Pintu kamar rawat inap Lifa terbuka dan setelahnya muncul satu lelaki paruh baya yang sudah ia tunggu-tunggu kehadirannya sedari tadi. Sedangkan sahabatnya malah tidak ada.
"Assalamu'alaikum, Piye awakmu, Nduk? Apa yang sakit?" sapa Pak Farhan dengan berjalan mendekati ranjang Lifa.
"Wa'alaikumsalam, Alhamdulillah sehat. Cuma retak di pergelangan kaki kanan sama lecet-lecet mawon, Pak" jawab Lifa setelah mencium tangan dosennya tersebut.
"Yo wes. Saiki istirahat sek sampai sembuh. Penelitianne belakangan aja," ucap Pak Farhan dengan menatap salah satu mahasiswi yang dekat dengannya.
"Nggih, Pak. Saya usahakan segera sembuh," ucap Lifa dengan mantap.
"Orang tuamu sudah tahu tentang ini?" tanya Pak Farhan.
"Sampun, Pak. Tadi malam sudah ditelpon sama yang menyerempet saya. InsyaAllah akan ke sini hari Sabtu, " jawab Lifa dengan tersenyum sopan. Dosennya ini memang terkenal sangat supel dengan mahasiswanya apalagi jika sudah dekat pastinya tidak hanya dianggap sebagai mahasiswa yang beliau ajar namun juga sudah dianggap seperti anaknya.
Tiba-tiba pintu kamar rawat inap Lifa terbuka dan terdengarlah suara gaduh dari sahabat-sahabat edannya. Mereka belum menyadari adanya kehadiran dosennya tersebut.
"Begimana ceritanya lu kece- Pak Farhan?" omel Finka yang tertahan karena melihat Pak Farhan yang berdiri di dekat ranjang pasien Lifa. Ia langsung mendekati Pak Farhan dengan canggung dan mencium tangan dosennya.
Raya, Dirga, dan Nida langsung menyusul Finka dan menghampiri dosen mereka. Setelahnya hanya ada balasan tawa dari Pak Farhan yang melihat anak-anak didik terdekatnya ini berkumpul melingkari ranjang pasien Lifa.
"Habis darimana iki kalian? Bisa rame-rame ngene datange, " tanya Pak Farhan dengan santai.
"Tadi kebetulan janjian ketemuan di depan Pak, hehe," jawab Nida dengan terkekeh.
Setelah mereka lama berbincang-bincang, akhirnya pintu kamar rawat inap Lifa terbuka dan munculah Aura dengan membawa satu jinjing paper bag yang berisi tiga box brownies kukus yang terkenal di kota ini. Namun yang membuat sahabat-sahabatnya tercengang adalah lelaki yang berada di balik tubuh Aura dengan beberapa tas kresek di tangannya.
"Loh kalian udah ternyata udah pada datang aja," ucap Aura saat memasuki kamar Lifa dan melihat keramaian di sekitar ranjang. Sedangkan lelaki yang berada di belakangnya tadi langsung berjalan ke arah sofa bed kosong. Namun langkahnya terhenti saat mengetahui adanya bungkusan nasi padang yang sudah tidak berbentuk rapi seperti cekeran ayam.
"Eh bentar, Mas. Ra, nasi padangmu!" pekik Lifa saat melihat Arka yang terdiam di hadapan sofa bed tersebut. Sedangkan sang pemilik nasi padang malah bergabung dengan kumpulan yang berada di sekitar ranjang Lifa.
"Ya Allah! Kelupaan," jawab Aura dengan menepuk jidatnya. Kemudian ia berjalan cepat ke arah sofa bed dengan masih dengan menenteng brownies kukus di tangannya.
"Wait, Mas! Tak beresin dulu," ucap Aura setelah sampai pada sofa bed tersebut. Orang-orang yang berada di sekitar ranjang pasien Lifa hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya dengan geli. Mereka sudah sangat paham dengan kelakuan Aura yang absurd bin ajaib itu.
"Ealah, mbok tadi bilang kalau lagi makan to yo, Nduk. Bapak yo nggak keburu-buru kok," ucap Pak Farhan dengan tawanya.
"Panik tadi dia, Pak. Biasalah jadinya aneh-aneh kelakuannya," ucap Raya dengan terkekeh.
Aura sibuk langsung meletakkan papper bag brownies kukus yang ia bawa ke bagian sofa bed yang kosong. Lalu ia langsung dengan gesit merapikan nasi-nasi yang berceceran tersebut agar lebih mudah untuk membungkusnya lagi.
"Lanjutin sekalian aja. Dah kotor juga tanganmu," ujar Arka dengan datar.
"Beneran? Ntar jijik lagi ngeliat aku makan kayak gini," dengus Aura dengan memutar matanya.
"Kayak nggak ada kerjaan lain aja sampai harus banget saya ngeliatin kamu makan," ucap Arka dengan malas.
"Hmm! Terserah Mas aja," ucap Aura dengan berdeham.
Tak terasa sudah memasuki waktu sholat maghrib. Pak Farhan, Arka, Dirga, Aura, Nida, dan Raya memutuskan untuk ikut sholat berjama'ah di Masjid yang berada pada kompleks rumah sakit. Setelah selesai melaksanakan sholat maghrib Dirga, Aura, Nida, dan Raya mengantarkan Pak Farhan dan Arka untuk bagian depan rumah sakit karena beliau akan langsung pulang dan tadi sudah berpamitan juga dengan Finka dan Lifa.
"Yang menginap nanti malam untuk menemani Lifa siapa aja?" tanya Pak Farhan saat mereka berjalan berdampingan.
"Saya, Pak. Sama nanti ada satu temen lagi, hehe," jawab Aura dengan mengangkat tangan kanannya. Namun ketiga sahabatnya bingung dengan jawaban Aura. Mereka bertanya-tanya siapakah gerangan yang akan menemani Aura nanti malam nanti. Secara diantara mereka berempat tidak ada yang bisa menginap untuk malam ini.
"Ya sudah. Hati-hati ya. Kamu juga harus istirahat ya, Nduk. Kan ra lucu sing nunggoni melu-melu loro," Nasihat Pak Farhan dengan tawanya, "jangan lupa makanannya kalian makan ya".
"Nggih, Pak. Siap!" jawab Aura dengan memposisikan tangannya memberi hormat kepada Pak Farhan.
"Yo wes Bapak pulang dulu ya. Kalian yang nanti pada pulang juga hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut," ujar Pak Farhan dengan tersenyum ramah.
"Nggih, Pak. Terimakasih!" jawab Nida yang kemudian dilanjutkan dengan mencium tangan Pak Farhan dan diikuti oleh teman-temannya.
Setelah keberadaan Pak Farhan dan Arka menghilang, mereka berempat langsung berjalan balik ke kamar rawat inap Lifa.
"Rezeki nomplok banget dah kita hari ini. Alhamdulillah Pak Farhan datang sekarang jadinya kita bisa saving money ya, Wak! Beruntung banget aku udah berangkat tadi. Coba kalau belum, pastinya masih kelaparan nih perut sampai ntar," ucap Nida dengan mengelus perutnya.
"Mayan lah ya, tanggal tua gini nih krisis emang, " ucap Dirga, "By the way, yang mau nginep ntar malam sama lu siapa, Ra?".
"Coba tebak siapa kira-kira, Ir?" tanya Aura dengan nada menggodanya.
"Lu ditanyain malah nanya balik gimana ceritanya? Cepet jawab siapa! Bunda?" jawab Dirga dengan sebal.
"Ya nanti kalian lihat aja, pasti bakal kaget," jawab Aura dengan santai dan berjalan mendahului mereka untuk segera sampai pada kamar rawat inap Lifa.
Setelah sampai pada ruangan tersebut, mereka langsung berkerumun pada sofa bed yang berisikan banyak kresek makanan yang sudah dibelikan oleh Aura dan Arka sebelumnya dan pastinya menggunakan uang Pak Farhan. Mereka menyantap makanan tersebut dengan gembira dan berbincang-bincang satu sama lain.
"Woy! Bagi-bagi dong! Aku mau brownies nya juga," protes Lifa karena sahabat-sahabatnya sudah fokus dengan makanannya masing-masing. Sedangkan dirinya hanya bisa melihat saja dari ranjang pasiennya.
"Sabar bentar ya, Nek. Sebentar lagi akan aku persembahkan potongan-potongan brownies kukus ini untukmu," ucap Finka dengan tawanya.
"Nak nek nak nek, Dipikir aku apaan!" ucap Lifa dengan melempar satu bantalnya ke arah kerumunan mereka dan hanya mendapatkan balasan tawa dari sahabat-sahabatnya.
Terdengar suara ketukan dari kamar rawat inapnya dan kemudian pintu kamarnya terbuka yang dibaliknya terlihat Raga dengan tas ransel pada punggungnya dan baki yang berisikan makan malam dari rumah sakit di tangannya. Semua mata langsung tertuju pada Raga. Mereka tidak menyangka ternyata teman menginap Aura adalah Raga.
"Gila sih, Ra! Kamu kok mau aja jadi saksi bucinnya Lifa," ucap Raya dengan heran dan pelan agar tak terdengar oleh Raga dan Lifa.
"Ya gimana lagi, kalian semua nggak ada yang bisa dan Lifa nge acc dia. Yo wes lah," jawab Aura sembari mengunyah makanan nya.
"Lu napa kagak ngomong tadi sih kalau ternyata Raga? Gue nginep dah malam ini," ucap Dirga dengan sebal.
"Ntar kamu ngomel-ngomel nggak jelas dan ngelarang dia buat nggak nginep terus ganti kamu yg nginep. Sedangkan kamu barusan balik dari muncak kagak bisa diandelin banget ntar. Yang ada aku cuma ditinggal tidur," ucap Aura dengan mencebik.
"Tapi ya nggak dia juga Anjirr! Orang asing gitu. Kalian baru kenal beberapa hari ya Allah," ucap Dirga dengan gemas.
"Sorry ya aku ganggu kalian. Nanti aku yang temani Aura di sini. Nggak usah mikir macam-macam. Aku nggak bakal buat hal aneh-aneh ke temen-temen kalian. Tenang aja," ucap Dirga sembari meletakkan tasnya di dalam lemari kecil di dekat sofa bed. Kemudian berjalan ke ranjang pasien Lifa kembali.
TBC