Bab 2

1131 Words
Sementara itu di ruang tamu, Gerald dan Pak Hendrawan asik ngobrol seputar keahlian Gerald melakukan pemijatan untuk mengembalikan vitalitas lelaki, yang sekaligus bisa membangkitkan gairah seksual kaum wanita. Sang terapis muda yang sudah diakui banyak orang kemampuannya dalam mendeteksi dan mengobati berbagai penyakit hanya dengan pemijatan itu pun sangat antusias mendengar dan menanggapi keluhan serta keinginan Pak Hendrawan, dosennya. Pak Hendrawan, seorang dosen di Institut Pertambangan Dolar, berusia kurang lebih 50 tahun. Sementara istrinya berusia 45 tahun. Tante Sonia seorang wanita karir yang sudah sangat mapan. Mereka berumah tangga sudah lebih dari 20 tahun dan sudah dikaruniai dua orang anak. Anak pertamanya yang perempuan saat ini sedang kuliah dan kost di Bandung. Semantara anak keduanya yang laki-laki, baru kelas 2 SMA. Saat ini dia ini sedang menginap di rumah saudaranya. Rumah tangga Pak Hendrawan dan Tante Sonya, terbilang sangat harmonis, adem ayem, sejahtera dan bahagia. Pak Hendrawan seorang kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab, penyabar, ngemong dan pandai membawa suasana hangat pada seluruh keluarganya. Dia senang bercanda dan membuat aneka joke-joke inteleknya yang sangat menghibur. Sementara Tante Sonya menduduki jabatan yang cukup mentereng pada sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor-impor benih lobster ke berbagai penjuru dunia. Walau karir Tante Sonya cukup banyak menyita tenaga dan waktunya, namun dia mampu menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dengan baik. Walau tentus aja dibantu oleh sepasang suami istri yang sudah lama mengabdi pada keluarga mereka. Tak ada gading yang tak retak. Keharmonisan rumah tangga Pak Hendrawan dengan Tante Sonya, akhir-akhir ini mulai sedikit terganggu akibat menurunnya daya tempur di atas ranjang sang kepala keluarganya. Mungkin disebebkan faktor beban pekerjaan yang semakin berat juga faktor usia atau faktor lain yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti oleh Pak Hendrawan itu sendiri. Sudah beberapa kali beliau konsultasi pada dokter, dan sudah berbagai macam obat yang dia kosnsumsi, namun sejauh ini belum menujukan hasil yang menggembirakan. Terlebih lagi beberapa ahli kesehetan yang memeriksanya, justru selalu mengatakan jika keperkasaan Pak Hendrawan sangat baik-baik. Untuk mengembalikan vitalitas dan daya tempurnya di atas ranjang, selain rajin berobat dan berkonsultasi pada dokter, Pak Hendrawan pun rajin mengkonsumsi makan sehat serta obat-obatan herbal sebagai penunjangnya. Dia pun menjalani terapi dari seorang terapis yang sudah terkenal. Namun semua usahanya belum menunjukan tanda-tanda yang menggembirakan. Karena dirasa pijat vitalitas dari seorang terapis berpengalaman itu tidak membuahkan hasil, Pak Hendrawan pun memutuskan untuk pelan-pelan mundur dari kegiatannya itu. Yang semula seminggu sekali mulai digeser menjadi dua minggu sekali. Sudah cukup besar biaya yang dikeluarkan Pak Hendrawan. Memang sejauh ini Tante Sonya pun tidak terlalu mempermasalahkannya. Namun sebagai suami tentu saya Pak Hendrawan punya kewajiban memberikan nafkah lahir dan batin yang memandai dan memuasakan kepada istrinya. Jangan sampai ada pejantan lain yang mencoba menggantikan posisinya. Atau lebih jauhnya justru istrinya mencari kepuasan di luar sana. Tidak, Pak Hendrawan tidak ingin semua itu terkadi. Terlalu mahal keutuhan rumah tangga dan masa depan anak-anaknya jika harus dihancurkan karena hal demikian. Beberapa hari yang lalu, Pak Hendrawan mendapat bisikkan rekomendasi dari salah seorang kolegnya yang bernasib kurang lebih hampir sama dengan dirinya. Pada awalnya Pak Hendrawan tidak percaya jika terapis yang direkomendasikan itu ternyata Gerald, mahasiswanya sendiri. “Mah, beneran nih gak mau dipijat?” Pak Hendrawan kembali bertanya pada istrinya yang sedang duduk termenung di depan meja riasnya. “Eh, kayaknya lain kali aja deh, Pah, malam ini mama ngantuk banget. Gak papa kan kalau mama tidur duluan?” Tante Sonya tetap menolak tawaran suaminya. “Gak papa, kata Gerald sih papa juga gak lama dipijatnya, mungkin sekitar satu atau satu jam setangahan,” balas Pak Hendrawan ringan. Setelah itu dia segera masuk ke salah satu kamar yang biasa dipakai untuk memijat. Gerald pun sudah menunggunya di sana. ‘Ah gila! Bagaimana mungkin aku berani diijat sama Gerald di depan suamiku. Bagaimana kalau aku keceplosan atau….’ Tante Sonya bergumam dalam hatinya sambil beranjak dari tempat duduknya. Setelah menutup pintu kamar, Tante Sonya pun membaringkan tubuh di atas kasur sambil membayangkan peristiwa beberapa bulan yang lalu, saat dirinya mengenal Gerald untuk yang pertama kalinya. Tante Sonya memejamkan mata, Bibirnya tersenyum, dadanya bergemuruh serta darahnya berdesir kuat. Terlalu indah kenangan bersama Gerald untuk bisa dilupakannya. Sementara itu di kamar yang berbeda, Gerald mulai menjalankan tugasnya memijat pasiennya secara profesional. Pak Hendrawan pun benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda dari pijatan Gerald. Walau masih sekitar telapak kaki yang kena pijatan, namun Pak Hendrawan sudah bisa mengatakan jika pijatan Gerald memang berbeda dengan yang dilakukan oleh terapis kenamaan sebelumnya. ‘Pijatannya seperti yang mengandung magic’ pikir Pak Hendrawan. Saat ngobrol-ngobrol tadi, Pak Hendrawan sudah menceritakan keluhan dan harapannya tentang kejantanan dirinya. Dan dengan sangat antusias Gerald pun menawarkan beberapa metode pengobatan seperti yang dia lakukannya pada salah seorang dosen yang merekomendasikannya. Namun Gerald pun menyampaikan jika metodenya itu harus dipratikkan secara perlahan-lahan. “Wah, pijatanmu benar-benar berbeda, Ger!” Pak Hendrawan kembali memuji kehebatan pijatan Gerald pada area pahanya. “Hehehe, ini belum pada pemijatan yang sebenarnya, Pak,” balas Gerald kalem. “Hmmm, sayangnya Ibu belum mau dipijat, ya. Mudah-mudahan minggu depan dia sudah berani diijat. Nanti saya rayu dulu. Tenang aja, Ger. Ya maklum saja ibu kan memang belum pernah dipijat sama laki-laki, apalagi kalau sampai harus buka-bukaan hanya mengenakan kemben, heheh.” “Iya, Pak. Pemijatan memang sebaiknya tidak dipaksakan, karena akan sangat berpengaruh kepada hasilnya.” “Ya, betul. Apalagi kamu kan cowok. Ibu mungkin masih merasa risih dan ragu. Perlu adaptasai dululah, soalnya ibu belum pernah dipijat cowok sebelumnya. Jadi kalau Ibu menolak, itu bukan karena gak percaya dengan kemampuanmu, Ger.” “Saya paham, Pak.” Gerald menjawab sambil menahan geli dalam hati. ‘Ah, gila! ternyata Tante Sonya istrinya dosen gua, Njiiiiir!’ seru Gerald dalam hati. Sambil terus melanjutkan aktifitasnya, mata Gerald sedikit terpejam. Angannya pun kembali tertuju pada peristiwa yang sangat mendebarkan kurang lebih setengah tahun yang lalu. Peristiwa yang akhirnya membuat Gerald dan Tante Sonya benar-benar senang sekaligus terperanjat saat pertama tadi kembali berjumpa dalam suasana yang hampir saja menjadikan mereka mati gaya dan keceplosan. Jam sepuluh malam, Gerald sudah kembali berada di kamar kostnya. Bibirnya selalu tersenyum mengingat ucapan-ucapan Pak Hendrawan yang sama sekali tidak mengetahi atau bahkan tidak sedikit pun menaruh curiga jika Tante Sonya dengan dirinya sudah saling mengenal jauh sebelum ini. Selama Gerald melakukan pemijatan, bahkan hingga dia berpamitan pulang, Tante Sonya sama sekali tidak menunjukkan lagi batang hidungnya. Gerald menduga wanita setengah baya yang masih sangat seksi, cantik nan baik hati itu, sengaja menghindar agar tidak terjadi sesuatu yang mungkin akan menimbulkan kecurigaan bagi Pak Hendrawan. ‘Tenang aja Tan, saya pun akan tetap menjaga rahasia kita,’ bisik Gerald dalam hati ketika dia akan meninggalkan rumah mewah dosennya itu. ‘Aku kira Tante Sonya sudah menetap di Jepang, ternyata dia sudah kembali ke Indoneisa. Oh my God!’ Gerald berseru dalam hati sambil melajukan motor matic kebanggaannya. ^*^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD