03 : Mencoba Me'lurus'kan

1328 Words
Lagi-lagi aku menatap Paman mudaku dengan intens.  Dan menyayangkan mengapa makhluk seindah ini seleranya ber'belok' seperti itu. "Woi Chacha Maricha, kenapa ngelihatin aku seperti itu?  Minta dici... ups, gak boleh m***m ya," dia nyengir lucu. Dia memang kiyut, aku jadi makin gak rela dia berubah belok begitu.  Mesti kubalikkan arahnya supaya dia back to kodratnya... menyukai lawan jenisnya, wanita! Kini aku paham kenapa dia suka mesumin aku.  Mungkin Paman mudaku, Oh Kam Pret ini juga risih dengan seleranya yang belok.  Mungkin dia pengin balik ke selera awal.  Makanya dia coba-coba mencari sensasi kontak fisik dengan lawan jenisnya.  Kasihan juga dia. "Paman Muda, aku tahu tentang cinta terlarangmu," aku membuka pembicaraan sambil menatapnya sendu. Dia berjengkit kaget, matanya membulat kaget. "Chacha tahu darimana?!" "Gak penting tahu darimana, pokoknya aku sudah tahu," kataku mencoba berkelit. Dia menggembungkan pipinya dan menghembuskan isinya sekaligus.  Gayanya memang emesh.  Lagi-lagi aku menyayangkan mengapa makhluk menggemaskan seperti ini adalah maho! "Lalu bagaimana komentar Chacha?" tanyanya was-was.  Dia menatapku mendalam. Aku menghela napas sedih.  Kudekati dia yang sedang duduk di tepi ranjangnya, aku duduk di sampingnya.  Dengan lembut kuelus rambut tebalnya. "Aku bisa memahami, tapi aku tak bisa menerimanya," kataku lembut. Mata Paman mudaku meredup seketika, aku jadi trenyuh melihatnya.  Wajahnya nampak sangat memelas.  Aku spontan memeluknya untuk menghiburnya.  Memang berat memiliki kelainan seperti itu.  Dia harus memiliki seseorang untuk berbagi kesedihan. "Aku patah hati, rasanya sakit banget," katanya pilu. "Pssttt Paman, ada aku di sampingmu," sahutku mellow. Mengapa aku ikutan sedih?  Perasaanku terlarut bersamanya. "Apa gunanya?  Chacha bukan kekasihku," ucapnya sendu. Ah, dia memang sedang membutuhkan orang yang mau berperan menjadi kekasihnya, supaya ada perasaan dicintai seseorang.  Aku paham itu. "Paman muda, kau boleh menganggapku kekasihmu.  Kalau kau mau.. " Oh Kam Pret menatapku kaget, matanya membelalak mengamatiku.  Duh apa sih yang kuomongkan ini?!  Ngawur dan laknat banget! "Tapi, kalau kau tak bersedia.. " sambungku hendak meralatnya. "Tidak!  Tidak!  Aku mau!" dia berseru cepat. Lah.. ini terus bagaimana sekarang?  Kacau! "Aku cuma sempat bingung.  Chacha tak menerima cintaku, tapi mau kuanggap kekasih."  Dia menatapku galau. "Tentu aku gak bisa menerima cintamu, Oh Kam Pret!" Aku menghela napas berat. "Aku gak tahu budaya di Korea negara asalmu seperti apa, tapi disini Indonesia.. cinta sesama jenis seperti itu tak akan pernah bisa diterima!" tegasku. "Apa?!!  Cinta sesama jenis?!!" dia melonjak kaget sampai sontak berdiri. Aku menariknya agar duduk kembali. "Paman muda, sudah kubilang aku mengerti.  Makanya aku bersedia menjadi kekasih gelapmu.  Ibarat tinju, kau butuh sparing partner untuk berlatih kan?  Jadikan aku partner latihan cintamu sebelum kau bisa normal dan mencintai lawan jenismu.  Mengerti?" Dia gak langsung menjawabnya.  Mulutnya ternganga lebar sambil menatapku bingung. "Kok malah bengong?" godaku, aku mencubit pipinya gemas. Perlahan ekspresinya berubah, senyumnya berkembang lebar... eh, itu bukan senyum licik kan?  Ah, mungkin aku hanya salah lihat. "Woi.. Chacha Maricha.  Jadi kau rela dan bersedia jadi obyek kemesraanku kan?" Aku mengangguk pasrah.  Yah, gimana lagi.. udah terlanjur kutawarkan masa mau kupungkiri?  Chacha Meisya tak suka menjilat ludah! "Wow...  Ini asik!" serunya dengan mata berbinar. Dia langsung mengangkat tubuhku dan menaruhnya di pangkuannya. "Eitz, Paman Muda.. ada syaratnya!" seruku panik. Dia mencebikkan bibirnya kesal. "Syarat apalagi?" gerutunya sewot. "Pertama, ini kita lakukan bila berdua saja.  Gak boleh didepan orang lain!  Trus.... gak boleh kelewatan.  Ingat aku ini hanya partner berlatih, bukan cintamu yang sesungguhnya. " Oh Kam Pret seperti berpikir keras sebelum menyetujuinya.  Ck, begitu saja kok mikir pakai lama sih. "Bagaimana?  Mau enggak?  Kalau enggak ya udah..." "Mau!  Mau!" dia menjawabnya cepat kali ini. Aku tertawa geli memperhatikan tingkahnya yang polos dan menggemaskan. Cup. Mendadak dia mengecup bibirku cepat.  Aku terdiam seketika. "Kita sedang berdua kan," dia menyeringai licik. Aku bergidik dibuatnya.  Sepertinya aku salah besar telah membuat perjanjian laknat dengan setan cilik ini.  Tapi aku tak sempat berpikir lebih lanjut begitu bibir Oh Kam Pret melumat bibirku mesra.  Aarrgghhh... dia memang pintar mencium.  Hatiku kebat-kebit dibuatnya.  Aku memejamkan mataku dan mencoba menikmati ciuman kami. "Kau sparing partnerku kan?  Balas ciumanku Chacha," pinta Oh Kam Pret dengan suara paraunya. Uhhh, apa dia tak tahu.. aku gak punya pengalaman berciuman macam ini!  Dengan mantanku dulu kami cuma berciuman pipi doang. Aku berusaha menciumnya sebisaku.  Meski kaku, kugerakkan bibirku untuk melumat bibirnya. "Woi Chacha Maricha, ciumanmu payah!  Sini kuajari.  Yang rileks dong, jangan kaku.  Terus... " Bla...  Bla.. bla.. dia mengajariku teori yang sulit kupahami.  Mungkin aku emang begok dalam hal perciuman.  Apa gegara itu aku ngejomblo terus?  Haishhh.. gak ada hubungan kali! "Kok malah melongo.  Paham enggak?" tanya Paman mudaku gemas. Aku menggeleng jujur. "Ck!  Praktek langsung aja," ucap Oh Kam Pret gak sabar. Aku membulatkan mataku saat bibirnya menyambar bibirku cepat, lalu melumatnya penuh gairah.  Jantungku bertalu-talu kencang dibuatnya. Rilek....  Rilek....  Aku berusaha menenangkan diriku.  Kupejamkan mataku dan berusaha meresapi apa yang terjadi.  Lalu aku mulai membalas ciumannya.  Pelan dan lembut mengikuti naluriku.  Dia melenguh, jadi kurasa aku sudah mulai bisa mencium dengan baik dan benar.  Aku makin bersemangat melakukannya. "Auhhhh!!" tiba-tiba Oh Kam Pret menjerit kesakitan. Olala, gak sadar aku telah menggigit bibirnya saking gemasnya.  Kulihat bibir Paman muda lecet terkena gigitanku. "Woi....Chacha Maricha, kenapa kau gigit bibirku?" protesnya manja. "Maaf Paman, aku gak sengaja," ucapku merasa bersalah. "Iya tahu, gemas sama aku kan?" tanyanya narsis. Ih, sok kepedean.  Tapi iya juga sih.  Mungkin betul. "Kalau gigit gemas bukan begitu caranya.  Sini aku ajarin." Mau apa dia?  Mau menggigitku?  Aku berusaha menghindar, tapi Oh Kam Pret berhasil mendorongku rebah ke ranjangnya.  Dia mengurungku dengan kedua lengannya di samping kanan kiri tubuhku.  Lalu perlahan wajahnya mendekatiku.  Bibirnya kembali melumatku sambil menggigit bibir bawahku lembut.  Jadi, beginilah rasanya gigitan gemas itu.  Gak sakit, tapi geli-geli gimana gitu. Mulutku membuka karena gigitan Paman mudaku dan...  Astaga, dia memasukkan lidahnya kedalam mulutku!  Aku mendesah saat lidahnya yang hangat bermain-main di relung langit mulutku. "Oh...  Oh... " panggilku kalang kabut. Masalahnya kini lidahnya dengan lihai asik memilin lidahku. Omo, omo, aku belingsatan dibuatnya.  Bagai ada kupu-kupu yang menari dalam perutku.  Bocah ini!!  Bagaimana bisa dia membuatku kacau balau begini gegara ciumannya? Jadi, ini siapa mengajari siapa?!   ===== >*~*   "Meeting dengan Mr Harry pukul 14.00.  Boss sudah siap dengan materinya?" tanyaku mengingatkan. Boss Mantanku melirikku malas. "Bukannya itu mestinya kerjaan kamu?!" sindirnya gemas. "Biasanya begitu, Boss.  Tapi, kali ini materinya dalam bahasa Perancis.  Bantuin sekali aja, iyes Boss?" rayuku dengan memamerkan puppy eyes-ku. Boss menatapku intens sebelum menjawab, "sekali ini saja.  Dan yah, anggap kali ini kamu berhutang pada saya!" Ck!  Itungan banget sih jadi orang.  Sebal! "Apa?" tanya Boss, "kamu tadi bilang apa?" "Tak ada Boss." Boss menatapku seolah tak percaya.  Njirr, masa dia bisa mendengar suara batinku?  Sakti banget! "Boss, meeting nanti aku gak perlu hadir kan?" aku berusaha mengalihkan perhatiannya. "Kamu masih sekretaris saya kan?" dia bertanya ketus. "Lah iyalah, Boss.  Tapi saat pertemuan nanti kan bakal cascus pakai bahasa Perancis.  Aku gak mengerti sama sekali.  Jadi useless disana.  Buat apa hadir disana kalau cuma jadi pajangan..” "Nah, kamu sudah tahu peran kamu.  Jadi pajangan!" potong Boss tega. Dasar Boss menyebalkan!  Dia punya dendam apa sih sama aku kok selalu bertingkah kasar?  Kalau ditinjau dari sejarah kita, kan aku yang mestinya dendam?  Secara, dia yang memutuskanku lho! Berpikir tentang ini mengingatkan aku akan satu hal. "Boss, kini aku tahu penyebab dulu Boss mutusin aku.  Karena Paman mudaku kan?" Boss Mantan tertegun melihatku. "Apakah dia yang memberitahu kamu?" tanya Boss kelu. "Tidak.  Aku tahu dengan sendirinya.  Dulu mungkin aku bakal membenci kalian karena hubungan aneh kalian.  Tapi sekarang aku berusaha memakluminya, toh kita sudah putus lama.  Sudah basi!  Tapi bukan berarti aku menerimanya begitu saja.  Boss, Oh Kam.. eh, Oh Kang Pek itu pamanku.  Keluargaku.  Tolong jangan dekati dia lagi.  Biarlah dia dengan kehidupan normalnya," pintaku sepenuh hati. Boss menatapku seakan aku bicara dengan bahasa alien.  Dia tampak sedang berpikir keras. "Aku tak mengerti apa maksudmu.  Tapi apa tak terbalik kamu menyuruh saya menjauhinya?!  Mestinya terbalik.  Dekat dengan bocah itu membuat saya selalu sial!  Dan satu hal.... Miss Secretary, ini jam kerja!  Jangan bicarakan hal tak berguna seperti ini!" Wajah Boss nampak dingin sekali.  Dia marah ya?  Jadi, apa dulu Oh Kam Pret yang awalnya mendekati dan menggoda bos?  Aaarghhhh, bocah itu!!  Dia memang agresif banget sih! Dasar kampret!  Pacarku aja dulu kau embat!   ===== >*~* Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD