“Aku nggak mau.” “Krist...” Rinka masih coba membujuk putranya. “Aku bilang aku nggak mau, Ma!” Teriak Krist murka. Mata pria itu memang bisa dipastikan terbuka, tapi pandangannya kosong karena tidak ada objek apa pun yang coba dia tangkap. Krist tetap memandang lurus ke depan saat ibunya berada di sisi tempat tidurnya. Wajah Krist yang semula sudah mulai tenang kembali dibuat beriak penuh kerutan karena percakapan dengan sang ibu yang belum juga berakhir. Sudah sepuluh menit Rinka berdiri di sana, mencoba menjelaskan situasinya dan apa yang akan dilakukan keluarganya terhadap pria itu saat ini. Mereka jelas tidak punya pilihan, tapi Krist tetap tidak bisa memahami maksud baik yang coba keluarganya tunjukan pada Krist. “Aku bisa ngelakuin semuanya sendiri. Aku bisa mengurus diriku s

