Pintu ruangan Krist dibuka begitu Naya mempersilakan Garra masuk. Pria itu membawa kantung berisi makanan yang tadi Naya minta. “Terima kasih, Mas. Mas Garra juga makan sama kita di sini, kan?” Naya menyambut bungkusan makanan itu dan menolongok isinya, sebelumnya gadis itu berhenti dari niatannya menyiapkan makanan untuk Krist karena pria yang diajak bicaranya tidak merespon. Naya menaikan pandangannya, menatap Garra yang meski memang sudah ia ketahui memiliki ekspresi yang minim kini terasa lebih serius dibanding yang biasanya Naya lihat. “Kenapa?” Tanya Naya hati-hati, mencoba membaca raut wajah itu meski akhirnya tidak bisa. Raut Wajah Garra salah satu dari yang tidak mudah dibaca, kalau Krist dingin dan lebih terkesan garang, sementara Garra dingin namun tenang, sangat tenang bahk

