak terbelalak. Tangannya berusaha mendorong tubuh Michael. Namun itu tidak berfungsi. Michael tetap bermain di dalam mulutnya. Natasha mengusap bibirnya dengan kasar saat ciuman Michael terlepas. Dan dengan terpaksa pula ia harus menelan bubur sialan itu masuk ke dalam tenggorokannya. Michael tersenyum puas. Lalu bergumam dengan nada penuh ancaman. "Jika kau tidak mau memakan bubur ini. Jangan salahkan, jika aku melakukan lebih dari ciuman." Natasha menggigit bibir bawahnya. Sial! Dia tidak bisa melawan jika ancaman itu terlontar dari mulut Michael. Tubuhnya terasa lemas dan kepalanya terasa pening. Gila jika ia tetap membiarkan Michael berbuat lebih pada tubuhnya. Mungkin setelahnya ia akan mati. Namun, bukankah itu yang ia inginkan. Lebih baik mati dari pada harus tunduk di bawah kuasa laki-laki yang jelas bukan suaminya. "Aku tidak peduli dengan ancamanmu. Perutku menolaknya. Tidak kah kau berpikir bahwa yang kau lakukan ini salah. Menyekap istri orang lain untuk dijadikan pelampiasan nafsu biadabmu!" Mendengar itu otot-otot wajah Michael tiba-tiba mengeras, terlihat sangat menyeramkan, dan lelaki itu masih mencoba mengendalikan emosi agar makanan di tangannya tidak terlempar menyedihkan ke arah lantai. Mungkin ia harus tetap tenang sekarang. Wanita ini sedang sakit. Natasha harus makan dan minum obat agar bisa cepat sembuh dan Michael bisa melampiaskan emosi sepuasnya jika tubuh wanita ini sehat kembali. Michael menaruh mangkuk ke atas nakas. Lalu bangkit berdiri. "Aku memberimu waktu untuk menghabiskan bubur ini lalu minum obat." Michael membungkuk, meraih dagu Natasha dan mengecup bibir ranum itu dengan kecupan lembut. Lalu tatapan mereka bertemu. "Kau harus sembuh. Aku akan kembali nanti. Jadi ketika aku kembali mangkuk ini harus sudah kosong tanpa sisa." Natasha terdiam saat Michael menciumnya kembali. Hanya beberapa detik kemudian lelaki itu keluar menutup pintu. *** Logan mengikuti langkah Michael sampai lelaki itu tiba di ruang kerja pribadinya. Memperhatikan Michael yang sedang membaca informasi yang baru saja di dapatkan. "Kau sudah mengirimkan bunga?" tanya Michael pada Logan. Ia ingat jika hari ini adalah jadwal untuk mengirim buket bunga kepada nisan seseorang. "Sudah Tuan." "Bagus." Michael menutup pekerjaannya. Lalu menyandar di kursi kerja. Beberapa bulan ini Michael cukup kelelahan, bukan karena pekerjaan, tetapi kelelahan itu di sebabkan atas jiwanya yang selalu emosi hanya karena seorang wanita. Wanita keras kepala yang entah sejak kapan mulai menarik Michael untuk jatuh di kata obsesi yang disamarkannya atas nama cinta. Natasha Daisy. Wanita yang sangat ingin Michael kuasai. "Logan, apa aku akan berhasil dalam rencana ini?" Logan terdiam mendengar ucapan Michael. Lelaki itu terlihat frustrasi. Ia juga tidak bisa memprediksi apakah rencana Michael akan berhasil atau tidak. Sampai sekarang pun tidak ada tanda-tanda yang di perlihatkan Natasha bahwa ia mengenal Michael. Tatapannya selalu terlihat ketakutan. Tetapi sekali lagi,  Logan tidak bisa berbuat banyak jika obsesi Michael mengarah pada wanita itu. "Jika Tuan yakin pada tujuan awal. Semua pasti akan berjalan lancar." Michael mengangguk. Membenarkan ucapan Logan. "Aku masih yakin bahwa rencana ini akan berhasil." *** Michael membuka pintu kamar Natasha perlahan. Menemukan ruangan yang sudah gelap gulita, hanya cahaya lampu tidur yang temaram menemani wanita itu yang sedang tertidur lelap di ranjang. Michael melangkah pelan setelah menutup pintu kembali. Ia menatap mangkuk putih yang terlihat sedikit kosong walaupun masih ada sisa, namun tidak masalah. Natasha terlihat sudah memakan bubur itu dan meminum obatnya. Senyuman puas Michael terbentuk. Ia mulai menyusup ke dalam selimut. Berbaring di samping Natasha dan memperhatikan wajah itu dari dekat. Sangat cantik. Walaupun usia Natasha saat ini menginjak angka 30. Tetapi kecantikan itu tetap melekat di wajahnya. Michael menyentuh kulit wajah Natasha. Terasa halus. Lain ketika ia menyentuh tekstur kulitnya. Sangat kasar dan tak terbentuk. Ia adalah manusia buruk rupa jahat yang menginginkan sosok bidadari cantik menjadi miliknya. Dan Michael sangat benci akan kenyataan itu. Perlahan Michael meraih jemari tangan Natasha. Mengecupnya dengan lembut. Ketika ia menatap kembali pada wajah cantik itu. Kelopak mata yang tadinya tertutup kini mulai terbuka menatap Michael. Michael tersenyum. Mengusap pipi Natasha dengan lembut. Lalu bergumam. "Kenapa bangun?" Natasha tidak langsung menjawabnya. Entah kenapa ia merasa melihat Michael semakin berbeda. Ketakutan masih ada, namun tidak sebesar saat pertama kali melihat wajah Michael yang buruk rupa. Mendapati Natasha yang masih diam. Michael mulai berinisiatif untuk mendekat. Meraih bibir Natasha. Mencium wanita itu penuh nafsu. Dan lebih mengherankan Natasha tidak memberontak. Ia tetap diam dan matanya tetap terbuka menatap mata Michael yang tertutup menikmati ciuman. Ketika posisi Michael sudah berpindah di atas tubuh Natasha. Seharusnya wanita itu mulai menjerit, ketakutan, memberontak atau apapun lah yang menyiratkan bahwa Natasha tidak ingin memberikan tubuhnya pada Michael. Namun sebaliknya wanita itu malah terpejam. Menikmati sentuhan Michael yang begitu ahli memainkan daerah sensitifnya. Gaun tidur Natasha terkoyak. Saat Michael dengan paksa melucuti gaun itu. Mendapati p******a sekal Natasha yang menantang terpampang di bawahnya. Melihat kepasrahan di wajah Natasha membuat Michael tidak ingin mundur. Sangat jarang wanita ini memberikan tubuhnya secara suka rela seperti ini. Apa karena sedang sakit? Apa pengaruh obat yang di minumnya tadi. Sehingga kewarasan Natasha menghilang? Michael tidak peduli. Yang terpenting Natasha saat ini tidak menolak sentuhannya. Michael siap menggantikan rasa sakit di tubuh Natasha dengan kenikmatan. Wanita itu harus menjadi miliknya malam ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD