Pulang kampung

1008 Words
"Mirah, kenapa kamu membuat keputusan tanpa berbicara dulu padaku?" Tanya Indra memprotes keputusan Sumirah yang tanpa mengajaknya untuk berdiskusi dulu. Sumirah hanya diam mematung tak menjawab pertanyaan dari Indra. Tuan Zachary menengahi suasana yang mulai tidak enak itu dengan berkata. "Kalian diskusikanlah dengan baik apa yang akan kalian putuskan, tapi aku boleh minta satu hal darimu Sum?" tanya tuan Zachary kepada pembantunya tersebut. "Apa itu tuan?" tanya Sumirah penasaran tapi tetap tak berani mengangkat wajahnya. "Saya ingin memberikan nama untuk anak kalian, apakah boleh?"tanya pak Zachary. “Dan jika keinginanmu tidak bisa di rubah, aku izinkan kamu untuk pulang dan di antar langsung oleh indra. "Benarkah? kalau begitu saya mengizinkan Tuan untuk memberikan nama kepada anak kami, semoga anak ini memiliki jalan rezeki yang mudah seperti anda dan keluarga! dan saya juga memutuskan malam ini juga saya di izinkan untuk pulang dan mengantar putri kami!" Sumirah berfikir semakin cepat mengantar anak majikannya itu ke kampung maka akan menipis kemungkinan anak itu punya ikatan dengan orang tuanya. begitulah pemikiran dari seorang Sumirah. "Baiklah, aku akan memberi nama anakmu Kenes ayu Kirana, yang berarti perempuan lincah berparas cantik dan lembut hatinya!" ucap tuan Zachary. "Nama yang bagus tuan, saya menerima nama itu" ucapan Sumirah di setujui oleh Indra suaminya. "Aku ingin menambahkan Zachary di belakang namanya, apa boleh?" tanya tuan Zachary lagi. Sumirah menatap suaminya indra meminta persetujuan. "Apakah keluarga besar tuan tidak akan keberatan jika nama itu tersemat di belakang nama anak kami? setahu saya, nama itu kan nama keluarga besar tuan?" tanya Indra mencari kebenaran tentang tanggapan keluarga majikannya. Kali ini sang ayah dari tuan Zachary yang menjawab. "Tidak sama sekali, seperti yang kamu ketahui, entah kenapa hati kami pun condong menyayangi anak kalian, ada sesuatu yang menarik kami untuk melihatnya lebih dalam, seolah ada keterikatan antara kami, dan kami tidak tahu apa itu!" Ucapnya menatap anak tersebut. Indra pun mengangguk setuju, Sumirah yang menyaksikan itu ketar ketir takut rahasianya terbongkar sebelum terlaksana. Sumirah pura-pura mengangkat telefonnya seolah berbicara dengan orang di sebrang telefonnya. "Apa Mak? sekarang? coba nanti saya ngomong dulu sama majikan saya, kalau beliau mengizinkan sekarang juga saya akan langsung bertolak ke kampung, saya juga akan meminta cuti melahirkan selama masa pemulihan!" ucap Sumirah sedikit mengeraskan suaranya agar majikan serta suaminya mendengar perkataannya. Sumirah kembali ketempat semula sebelum dia mengangkat telefon tadi kemudian berkata kepada majikannya. "Maaf tuan, kalau di izinkan saya ingin izin pulang sekarang, ada keadaan mendesak di sana, sekalian saya juga meminta cuti selama saya dalam pemulihan kondisi badan saya!" ucap Sumirah ragu-ragu, takut tidak mendapatkan izin. "Indra, antarkan istri kamu pulang kampung, jangan terlalu laju membawa mobilnya, ingat safety lebih utama!" ucap tuan Zachary kepada supirnya tersebut. "Karena sepertinya kamu juga sudah tidak sabar untuk segera pulang kampung, maka saya izinkan kamu untuk pulang sekarang juga! seperti yang saya katakan tadi, anak ini bernama kenes ayu Kirana Zachary, dan nama panggilannya adalah kenes! apakah nama panggilan itu bagus?" tanya tuan Zachary menciumi kedua pipi anak kandungnya sendiri yang tak di sadarinya. "Iya tuan, saya setuju dengan nama panggilan dari tuan itu, kenes, kami akan memanggilnya dengan sebutan itu." ucap Sumirah pasti. Mereka pun melakukan perjalanan untuk pulang kampung, perjalanan dari tempat nya bekerja sampai ke kampung halaman mereka mencapai 7 sampai 8 jam, hampir menjelang magrib mereka baru sampai di rumah orang tua Sumirah, di sana sudah menunggu sang nenek dan juga kedua anaknya, sebelum turun Indra berkata kepada istrinya. "Sum Apakah tidak sebaiknya kamu ikut aku lagi ke kota, aku takut nanti anakmu tidak bisa lepas darimu bila kamu tunggui selama kamu masa nifas, kedekatan yang kuat antara ibu dan anak akan sulit dipisahkan, apalagi bila anak itu sangat membutuhkan ibunya!" ucap Indra kepada istrinya. Sebenarnya Sumirah oke-oke saja, toh anak yang ditinggalnya bukanlah anak kandungnya, jadi dia tidak merasa keberatan sama sekali. "Kalau menurut sampeyan baiknya seperti itu, maka aku menurut saja,"jawab Sumirah. "Karena anak kita yang kita tinggal ke emak ada tiga orang, maka jangan sampai telat kamu mengirimkan jatah untuk mereka terutama si kecil, si kecil membutuhkan banyak s**u untuk pertumbuhannya!" ucap Sumirah tidak mau membedakan antara anaknya dan anak majikannya. "Kita sabar dulu ya sum semoga secepatnya kita bisa berkumpul lagi. kita bekerja juga untuk mereka!" balas Indra yang merasa bersalah karena dirinya memisahkan antara anak dan ibunya untuk ikut dengannya bekerja di kota. "Gampang itu mas, semoga pengorbanan kita berbuah manis, toh Emak senang saja dititipi anak-anak karena dengan itu rumahnya kini tidak sepi lagi! ayo Mas cepat turun takut Emak menunggu kelamaan di dalam!" Sumirah mengajak Indra untuk segera turun. Orang tua Sumirah bernama Sumarno dan Ibu Sutini mereka lebih dikenal dengan sebutan Mbah Reban. entah artinya apa juga tidak banyak yang tahu. meskipun mereka sudah tua tapi tentang tenaga dan kesehatan tak perlu ditanyakan lagi, Mereka terlihat muda dari usianya! "Assalamu'alaikum," ucap Sumirah membuka pintu rumah kayu khas pedesaan. "Ibu, Bapak" Edo dan Adi berhambur Kepelukan Inda dan Sumirah. "Jawab dulu dong salamnya," tegur Indra kepada kedua putranya. "waalaikumsalam!" bersamaan bersamaan. "Ibu kalian biar masuk dulu, kasihan dedek bayi kedinginan di luar, sudah mau magrib juga kan?" Indra berkata lagi. "Dedek bayinya lucu sekali Bu, nanti dedek bayinya bobo sama aku ya Bu boleh kan?" tanya Adik kepada ibunya, anak keduanya itu memang lebih penyayang kepada anak kecil, sejak lama dia menginginkan seorang adik, hal yang sangat berbanding terbalik dengan Edo!" itu berusia 10 tahun sedangkan Adi berusia 7 tahun. "Mbah ke mana Mas kok nggak kelihatan?"tanya Indra kepada Edo sebagai sang kakak yang terbiasa dipanggil Mas. "kalau mbak uti kayaknya nyiapin masakan deh Pak, tapi kalau Mbah Kakung sepertinya belakang rumah."jawab Edo kurang yakin. Adi langsung terlihat asik dengan adiknya, Dia sangat senang memiliki seorang adik, itu artinya dia akan dipanggil Mas juga, dia bosan selama ini dipanggil adik, dan kini nggak mau lagi dipanggil adik dan maunya dipanggil Mas juga. "Berarti sekarang Adik dipanggil Mas juga ya, sudah ada dedek bayi berarti adik sudah punya adik juga!" si merah tertawa melihat balasan anak keduanya itu. "Iya kamu sekarang panggilannya mas Adi, bukan Adik lagi!" jawab Sumirah dengan mengelus pucuk rambut Adi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD