Para Cowok

1015 Words
Suasana yang begitu panas di luar, membuat para cowok memutuskan untuk tidak bermain basket di lapangan. Mereka memutuskan untuk berkumpul di markas. “Bawa apa lo, Ka?” Vino melirik Azka. Temannya itu datang datang sudah membawa plastik belanja yang lumayan besar. Azka yang baru saja sampai ke markas mereka, menaruh plastik yang dia bawa ke meja, lalu duduk di kursi panjang, tepat di tengah tengah. “Samyang,” acuhnya. Tanpa berusaha menyapa yang lain tangan Azka sudah sibuk mengambil ponsel dari saku, lalu memainkannya dan mengacuhkan mereka yang ada di sana. ”WUIH! MAU MUKBANG NIH CERITANYA?!” Kevin yang baru saja dari toilet buru-buru menghampiri plastik belanja yang tadi Azka bawa. ”Kevin berisik! Sakit kuping gue tau!” Farrel yang sedang selonjoran di sofa sambil bermain game merasa terganggu dengan suara gaduh Kevin. “Sirik aja lo, Markonah.” Kevin mengambil samyang yang jumlahnya ternyata ada sepuluh. Dia berjalan menuju pantry mini, menyimpan samyang dan beberapa minuman yang juga turut di beli oleh Azka di sana. “Buat apa lo beli samyang? Tumben banget ada samyang di pantry kita.” Pertanyaan Kevin dia arahkan untuk Azka, namun bukan Azka yang menjawab, melainkan Vino. “Gue yang nitip, makan aja lo gak mau?” Vino tidur di sofa samping, berhadapan dengan Farrel. Dengan kedua tangan menutupi wajah tampannya, mata cowok itu tertutup, namun masih bisa menjawab pertanyaan Kevin. Mereka masih berada di kawasan sekolah sma kristal. Memang agak aneh jika mereka bisa mempunyai sebuah markas di sekolah jika tidak ada orang dalam yang ikut campur. Ya, mereka bisa mempunyai tempat spesial di area sekolah tentunya karena mereka memiliki orang dalam di sekolah Sma Kristal ini sampai sampai mereka berani membuat markas sendiri. Dan orang dalam mereka ialah Daniel Arsenio. Si anak pemilik sekolah sekaligus ketua osis di sekolah ini. Mereka bukan perkumpulan siswa siswa berandalan seperti pada umumnya, namun persahabatan mereka memang sudah terjalin dari kurang lebih enam tahun lamanya, maka dari itu mereka seolah olah dianggap membentuk sebuah geng oleh teman teman sekolah, padahal mereka tidak pernah membentuknya. Bahkan tidak ada ketua di antara perkumpulan mereka. Tapi terkadang mereka sering membela orang-orang yang menurut mereka pantas untuk mereka bela. Dan lagi, ada di antara mereka adalah ketua geng motor yang otomatis membuat mereka sering terjun di jalan jika mereka ingin. Tapi bukan untuk ugal-ugalan. Niat mereka hanya untuk bersenang-senang, tidak lebih. “Maulah! bumali nolak rejeki. Ngomong-ngomong sih ketos kita kemana nih? Kalian liat gak?” Kevin mengambil satu samyang, beserta piring dan alat masak. Berhubung perutnya sudah meronta ingin asupan gizi jadi dia memasak samyang. Di sini memang ada alat masak tapi bukan berarti mereka sering memasak, hanya jenis mie-mie an dan makanan yang dipanggang saja yang boleh mereka masak di sini. Vino yang masih memposisikan diri dengan tiduran, sekilas dia mengintip kegiatan Kevin dari balik tangan. “Masak sendiri doang lo, bikinin buat gue sekalian,” perintahnya. Kevin berdecak kesal. “Njir! Ngomong dong! Gue udah nakar air buat satu biji doang! Tapi gapapa beruntung lo yang beli jadi gue bikinin deh khusus Mas Vino apa sih yang nggak buat kamu Mas, muaachh.” Kevin memberikan ciuman jauh pada Vino, lalu berbalik mengambil gelas besar, diisikan air setengah untuk di tuang ke dalam panci tempat dia masak. Vino bergidik. “Gak usah kayak gitu, jijik gue mau muntah.” Kevin nyengir. Sembari menunggu air mendidih, cowok itu asik menyanyikan lagu kesukaannya. Dengan bermodalan spatula dia bernyanyi layaknya seorang diva panggung dia menyanyikan lagu Sheryl Sheinafia yang berjudul ku tunggu kau putus, namun ia ubah lirik lagunya ”Kita teman musuh. Sudah saling baku hantaaam. Cerita tentang kamuuu sudah menjadi muntahankuu, ooohhhh mantankuuuuuuu-“ BRUK! “AW! SAKIT SIALAN!” Tidak tahu apa dia sedang asik asik menjadi diva pantry, malah di rusak dengan Farrel yang dengan entengnya melemparkan penggaris besi ke punggung Kevin. “Gue juga mau, Kevin!” rengek Farrel mengalihkan matanya dari game ke arah Kevin. Sepertinya dia sudah selesai bermain. Baru saja dia akan protes, suara Daniel membuatnya menoleh ke arah pintu. “Gue juga sekalian.” Daniel dan Dion datang bersamaan. Mereka duduk di kursi tengah sebelahan dengan Azka yang sejak tadi sibuk dengan ponsel tanpa ingin repot repot menyusahkan Kevin juga. Cowok itu duduk dengan tenang sambil sesekali menyimak obrolan teman temannya. “Udah sekalian aja lo bikinin buat kita semua, Vin.” Dion ikut nimbrung Kevin di pantry. Dia membuka lemari khusus untuk menaruh makanan, lalu mengambil beberapa samyang dan minuman dingin untuk dibagikan ke yang lain. Beberapa samyang yang yang tadi dia ambil, langsung saja Dion berikan ke tangan Kevin yang saat ini sedang speechless. Sepertinya otak Kevin sedang berjalan dengan lambat. “OGAH! Bikin sendiri, Anjing!” Begitu sadar Kevin menaruh mie samyang yang ada di tangan ke meja pantry. “Lo ngerti bahasa sekalian gak? Kerja jangan setengah-setengah, nanti istri lo brewokan loh.” Dion, Farrel dan Daniel tertawa mendengar perkataan Vino, sedangkan Azka hanya diam. Serasa tidak ada yang lucu baginya. “Kevin gay! Pacarnya brewokan, Ih, jangan deket-deket sama gue!” Farrel memandang aneh Kevin. Vino terkekeh. “Emang lo mau brewokan, Rel?” Tanya Vino yang sudah merubah posisinya menjadi duduk. “YA GAK MAU LAH, GAK MAU BREWOKAN GUE!! IH, GELI BANGET!” Mereka semua kecuali Kevin terkekeh mendengar penuturan Farrel. “Padahal brewokkan keren tau.” Farrel bergidik ngeri dengan ungkapan Dion. Setelah berhenti tertawa, mereka serentak menoleh ke arah Kevin yang masih memasang wajah masam, menunggu balasan yang mereka inginkan. Dengan perasaan dongkol, Kevin berujar. “Apa! Iya iya, gapapa aku mah gapapa, hamba udah biasa dijadiin babu abadi di sini,” gerutu Kevin, meski begitu tangan cowok itu tetap mengganti panci yang kecil menjadi panci yang agak lebih besar agar dia hanya membuat mie dengan sekali masak, lalu menambahkan air lagi dalam panci. Untung saja dia belum sempat menuangkan mie Vino dan punyanya. Kalo iya maka siap siap mienya akan benyek. “Semangat ya, Kevin. Pasti digaji kok sama Daniel, nanti sekalian bersihin kamar gue juga ya,” polos Farrel dengan tak tahu diri. Kevin melirik sinis. “Sialan, Farrel.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD