Bab3

633 Words
Hari ini makan malam keluarga besar Hans, neneknya yang sakit bahkan ikut untuk bisa membicarakan perjodohan cucunya Hans bersama Nala.  Apalagi sifat Nala yang selalu membuat orang-orang di keluarga Hans senang melihatnya. "Udah mau berangkat kak Hans?" Tanya Nala dengan manja seperti biasa.  Hans tak membalas ataupun menjawab pertanyaan dari Nala, jelas wanita itu bisa lihat sendiri dirinya yang sudah siap untuk berangkat ke acara keluarga. Malam ini mereka akan berangkat ke kediaman keluarga besar Hans, yang rumah nya lebih mirip seperti istana. Nala, wanita itu tanpa berfikir panjang tak mempermasalahkan nya. Toh Hans memang sering melakukan itu padanya, bahkan lebih parah.  "Lah, kakak gak nyetir mobil hari ini?" Tanya Nala ketika dirinya melihat Hans duduk di kursi belakang, dan ada supir yang duduk di bangku depan.  "Bukan nya kamu bisa melihat nya sendiri? Gak perlu aku jawabkan pertanyaan mu yang gak penting itu." Ujar Hans dengan nada dingin nya.  Tak ada senyum malam ini untuk Nala dari wajah Hans. Wanita itu menarik napasnya berat, mencoba untuk menenangkan hati nya yang mulai gelisah.  Karena jujur, ia begitu menghawatirkan Hans. Sebelum dirinya di omeli lebih dari ini, Nala dengan cepat masuk kedalam mobil dan duduk tepat disamping Hans.  Drrttt...drttt... "Oh,teman Nala telpon." Ujar Nala mencoba untuk berbagi kebahagiaan dengan Hans.  Tapi sepertinya salah waktu, lelaki itu menatap nya dingin seakan tak mau ada suara berisik yang menganggu nya malam ini.  Nala menolak panggilan tersebut dan mengirim pesan meminta maaf karena tak bisa menjawab telpon untuk saat ini.  Nala terus-terusan memperhatikan Hans yang melihat jendela luar dengan tatapan kosong. "Gak mau cerita sama Nala? Aku bisa jadi pendengar yang baik loh untuk kak Hans." Ujar Nala.  "Sekali lagi berbicara yang tidak penting, aku turunkan kamu dipinggir jalan." Ancam Hans.  Hari ini mood Hans memang sedang tidak bagus, ditambah lagi undangan keluarga yang harus dihadiri nya dan akan membahas tentang perjodohan aneh dengan seorang bocah.  Sesampainya di rumah keluarga besar, tanpa basa-basi seperti biasanya semua orang telah berkumpul di meja makan besar ruang makan mereka. "Selamat datang Hans dan cucu oma yang tercinta si cantik Nala." Ucap nenek Hans.  Nala tersenyum manis saat semua orang dengan hangat menyambutnya, kecuali satu kakak saudara laki-laki Hans yang sepertinya begitu membencinya.  Hans memutar bola matanya ketika tahu dengan pasti bangku nya telah diatur agar ia dan Nala bersebelahan.  Hans berani bersumpah, ia sangat mencintai Icha.  "Jadi bagaimana hubungan kalian, ada kemajuan gak?" Tanya nenek Hans.  Nala tersenyum sembari menggelengkan kepalanya kecil. "Oma, bisa untuk tidak bicarakan itu dulu kan?" Ujar Hans. "Hans, kamu tahu sedang berbicara pada siapakan? Cepat minta maaf ke oma." Ujar sang ibu dari Hans.  "Memang apa salahnya oma membahas perihal kalian berdua. Toh kamu sampai sekarang masih sendiri." Sindir nenek Hans pada cucu aslinya. Hans baru saja menerima laporan keberadaan Icha di Indonesia dari seorang kenalan nya dulu. Hans akan mengejar Icha ke Indonesia untuk menggapai cintanya.  "Hans mencintai wanita lain oma, seharusnya batalkan saja dari dulu perjodohan ini." Ujar Hans yang sukses membuat neneknya sesak napas.  "Oma gak apa-apa?" Tanya Nala yang sebenarnya sedang mengalami sesak napas karena sakit hati.  Kenapa Hans dengan mudah nya mengaku telah mencintai orang lain dihadapan nya, jelas pria itu tahu ia sangat mencintai Hans.  "Minggu depan kalian sudah harus bertunangan." Ucap sang papah.  "Aku ada jadwal pergi ke Indonesia, lagi juga Nala akan kembali ke Amerika  juga." Ujar Hans menahan emosinya.  Aneh nya, Key. Selaku saudara laki-laki Hans yang sepertinya nampak senang dengan keributan malam ini, terlihat dari caranya tersenyum.  "Biar Nala yang mengantar oma kedalam." Ujar Nala menawarkan diri.  Setelah mengantar oma, Nala lebih dulu menuju ke balkon belakang sebelum pergi ketempat perkumpulan keluarga. Dirinya akan menenangkan diri lebih dulu.  "Ekhem, boleh bergabung?" Tanya seorang pria yang ternyata, Key. Nala mengangguk. "Jangan dipikirkan, Hans memang suka begitu. Dia akan tenang dengan sendirinya." Ucap Key. Nala mengangguk lagi. "Nala juga tahu itu, paling besok Kak Hans sudah baikan. Dia hanya sedang kecapekan." Balas Nala sembari tersenyum.  "Mau aku kasih tahu cara agar Hans bisa menyukaimu?" Tanya Key.  Nala jadi bersemangat kembali ketika mendengar kalimat yang itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD