5. Manager baru

1594 Words
Badanku terasa lebih segar pagi ini, walaupun masih flu dan batuk, namun sudah tidak demam dan pusing lagi.Pagi buta tadi aku sudah di teror dengan telpon Vian terus terusan. Dia yang dapat kabar bahwa aku pingsan dan tak masuk kerja, menelponku berulang kali, dan banyak pesannya yang masuk sejak semalam, namun aku hanya membalasnya singkat bahwa aku sudah baik baik saja dan sekarang sudah di kontrakan. baru jam sembilan pagi dia sudah sampe kontrakannku dengan bawaan macam macam. " ini apa?" kataku sambil membuka dua kantung kresek yang dibawanya. " ada bubur buatan ibuk, kuah soto, buah, cemilan, wedang jahe, s**u kambing murni, gak tau apa lagi, tadi ibuk yang siapain." katanya sambil masih fokus dengan gawainya. "Jadi ngerepotin gini, mana bisa abis dimakan sendirian." ibu Vian emang selalu baik kepadaku, seringkali dia membujukku untuk tinggal bersama mereka, tapi aku takut merepotkan, tinggal sendiri terasa lebih nyaman. Namun seringkali ibu Vian mengirimiku banyak makanan seperti sekarang ini. "Yaelah, tinggal kasih kulkas, buat besok bisa diangetin lagi. gak usah ribet deh." " kamu mau makan sekalian egk,, aku ambilin piring" "enggak, udah kenyang" aku beranjak mengambil piring untuk makan bubur yang masih ada di termos makan. " Katanya kemaren kamu gak enak badan?" tanyaku sambil menyuap buburku. "Cuma flu doang sih, emang aku lagi malas berangkat aj hehehhe. Tapi ntar berangkat, langsung dari sini. udah bawa ganti sekalian" kata Vian sambik menepuk nepuk tasnya. Masakan ibu Vian emang gak ada duanya, persis masakan ibukku rasanya. sepiring bubur langsung kuhabiskan tanpa sisa. "kemaren yang nolong bawa kamu ke klinik siapa nay, kata anak line orang asing gitu, bukan anak pabrik" " Oh iya, aku gak sempat kenalan." jawabku berbohong. Sebenarnya Vian dulu pernah aku ceritain tetang kak Anka, namun mereka berdua emang belum pernah ketemu. " kamu gak terima kasih gitu ke orangnya?" " waktu aku bangun, orangnya udah gak ada" " jadi dia nganterin doang trus tinggal pergi gitu,?" Vian kelihatan jengkel tak percaya. " Gak tau, orang aku juga pingsannya lumayan lama sih, pas udah sadar, trus tidur lagi" " kamu mah kalo udah tidur kaya keboo gak bangun bangun" " Namanya juga lagi sakit Vi, matanya berat banget pengen merem terus." " tapi sekarang udah mendingan kan?" " Udah sih, tinggal flu sama batuk doang, udah gak panas dan pusing lagi." "Ntar gak usah masuk dulu aja deh Nay, buat istirahat aja" " Udah baikan Vi, bosen di kontrakan gak ngapa ngapain" "Ya tidur aja, biar fit lagi" "yakali sehari semalam tidur terus, yang ada malah sakit semua badan. Tenang aka, uda baikan kok Vi, seriusan. Lagian ntar kamu udah masuk kan, ada temennya ini." "Kebiasaan deh, dibilangin susah" Vian cemberut maksimal, dan aku hanya terkekeh, "Dahlah, aku mau tidur lagi, lumayan sampe jam dua nanti" aku beranjak ke kasur dan menarik selimut lagi. Vian sudah asik lagi dengan gawainya main game, aku menerawang melihat langit langit, kembali teringat pertemuan dengan kak Anka. Kenapa selalu muncul tiba tiba gini, dia yang minta aku gak pernah ganti nomer, tapi tak pernah menghubungi. Walaupun hanya sebatas teman saja dan tak lebih, tapi hatiku tetap merasakan luka, disaat aku terpuruk, tak ada seorangpun yang bisa kupintai tolong, disaat aku mulai bangkit menata kembali hidupku, tiba tiba muncul begitu saja, tanpa ada penjelasan apapun. Sebenarnya aku ini apa, siapa, apa hanya orang asing yang sebentar singgah saja. Akh, kenapa aku jadi merasa emosi begini sejak pertemuan kemaren, tapi marah untuk apa, marah kepada siapa. rasanya tidak tepat jika aku marah marah dengan Kak Anka. " Aelah,, katanya mau tidur malah ngelamun" Vian menepuk tanganku sampai aku terlonjak. dan dia tertawa melihat reaksiku.. "Berisik deh" jawabku kesal dan bergerak memunggunginya" "Merajuk..merajuk" Vian terus meledekku, dan aku mengabaikannya. mungkin memang aku harus tidur, mengistirahatkan tubuh dan pikiranku. Tepat jam satu aku sudah terbangun, entah sejak kapan Vian tidur di sampingku, posisinya barbar banget, mana melongo lagi. Tubuhku sudah lebih segar, obatnya berfungsi dengan baik. setelah membersihkan diri, Vian kubangunkan untuk siap siap, sambil menunggu Vian mandi, kupanaskan kuah soto untuk makan siang kali ini. Aku hanya bisa menggelengkan kepala ketika mendengar Vian konser di dalam kamar mandi dan sumbang sekali suaranya. " aku gak usah kasih toge ya sotonya" kata Vian sambil keluar dari kamar mandi, dia sudah ganti baju kerja." eh, di luar gak hujan kan, kok berasa gelap banget" "Enggak, mendung doang, makanya buruan, keburu hujan ntar." aku sudah mulai memakan sotoku. Segar sekali rasanya. " Tapi aku udah bawa jas hujan double, tenang aja" Vian menyusulku makan sotonya. Benar saja, tak berapa lama kemudian hujan turun dengan derasnya. Untung kami sudah sampai parkiran pabrik, walaupun harus lari lari lewat taman pabrik untuk sampai ke loker karyawan. walaupun bawa payung, masih aja sedikit basah, hujannya deres banget. Aku dan Vian menyempatkan ke kantin dulu untuk membeli teh hangat, hawanya terasa dingin setelah hujan hujanan. Di kantin sudah ramai karyawan lain yang sedang menunggu jam masuk sambil jajan, makan siang, atau sekedar duduk duduk aja, "Di grup line lagi ramai, katanya manager barunya ganteng banget, masih muda, singgle, penuh karisma lagi" kata Vian sambil masih sibuk scrol scrol percakapan di grup. "Siapa?" tanyaku setelah menyesap tehku, dan terus menggenggam gelas agar tanganku hangat. " namanya Anggara Karni Umbara, aduh, kok aku jadi penasaran banget ini" " gak ada yang dapet potonya?" " gak ada Nay, lagian mana bisa sih foto di line, minta kena SP apa" "Yakali, paparazi sekarang kan pinter pinter" " Ntar perkenalan enggak ya di sift dua" " Besok kalo sift satu juga ketemu, lagian dia kan jam pulang kerjanya jam 5 nanti Vi" "aduh, kok aku jadi penasaran banget sih," aku hanya geleng geleng meelihat tingkahnya. Sebelum masuk line aku mampir ke klinik pabrik untuk minta masker tambahan, hidungku masih sedikit flu dan Vian sudah duluan masuk ke line. Sampai line karyawan lain sudah berkumpul untuk meeting, sepertinya korlap dan supervisor sudah stand by. aku langsung melipir merangsek di barisan paling belakang. Kutoleh kanan kiri mencari keberadaan Vian, ternyata orangnya udah baris paling depan sendiri. Tumben, biasanya paling males itu anak baris di depan. "Selamat sore semua" bapak korlap memulai breafing siang ini. "semangat!!!" " Hari ini running seperti biasanya, tidak ad pergantian model ya sampai besok pagi. Dan ini adalah manager produksi baru kita, beliau ini memegang dari line 1 sampai line sembilan ya. silahkan pak memperkenalkan diri" " siang semua" "siang!!" semangat sekali menjawabnya, dan aku terdiam seperti tak asing dengan suaranya, aku langsung memperhatikan ke depan, dan dia ada disini. " Perkenalkan nama saya Anggara Karni Umbara, yang akan memimpin produksi disini mulai sekarang. mohon kerjasamanya semuanya. mungkin ada yang mau ditanyakan" " pak umbara belum nikah ya?" celetuk kartap emak emak yang paling depan dan langsung disoraki oleh semuanya. " saya belum menikah." jawabnya kalem " Udah punya calon pasti ini mah, gak mungkin belum taken" celetuk yang lain. dan kak Anka hanya tersenyum menanggapi. "Bagi nomernya dong pak, kali bisa jadi teman chatting" celetuk yang lain. " Rumahnya dimana pak?" "Deuh, bisa ganteng gini dulu bikinnya gimana ya " dan kak Anka hanya tersenyum menanggapi. Aku menunduk menyembunyikan wajahku, walaupun sudah pake masker, aku takut kak Anka melihatku dan mengenaliku. Jantungku berdegup kencang, tangan berkeringat dingin, berharap kak Anka segera beranjak dari dalam line ini. Kenapa bisa Kak Anka yang jadi manager disini, dari sekian banyak perusahaan kenapa di tempatku bekerja. apakah takdir sekebetulan ini, dua hari berturut turut aku bertemu dengannya, dan sekarang besar kemungkinan aku bertemu lagi dengannya dalam pabrik tempatku bekerja, aku harus lari kemana, aku belum siap untuk bertemu dengannya, orang orang darimasa laluku. Orang orang yang pernah menggoreskan luka, entah dengan sengaja maupun tidak. Lukaku belum sembuh benar, dan aku tidak ingin terluka lagi. " Kurasa cukup ya perkenalanya, selamat bekerja, semangat siang" "semangat" kak Anka pergi meninggalkan line bersama supervisor yang mengiringi. Dengan langkah lesu aku beranjak ke tempatku bekerja. " Gila, tadi kamu lihat kan Nay, pak Umbara ganteng banget mana keliatan berwibawa, berkelas. aku yakin, dia anak orang kaya deh" Vian langsung nyerocos setelah sampai di standnya di sampingku. "iya lihat, lumayan sih" " Beneran gak minat lelaki kamu mah, masak sekelas pak Umbara dibilang lumayan doang sih" " Terus aku harus bilang apa, nyatanya memang aku gak begitu tertarik" kataku ketus. kok aku jadi emosi gini sih, gak jelas. " kok jadi ngegas sih, biasa aja kali" kata Vian tak kalah sewot. aku hanya mengedikkan bahu dan mulai siap siap untuk bekerja. Hari ini terasa begitu lama, aku jadi seperti maling yang takut ketahuan, rasanya seperti ada yang mengawasi, walaupun sebenarnya aku sadar, itu hanya perasaanku saja lantaran takut untuk bertemu dengan kak Anka lagi. Aku jadi malas desak desakan ke kantin, memilih bangku makan yang tersembunyi di pojokan. Jadi terasa begitu melelahkan, malamnya setelah sampai kontrakan aku langsung rebahan dikasur begitu saja tanpa membersihkan diri. Aku harus mulai mengumpulkan keberanian, menguatkan hati, dan menyembuhkam lukaku sendiri. Aku tak bisa terus menghindar kan, cepat ataupun lambat, pasti juga akan bertemu kembali. Entah sudah berapa kali aku menghela nafas panjang, kuambil gawaiku yang sejak tadi siang tak kuperiksa apakah ada pesan masuk. hanya ada pesan pak Gandi yang menanyakan keadaanku, dia sering menanyakan kabarku walaupun hanya dengan telepon ataupun berbalas pesan. Dan ada beberapa DM masuk, biasanya olshop promo promo, dan tawaran pinjaman online, setelah aku periksa, ada satu pesan yang menarik perhatianku. aku mengkliknya untuk membaca pesanya. Umbara Karni A. Naya... Kamu baik baik aja kan, kenapa kemaren langsung pergi aja tanpa menungguku, aku mencarimu kemana mana. Aku hanya membacanya tanpa membalasnya. kunonaktifkan gawaiku dan menarik selimut menutupi seluruh tubuhku. Aku sedang tak ingin berfikir apapun, aku hanya ingin tidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD