Bab4

487 Words
08.30 pagi. Pagi ini Hans baru terbangun dari tidurnya. Kepala nya sedikit pusing mengingat dirinya yang sepertinya salah dalam berbicara dihadapan keluarga nya tadi malam. Melihat ekspresi Nala tadi malam juga, membuat Hans sedikit merasa bersalah pada wanita itu. "Ah sudahlah, nanti juga dia balik lagi seperti biasa." Ujar Hans mencoba untuk tak memikirkan masalah tadi malam. Biarlah, yang lalu biar berlalu.  Hans membuka pintu kamarnya, setelah dirinya membereskan kamar dan berdandan ala pria untuk menuju ke kantor. Pagi ini memang seharusnya dia ada rapat dikantor, tapi rapat tidak akan dimulai kalau bosnya masih ada dirumah.  Hans tersenyum bangga pada dirinya sendiri, tapi wajahnya kembali lagi seperti semula saat berpapasan dengan Nala. Wanita itu pasti akan menggoda dirinya pagi ini.  Lihat saja! Hans melirik Nala dengan ekor mata miliknya, bagaimana bisa dia mengabaikan seorang Hans? Apa Hans tidak salah lihat, Nala memasuki kamarnya tanpa melihat dirinya bahkan berbicara satu patah kata pun padanya. "Ck, perempuan itu!" Runtuk Hans kesal.  Hans tak ambil pusing, dirinya segera berangkat ke kantor setelah berpamitan pada bibi Sarah dirumah. Dikantor nya, setelah rapat selesai jam satu siang. Hans memutuskan untuk berkeliling kantor, dan mendengar pegawai nya sedang melelang beberapa buket coklat.  Teringat akan sesuatu, Hans pun memanggil pegawainya itu. "Eh anu pak, saya gak maksud jualan dikantor. Ini cuma-"  penjelasan nya terputus. "Saya mau satu, eh dua buket coklat itu. Kirimkan ke meja saya." Ujar Hans sembari mengeluarkan uang tujuh lembar seratus ribuan.  "Kurang?" Tanya Hans pada pegawai itu.  Pegawai itu menggelengkan kepalanya. "Malah lebih pak." Kata nya.  "Ambil saja kalau begitu." Ujar Hans setelah itu mulai berkeliling kembali. Semua pegawai yang berada disana menyaksikan transaksi tersebut kebingungan. "Apa pak Hans sudah punya pacar?" Tanya salah seorang dari mereka. "Saya dengar sih mau tunangan katanya." Ujar salah seorang lagi menjawab nya.  Sorenya Hans kembali sembari membawa satu buket coklat karena yang satu lagi sudah dikirimkan nya untuk sang nenek. Tapi matanya tak kunjung melihat keberadaan Nala."Bi Sarah, dimana Nala?" Tanya Hans. "Tadi sih pergi sama saudara mas Hans, kalau gak salah nama nya Key." Ujar bi Sarah. Hans mengerutkan kening nya, sejak kapan Nala dekat dengan Key. Sodara laki-laki nya yang b******k nya bukan main! "Kalau sewaktu-waktu gak ada saya, jangan izinkan dia pergi kemanapun. Dengan siapapun, termasuk keluarga saya." Ujar Hans pada bi Sarah. Saat melangkah ia baru menyadari, ada apa dengan dirinya yang aneh ini. Apa baru saja ia melarang Nala untuk dekat dengan siapapun?  "Apasih!" Runtuk Hans untuk dirinya sendiri.  "Itu buket coklat nya, mau dikasih ke non Nala?" Tanya bi Sarah. "Oh?" Hans baru menyadarinya, awalnya buket coklat ini memang untuk permintaan maaf nya pada Nala perihal kemarin malam.  Tapi, saat ini ia sedang mendadak kesal dengan Nala. Keluar rumah tanpa seizin nya, wanita macam apa dia?! "Untuk bibi saja." Ujar Hans sembari menaruh nya di meja makan.  Hans melangkahkan kakinya ke lantai atas menuju kamarnya untuk mengistirahatkan badan.  Pikirkan nya sedang kacau plus kesal. Mungkin tidur adalah obatnya saat ini, setelah berganti baju pria itu mematikan lampu dan tertidur.  Didapur, bibi Sarah kebingungan. "Saya kan udah tua, gimana caranya bisa makan coklat sebanyak ini?" Gumam nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD