Bab.6

525 Words
Dikamar nya Nala terus memegangi salah satu benda yang ditinggalkan Hans waktu itu ketika berhasil menyelamatkan nya.  Gelang Hans yang tidak sengaja tertarik oleh nya dan berada di genggaman nya saat ia tersadar.  Wanita itu menyimpan nya kembali kedalam kotak dan berencana untuk menghampiri Hans.  Baru sampai diambang pintu, Nala melihat bibi Sarah dan sengaja menyapanya sekaligus menanyakan keberadaan Hans saat ini.  "Bi Sarah, selamat pagi." Ujar Nala "Pagi non Nala." Ujar bibi Sarah. "Kak Hans, apa bibi melihatnya pagi ini?" Tanya Nala.  "Diruang gym non." Jawab bibi Sarah. Nala mengangguk lalu izin untuk pergi menemui Hans. Tidak sampa lima menit wanita itu sudah menemukan Hans didalam ruang gym.  Melihat pria itu yang rajin berolahraga membuat nala semakin bangga saja. "Pagi kak Hans." Ujar Nala tepat disamping Hans.  Mungkin Hans tidak mendengarkan apa yang dikatakan Nala, karena dirinya memakai AirPods di telinganya.  Pria itu hanya melihat nala sekilas lalu fokus kembali. Sedangkan nala malah terlihat menciumi aroma tubuh Hans.  Hans yang risih melihat wanita itu terus mengendus sembari mendekat pada tubuhnya dengan wajah cengengesan jadi makin kesal karena pagi yang tenang diganggu oleh seorang bocah kecil.  Hans mencabut AirPods dari telinganya, setelah itu melepaskan katrol yang sedang dipakai nya di ruangan gym.  Tubuhnya mencondong kearah Nala dan menatap wanita itu tajam. "Tolong biarkan aku tenang Nala." Ujar Hans.  Nala mengangguk dengan cepat sembari tersenyum. "Tapi bolehkah Nala minta sesuatu sebelum itu?" Tanya Nala exited.  Hans mulai berfikir dan akhirnya menganggukinya. "Apa yang Nala mau?" Tanya Hans. "Hm." Nala melirik area bawah celana pendek Hans.  Hans ikut melirik bagian itu dan terkejut bagaimana seorang wanita kecil bisa berfikiran menginginkan barang yang seperti ini. Junior ku?! "Nala beneran mau lihat itu, Nala buka sebentar boleh ya?" Tanya Nala lebih tepatnya memohon pada Hans.  Nala ingin melihat tanda lahir dipinggang kiri Hans, karena jika benar tanda lahir itu ada disana. Maka benarl bahwa Hans orang yang telah menyelamatkan hidupnya waktu itu.  Jika bukan, mungkin Nala akan melepaskan lelaki itu. Dan Hans akan senang saat Nala tak akan menganggu hidupnya lagi.  Nala menelan salivanya sendiri."Bukankah ini terlalu cepat? Aku gak bisa kasih Nala ini, kita bahkan belum menikah." Ujar Hans ketakutan sembari menutupi juniornya dari pandangan mata Nala.  "Kak Hans, sebentar saja. Nala gak bakal lama lihatnya." Ujar Nala mendekatkan diri nya pada Hans.  Hans memundurkan tubuhnya mencoba untuk tidak berdekatan dengan Nala, ada apa dengan Nala yang agresif pagi ini?  "Nala apa kamu benar-benar ingin menikah dengan ku karena ini?" Tanya Hans sedikit ketakutan.  Nala mengangguk cepat tanpa berfikir kembali, dia memang ingin menikahi Hans jika benar tanda lahir itu ada disana.  "Kak Hans ayolah." Bujuk Nala sembuh ikuti langkah Hans dari belakang. Pria itu dengan cepat berjalan keluar ruang gym, takut akan terjadi apa-apa padanya jika sedang berduaan dengan Nala.  Bagaimana kalau suatu saat diriku dicabuli anak bocah? "Nggak akan pernah aku kasih Nala. Mulai sekarang jika kamu mau berbicara dengan ku jarak kita harus lebih dari satu meter, kalau bisa sepuluh meter." Ujar Hans tanpa melihat tanpang Nala yang kelewat pengen.  "Kak Hans!" Panggil Nala dengan kesal, Hans tidak mau berhenti melangkah dan terus menjauhinya.  "Aku mau mandi, kamu pergilah!" Usir Hans.  Nala melebarkan matanya. "Kak Hans mau mandi, dimana?" Tanya wanita itu bersemangat. Ia harus cepat melihat tanda lahir itu di pinggang Hans.  Sedangkan hans sedang meruntuki dirinya karena salah bicara.  Apa kalimat ku ingin mandi, sangat menggoda hasrat bocah itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD