She is Devil

1409 Words
Berani menantang ku maka harus berani melakukan hukuman yang pantas dariku __Lukas__ *** "Mang ini pisaunya saya kembaliin!" Asyila menyimpan pisau di atas meja, si Amang tukang jus. "Aduh Eneeengggg ... Dari tadi Amang nyariin ini pisau. Di bawa kemana atuh Neng?" Si Amang tukang buah bersungut-sungut, tentu saja. Ia sedang sibuk di kerubungi pembeli--Asyila dengan lancangnya malah membawa kabur pisaunya. Asyila nyengir. "Itu Mang ... Bakso punya saya keras. Makanya pake pisau!" Si Amang sepertinya meragukan alasan gadis itu. Terbukti ia menatapnya tak percaya. Tapi Asyila tidak mau tahu. Ia segera membalik dirinya. Namun alangkah terkejutnya ketika ia melihat siapa laki-laki di belakangnya itu. Mati gue! Untung Asyila tidak membahas apa-apa, gadis itu buru-buru kabur. Dan Lukas hanya menautkan kedua alisnya. Kenapa gadis itu melihatnya seperti melihat penghuni kuburan saja. Asyila segera lari ke meja di mana di sana masih ada kedua temannya. "Laper lo? Kirain udah lupa." Ejek Rebeka. "Kenapa wajah lo? Seneng banget kayanya!" Liliana menimbrung. "Ada deh, enggak usah pada kepo!" Asyila menarik mangkuk bakso milik Liliana. "Eh, bakso gue!" Liliana hendak menarik kembali mangkuknya. Tapi Asyila lebih sigap dan meminum kuah bakso tersebut, dengan langsung dari mangkuknya. Itu memang kebiasaannya. Liliana menggeleng. "Gila lo! Udah kaya kelaperan tujuh tahun aja lo!" "Gue laper sumpah! Gue baru aja jalanin misi yang nguras emosi gue. Pokoknya tegaaaang gila! Gue udah kaya maling." Cerocos nya sambil mengunyah bakso di mulutnya yang penuh. "Emang lo habis ngapain?" Tanya Rebeka. Sejenak Asyila terdiam dengan senyuman misteriusnya. "Entar juga lo bakal tahu. Pokoknya mantap! Sama rasanya kaya bakso lo yang geratis." Liliana dan rebeka menggeleng. "Eh, malam Minggu nonton yuk? Kayanya seru deh filmnya!" Ajak Liliana. "Emang film apaan?" Tanya Rebeka. "Jombi!" Aku Liliana. "Wihh! Keren tuh!" Rebeka antusias. mereka memang sangat suka film yang bertemakan horor. "Tapi gue kayanya enggak ikut deh, gue mau lembur! Apa lagi malem Minggu pengunjung pasti banyak banget!" Asyila menyahut, sembari menyesap es teh milik Liliana. "Lo kenapa enggak beli siiii" Kesal Liliana. "Minta dikit alaaahh! Pelit amat sama sahabat." Asyila beralih ke mangkuk baksonya Rebeka. "Lo kenapa gak pulang aja ke nyokap lo sih, dari pada kerja kan cape." Rebeka menyodorkan mangkuknya. Ia tahu sahabatnya itu sedang kesusahan uang. Ia hidup sendiri.  Asyila menarik napas dalam. "Gue enggak mau bahas itu. Nanti kalau gue gajihan, bakso kalian gue ganti!" Asyila segera beranjak setelah menghabiskan bakso kedua temannya itu kemudian pergi menuju perpustakaan. Ia harus belajar, ia harus mendapatkan rengking pertama lagi--agar beasiswanya bisa berlanjut. Hingga ia tidak harus pulang ke rumah Ibunya. Asyila memang hidup sendiri, ia tinggal di sebuah kosan kecil. Ia kabur dari rumah--karena sering bertengkar dengan adik tirinya. Mamahnya Asyila menikah lagi dengan laki-laki kaya raya yang memiliki anak perempuan seumuran dirinya. Sehingga Asyila mengalah. Ia tidak mau karena dirinya--Mamahnya bermasalah dengan Ayah tirinya. Dan sekarang gadis itu kerja di sebuah minimart. Ia mengambil part time. Masuk sore hari dan pulang jam sepuluh malam. Asyila bekerja keras agar nilainya tak terkalahkan oleh siapapun. Meski kadang ia menjadi jahat hanya untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari siapapun. "Hay!" Sapaan seseorang membuat Asyila kaget. Ia pikir di perpustakaan tidak ada siapa-siapa, seperti biasanya. "Ya, kenapa?" Jawabnya cuek. Laki-laki itu duduk di depan Asyila. "Gue Damian! Lo Asyila kan?" Asyila menarik napas panjang. "Iya, dan gue gak tanya siapa nama lo!" Damian senyum tipis. "Emang sih, tapi gue heran ya? Ko ada cewek cantik kaya lo ngerusak ban motor orang!" Apa!  Asyila sontak menyimpan bukunya. Ia menatap Damian penuh keterkejutan. "L-lo tahu dari mana gue..." Damian terkekeh, ia memang melihat gadis itu merusak ban motor milik Lukas tadi di parkiran. Laki-laki itu menopang dagunya."lo lucu juga kalau sedang kacau kaya gini!" Sialan! Asyila memutar kedua bola matanya jengah. "Gue tanya! Dari mana lo tahu kalau gue..." "ASYILA!" Teriakkan dari luar. Membuat Asyila kaget.  "Rebeka apaan sih?" Kesal Asyila, dan lagi ini sedang di perpustakaan. Membuat mereka yang sedang membaca menatap kesal padanya. "Bahaya! Bahaya!" Rebeka terlihat cemas. "Bahaya apaan?" "Gue enggak tahu apa yang lo lakuin, tapi sekarang. Si Lukas lagi nyariin lo dengan wajah yang serem banget. Kayanya dia mau nelen lo hidup-hidup!" "Ngapain si Lukas nyariin gue?" Asyila pura-pura tenang padahal kedua kakinya sudah gemetar. "Gue gak tahu!" Damian tersenyum kecil melihat wajah takut Asyila. "Makanya lo jangan macem-macem kalau gak tahu lawan lo kaya gimana!" Damian mengacak kepala Asyila kemudian pergi dengan santai.  Asyila mendengus kesal, kalau gak di perpustakaan ia pasti sudah memukul laki-laki itu. "Lo kenal sama dia? Diakan Damian yang populer itu!" Decak kagum Rebeka. "Enggak, baru aja ko." Asyila kembali membaca bukunya. "Eh, itu gimana si Lukas?" "Bodo! Gue enggak mikirin." Sahut Asyila cuek. *** "s****n banget tuh cewek! Apa sih salah gue!" Sedari tadi Lukas terus saja menggerutu. Tentu saja ia sangat kesal. Perasaan dia tidak punya salah, tapi kenapa motornya jadi korban. "Udah lah berisik. Perasaan mulut lo dari tadi ngoceh mulu" Sahut Mahardika, ia berjalan di samping Lukas. Saat ini mereka di koridor menuju parkiran. "Iya sih, cuma ban ini kan lo bisa beli lagi!" Jordan ikut menimbrung. Dan Damian? Di manakah ia sekarang sedang berada? Dia cowok populer tentu saja ia berada di antara puluhan gadis-gadis yang sedang mencoba mendekatinya. "Lo kira beli tuh ban kaya beli gorengan. Itu ban limited edition. Bokap gue yang beli, bukan gue!" "Emang Om Erlangga belinya di mana?" Tanya Mahardika. "Di Restoran bokap lo! Di toko ban lah! Lo pikir dengan gue datang ke Restoran bokap lo, gue bakal dapet ban. Yang ada gue dapet goreng ayam sih iya!" Kesal Lukas. "Eh, ngomong-ngomong goreng ayam. Kapan kita minta makan geratis di Restoran Om Zio. Kan laper nih perut gue!" Rengek Jordan. "Otak lo yang ada goreng ayam aja! Bangkrut dong Restoran bokap gue kalau lo mintanya gratisan doang!" Aku Mahardika.  "Yeee... Gue Mah udah di kasih perjanjian sama Om Zio. Kalau ke sana bakal di kasih goreng ayam gratis." Riang Jordan. Mereka terus ngobrol sambil berjalan menuju parkiran. Membicarakan Zio--Ayahnya Mahardika yang mempunyai Restoran ter--enak se--kota Bandung. Kemudian membicarakan Dion--Ayahnya Jordan yang punya kebun kelapa sawit terbesar di Sumatera. Lalu nyambung pada Erlangga--ayahnya Lukas yang mempunyai perusahaan otomotif. "Lo kalau mau goreng ayam. Bokap gue kirim minyak dari perusahaan bokap lo. Jadi Restoran bokap gue enggak rugi-rugi amat. Gara-gara lo!" "s****n! Lo hitungan banget. Masa gue makan goreng ayam dua paha, di suruh mintain minyak! Sungguh terlalu lo!" "Yeee... Sekarangmah serba mahal. Minyak satu liternya mahal. Apalagi paha! Maksud gue paha yang itu!" Tunjuk Mahardika. Pada cewek yang sedang duduk bertumpang kaki di atas motor dan terlihat pahanya. Pletakkk! Jitakkan nikmat melayang di kepalanya.  "Mata lo di jaga! Dasar kucing garong!" Rutuk Jordan. "Lo jahat! Sakit bodoh!" Mahardika berusaha membalas jitakkan Jordan, namun Jordan menghindar hingga kedua remaja itu saling mengejar.  Dan Lukas? Apalagi yang bisa ia lakukan. Selain menggeleng jengah dengan kelakuan kedua sahabatnya itu. Bukannya membantu dirinya menyelesaikan bannya yang kempes. Malah membahas goreng ayam dan tek-tek bengek yang tidak penting. Memang luar biasa kedua sahabatnya itu. Lukas terus berjalan mendahului Jordan dan Mahardika--yang masih sibuk saling mengejar. Hingga ia terhenti di tengah-tengah parkiran. Ia bertemu Asyila dengan kedua sahabatnya di sana. Cewek gila! Dengan tatapan tajam ia segera menghampiri ketiganya dengan langkah cepat. Sementara ke-dua sahabat Asyila yang sedang berceloteh riang, mendadak hening.  "Syila... Aduh... Bahaya!" Bisik Rebeka. Asyila yang tidak engeh. Ia hanya berkaca santai. Di kaca mobilnya Liliana. "Syil..." Bisik Rebeka lagi. "Ihhhs! Apaan sih?" Kesel Asyila. Ia merasa terusik. Padahal kan ia sedang asik memakai bedak di wajahnya. Asyila memang selalu menjaga wajahnya agar tetap cantik dan segar. Sehingga sebelum pulang, ia pastikan berkaca di kaca spion mobilnya Liliana. "Bahaya..." Bisik Rebeka lagi. "Tau ah, udah kaya mau di culik Alvaro nel aja. Pake bahaya segala lo!" Asyila masih asik dengan membubuhi wajahnya dengan bedak. Begitu rapi. "Lo tahu kan, gue pulang dari sini mau mampir sebentar ke Minimart. Jadi gue harus cantik. Biar bos gue klepek-klepek pas lihat gue!" Asyila memang sering bercerita, kalau bosnya di Minimart sangat tampan. Jadi ia akan berdan-dan rapi ketika hendak pergi ke sana. "Hey! Lo dengerin gue enggak sih?" Ujar Asyila. Ia heran kenapa kedua sahabatnya mendadak bisu. Merasa tidak ada jawaban. Asyila memutar dirinya.  Deg! Di belakangnya Lukas sudah berdiri bersidekap d**a. Menatapnya tajam, dan penuh intimidasi. Dalam hati Asyila amat takut dengan tatapan tajam laki-laki itu. Namun bukan Asyila namanya, kalau ia tidak bisa membungkus perasaannya. Kemudian dengan wajah tanpa dosa--Asyila menegakkan dirinya berjalan hendak melewati laki-laki itu. Tapi tangan kekar Lukas meraihnya. Dan mencekalnya amat kuat. "Mau kabur huh?!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD