Pertemuan Kedua

1101 Words
Sementara itu, tampak Dru yang telah tiba di sebuah rumah. Memarkir motor dan memasuki rumah milik Kai, bos yang selama ini dikawalnya. Kai adalah sepupu dari Devan atau Ryuu. "Kamu kenapa ?" Tanya Kai dengan kening berkerut saat melihat tangan dan juga lengan Dru yang terluka. Kai terlihat khawatir. Walau bukan sekali ini saja dirinya melihat Dru terluka seperti ini. Dru tidak menjawab, hanya segera duduk. kai segera mengambil kotak p3k. Membantu Dru mengobati lukanya. Setelah selesai seadanya, ia lalu mengantar Dru ke rumah Dokter Adrian, adik dari Devan atau Ryuu. Dru bungkam saat Dokter Adrian menginterogasinya tentang luka di tangan dan juga di lengannya. Freya, Istri dari Dokter Adrian, hanya menghela nafas melihat Dru. Gadis manis yang terlihat seperti laki-laki itu tampak sangat tenang dengan keadaannya. Tidak ada teriakan kesakitan yang keluar dari bibirnya saat Adrian mengobatinya. "Aku tadi menolong seorang pemuda yang diserang," ucap Dru pelan setelah Dokter Adrian selesai mengobatinya. Kai menganggukan kepala, biasanya Dru paling malas ikut campur urusan yang bukan tugasnya. Apalagi itu terkait perkelahian, yang bisa saja akan berbuntut panjang. "Biasanya kamu malas ikut campur, atau kamu mengenal orang itu ?" Tanya Kai dengan kening berkerut. "Sepertinya mereka pembunuh bayaran yang ditugaskan menculik si pemuda yang aku tolong tadi," jawab Dru tenang yang dibalas anggukan Kai dan juga Adrian. "Terimakasih," ucap Dru pada Adrian dan Freya saat berpamitan pulang. Adrian dan Freya membalasnya dengan senyum dan sebuah pelukan hangat dari Freya. Gadis maskulin itu bahagia walau terluka. Masih ada yang sayang padanya, walau dirinya sendiri tidak mengenal siapa keluarga aslinya. "Dua hari lagi, aku akan ikut pada jamuan makan yang akan kamu datangi," ucap Dru saat di dalam mobil. "Tidak usah, aku bisa menjaga diriku. Kamu istirahatlah yang banyak," balas Kai yang dibalas gelengan Dru. "Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil, besok juga sudah sembuh," ucap Dru lagi masih bersikeras. Kai hanya diam saja, berdebat dengan Dru tidak akan pernah menang jika menyangkut tugas. "Hmm gadis keras kepala," gumam Kai yang ditanggapi cengiran Drupadi. ******** Hari berganti, tampak Kai telah rapi dengan jas formalnya. Demikian juga dengan Dru,yang mengenakan jas formal, terlihat tampan. Ia tidak terlihat seperti seorang gadis dalam kodratnya. Dru mengemudi dalam diam, demikian juga Kai yang asyik dengan ponselnya. "Dru ...." Kai memanggil Dru yang mendapat anggukan kepala. "Nanti jangan berdiri jauh dariku, duduk saja di dekatku. Aku tidak nyaman diawasi dari kejauhan. Kalau tidak mau, lebih baik tidak usah mengikutiku," ucap Kai yang mendapat senyum tipis dari Dru. Bos nya ini selalu saja begitu, padahal dirinya lebih nyaman mengawasi dari jauh. Setelah memarkir mobil pada tempat yang sudah disediakan, Dru mengikuti Kai memasuki gedung yang akan menjadi tempat makan malam. Tampak Devan juga hadir. Kai melangkah ke arah Devan, lalu duduk di samping sepupunya itu. Dru tampak kikuk karena Kai memintanya untuk duduk. Tentu saja dia merasa canggung jika harus duduk, dalam keadaan bertugas. Apalagi ada Devan, pria dingin yang merupakan bos utama, pimpinan Red Eagle dengan nama samaran Ryuu. "Duduk saja dan jangan kaku begitu," ucap Devan lalu tersenyum manis pada Dru yang mengangguk sambil tersenyum. Kedua netra Dru tampak berkeliling meneliti ruangan yang di tata demikian bagus. Tapi tatapannya berhenti pada seseorang yang terus menatapnya tanpa berkedip. Berdiri disana, pemuda yang dua hari lalu ditolongnya. Masih terdapat bekas luka pada bibir bawah si pemuda. Tapi wajah babak belurnya sudah hilang, berganti wajah tampan yang lebih pada cantik. Indah tanpa celah, hanya luka itu saja yang membuatnya sedikit ternoda. Dru segera berpaling, tidak nyaman di tatap begitu tajam. Ingin rasanya dia menghampiri si pemuda, lalu menghajarnya hingga babak belur. "Aish ... sial, kenapa dia terus menatapku, aku akan buat perhitungan dengannya nanti," gumam Dru pelan yang masih dapat di dengarkan oleh Kai. "Kamu marah sama siapa ? Mau menghajar siapa lagi ?" Tanya Kai yang mendapat senyum cengengesan dari Dru. Selesai acara makan malam dan pembahasan beberapa hal. Tampak Devan berjalan ke arah laki-laki yang berdiri bersama pemuda yang di tolong oleh Dru. Karena Kai mengikuti Devan, tentu saja Dru juga mengekor dari belakang. "Halo tuan Tanaka," sapa Devan pada laki-laki paruh baya yang masih tampak gagah dengan senyum yang manis. Laki-laki itu menyambut uluran tangan Devan dan juga Kai. Dru melirik pemuda yang berdiri di samping tuan Tanaka, yang masih juga menatap padanya. "Papa ... pemuda ini yang sudah menolongku dua hari yang lalu," ucap si pemuda yang berada di samping tuan Tanaka. Tentu saja Kai dan Devan kaget. Kai mengaitkan dengan keadaan Dru dua hari lalu. "Terimakasih banyak," ucap tuan Tanaka tulus sambil membungkukkan badannya tanda penghormatan. Dru membalas membungkuk sebagai sopan santun. "Oya kenalkan, ini Kendra, putra bungsuku, ia baru kembali dari luar negeri satu bulan yang lalu," ucap tuan Tanaka memperkenalkan si pemuda pada Kai dan juga Devan. Si pemuda segera menyalami dua pria yang diperkenalkan oleh Papanya dengan penuh hormat. Setelah berbasa-basi Devan segera berpamitan diikuti Kai dan juga Dru yang berjalan di belakang Kai. Dari gerakan Dru, tuan Tanaka sudah dapat menebak jika pemuda yang bersama dua orang yang dihormatinya itu adalah seorang bodyguard. "Aku menginginkan bodyguard seperti itu," ucap Kendra menatap punggung Dru yang menjauh. "Apakah Papa bisa usahakan ?" Tanya Kendra lagi pada sang Papa yang menggeleng dan mengangkat bahu. "Jika itu adalah orang kepercayaan Devan atau Kai, maka akan sulit mendapatkannya. Mereka dilatih dengan kesetiaan yang tiada duanya." Setelah mengucapkan hal itu, tuan Tanaka segera meninggalkan putra kesayangannya itu, untuk menyapa beberapa koleganya. Persaingan bisnis mengharuskan memiliki bodyguard untuk berjaga-jaga akan keselamatan. *** Kendra sedang bersantai di bar bersama teman-temannya, saat kedua netranya tidak sengaja melihat pemuda yang pernah menolongnya. Ia segera berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah si pemuda sambil membawa minumannya. Kendra duduk di kursi yang kosong di samping kursi Dru. "Kita bertemu lagi," ucap Kendra pada Dru yang hanya memutar kepalanya untuk melihat siapa yang menyapanya, lalu kembali pada posisi semula dengan gaya cuek. Dru menyesap wine yang ada di tangannya tanpa mempedulikan Kendra yang masih duduk di sampingnya. "Aku ingin berterimakasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku waktu itu. Aku orang yang tidak bisa hidup dengan memiliki hutang budi pada seseorang. Berapa uang yang kamu minta, maka akan aku berikan," ucap Kendra masih menatap ke arah Dru. "Cukup jangan ganggu aku, anggap saja kita tidak pernah bertemu. Itu caramu berterimakasih padaku dan caramu membayarku. Aku menolongmu bukan karena aku ingin, tapi keadaan yang mendesak." Dru meneguk habis wine nya, lalu segera meninggalkan meja bartender. Berjalan pergi tanpa mempedulikan Kendra yang kesal di buatnya. Baru kali ini melihat orang yang demikian keras kepala dan menolak sesuatu hal tentang uang. Kendra makin penasaran pada sosok pemuda tersebut. "Kenapa dia terlihat cantik," batin Kendra menggelengkan kepalanya, tidak paham pada dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD