“… Lexi,” panggil Bryce membuat Lexi tersentak dari lamunannya dan mengerjap cepat. Lexi memperhatikan di mana dia berada sekarang. Halaman luas di depan pintu utama rumah besar Ruben. Lalu di depannya Bryce menatapnya dengan tangan menahan pintu penumpang bagian depan agar tetap terbuka. “Kau baik-baik saja? Sejak keluar dari ruang istirahat matamu menjadi tidak fokus.” Lexi menatap Bryce sangat lama. Mau tak mau dia mengingat apa yang Bryce katakan di aula acara tadi, “Jika istri saya menginginkan buah hati, kami akan memilikinya nanti. Tapi jika istri saya tidak menginginkannya, saya tidak ingin memaksanya…” “Lexi?” Panggil Bryce sekali lagi karena wanita itu masih diam dan linglung namun lagi-lagi Lexi masih pasif. “… Asalkan bisa bersama dengannya seperti selama ini, saya tidak m

