Sepasang Kekasih.

1489 Words
  Drtt...   Drtt...   Suara getar ponsel yang berada di atas meja sukses membuat Elina yang sejak tadi fokus mengerjakan tugas-tugasnya sampai terlonjak kaget. Elina menghembuskan nafasnya, seraya mengusap dadanya yang kini berdebar-debar.    Elina lantas meraih ponselnya, menggeser ikon hijau pada layar ponsel begitu melihat siapa orang yang baru saja menghubunginya. Orang yang baru saja menghubunginya adalah Miss Bella, salah satu guru Abhimanyu, lebih tepatnya guru bahasa Inggris Abhimanyu.   "Assalamu'alaikum Miss Bella," sapa Elina ramah sesaat setelah sambungan teleponnya dan miss Bella tersambung.   "Wa'alaikumsalam Bunda,  maaf kalau kalau saya mengganggu waktu Bunda," balas miss Bella tak kalah ramahnya.   "Kebetulah saya sedang di jam istirahat Miss, jadi tidak masalah. Ada apa Miss? Apa terjadi sesuatu dengan Abhimanyu?" Tanya Elina cemas.    Sebenarnya, tanpa bertanya pun Elina sudah bisa menebak kalau pasti sudah terjadi sesuatu pada Abhimanyu, jika salah satu guru Abhimanyu menghubunginya maka sudah bisa di pastikan kalau sudah terjadi sesuatu pada Abhimanyu, tapi meskipun begitu ia tetap bertanya guna memastikan kalau apa yang kini ia pikirkan benar adanya.   "Iya Bun, apa Bunda bisa datang ke sekolah? Ada hal penting yang harus saya sampaikan."   Tanpa berpikir dua kali, Elina mengangguk. "Bisa Miss, saya akan ke sekolah sekarang juga." Jika sudah menyangkut dengan Abhimanyu, apapun akan Elina lakukan.   "Baiklah, kalau begitu saya tunggu kehadirannya ya Bun.   "10 menit lagi saya sampai Miss." Begitu sambungan teleponnya dan Miss Bella terputus, Elina bergegas memasukan ponselnya ke dalam tas, lalu beranjak bangun dari duduknya, melangkah tergesa menuju ruangan Arjuna, atasannya.   Sebelum pergi, Elina harus meminta ijin terlebih dahulu pada atasannya. Takut kalau atasannya nanti mencarinya dan ia masih berada di sekolah Abhimanyu.   Sebenarnya Elina takut kalau Arjuna tidak menginjinkannya untuk pergi sendiri, tapi tidak salahnya kan mencoba, toh ia pergi di saat jam istirahat bukan jam kerja.    Tok...   Tok...   Tok...   Dengan tidak sabaran, Elina mengetuk pintu ruangan Arjuna.   "Masuk!" Sahut Arjuna yang sedang sibuk mengerjakan tugas-tugasnya.    Begitu mendengar jawaban dari dalam ruangan atasannya, secara perlahan Elina membuka pintu di hadapannya, memasuki ruangan tersebut dengan langkah lebar.   "Apa apa Elina?" Tanya Arjuna tanpa memandang Elina yang kini berdiri menjulang tepat di hadapannya. Fokus mata Arjuna masih tertuju pada berkas-berkas yang kini sedang di tandatanginya.    "Pak saya mau ijin keluar, saya akan kembali setelah jam makan siang selesai," jawab Elina terlampau cepat.    "Mau pergi kemana?" Tanya Arjuna penasaran, masih enggan untuk menatap Elinan dan fokus mengerjakan berkas-berkasnya.   "Saya mau berkunjung ke sekolah Abhimanyu Pak, saya akan kembali sebelum jam makan siang usai." Elina bersyukur karena letak sekolah Abhimanyu berada tak jauh dari kantornya jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk ia sampai di sekolah Abhimanyu.   Elina memang sengaja memilih untuk mencari sekolah yang dekat dengan kantornya, jadi jika terjadi sesuatu yang buruk pada Abhimanyu ia bisa segera datang, seperti saat ini.    "Biar saya antar." Arjuna langsung beranjak dari duduknya, meraih jasnya yang sejak tadi tersampir di kursi kebesarannya.   "Tapi Pak–"   "Tidak ada tapi-tapian Elina, saya antar atau kamu tidak saya ijinkan untuk keluar," sela Arjuna cepat dengan nada tegas tak terbantahkan, memotong ucapan Elina yang belum selesai.   Dengan ragu Elina mengangguk. "Baik Pak," jawabnya terdengar terpaksa.   Alis Arjuna bertaut begitu mendengar jawaban Elina yang terdengar tak ikhlas. "Kamu sepertinya tidak ikhlas sekali ya kalau saya antar?" tanya Arjuna ketus seraya memakai jasnya yang kini membalut sempurna tubuh atletisnya.   "Ya, memang saya tidak iklhas Pak." Rasanya ingin sekali Elina berucap seperti itu, tapi itu hanya ada dalam angannya saja karena ia tidak mungkin menolak tawaran Arjuna atau Arjuna akan merajuk padanya seperti anak kecil.   Dengan langkah penuh wibawa, Arjuna mendekati Elina merengkuh tubuh mungil Elina dengan tangan kanannya, menempelkan tubuh Elina pada tubuhnya.   Elina mematung dengan tubuh menengang kaku, mencoba mendorong tubuh kekar Arjuna agar menjauh darinya, tapi usaha yang ia lakukan sia-sia, bukannya semakin menjauh, Arjuna malah semakin mengeratkan pelukannya, bahkan Elina bisa merasakan deru nafas Arjuna yang beraroma mint segar menerpa wajahnya, membuat bulu kuduknya meremang. Bukan hanya aroma nafasnya yang membuat bulu kuduk Elina meremang, tapi juga aroma parfume yang Arjuna kenakan.    "P-pak lepas," pinta Elina erbata, mencoba melepas belitan tangan kanan Arjuna dari pinggangnya. Sayangnya pelukan tangan Arjuna di pinggangnya begitu erat, membuatnya tidak bisa dengan mudah melepasnya.   Arjuna tersenyum, senyum evil lebih tepatnya. "Kiss dulu," ujar Arjuna seraya menunjuk bibirnya.   Mata Elina sukses membola, menatap Arjuna dengan tajam, tapi Arjuna sama sekali tidak takut dengan tatapan tajam yang Elina berikan, ia malah kembali tersenyum seraya menunjuk bibirnya, meminta agar Elina segera mengecupnya meskipun ia tahu itu sia-sia.   "No!" Tolak Elina tegas.   Arjuna merenggut dan tanpa Elina duga, Arjuna memiringkan wajahnya dengan mata terpejam, tangan kirinya memegang tengkuk Elina, menahan agar Elina tidak bisa berpaling darinya.    Cup...   Bibir Arjuna dengan sukses mengecup bibir Elina yang sejak tadi sudah menggoda imannya. "Kamu kalau merajuk makin tambah cantik tahu gak?" bisik Arjuna tepat di telinga kanan Elina.   Arjuna melepas rengkuhannya sesaat setelah mengecup bibir Elina yang terpoles liptin, lalu bergegas keluar dari ruangannya, meninggalkan Elina yang masih diam mematung di tempatnya.   Elina mengerjap, lalu meraba bibirnya yang baru saja di kecup oleh Arjuna. Sebenarnya yang Arjuna kecup bukan bibirnya, melainkan sudut bibirnya, tapi tetap saja, apa yang baru saja Arjuna akukan sudah membuat Elina kesal.   "Mas!" Akhirnya Elina berteriak, kesal saat sadar kalau Arjuna sudah pergi keluar meninggalkannya.   Arjuna yang memang sengaja masih berdiri di luar ruangan lantas tertawa begitu mendengar teriakan membahana dari wanitanya. Ah, wanita yang sudah hampir 2 bulan menjadi kekasihnya itu selalu saja marah jika ia mengecup bibirnya tanpa ijin, padahal ia hanya mengecupnya dan tidak melakukan hal yang aneh-aneh pada wanita itu.   Elina lantas berbalik, keluar dari ruang kerja Arjuna, berlari menghampiri Arjuna yang kini sudah berada di depan lift.   "Aw!" Arjuna lantas mengaduh kesakitan begitu Elina  mendaratkan cubitan di pinggangnya, bukan hanya sekali tapi berkali-kali.   "Sakit Elina, kenapa pinggang Mas di cubit?" Tanya Arjuna lirih, tak lupa memasanng raut wajah memelas andalannya.   "Syukurin, salah sendiri, main nyosor aja," sahut Elina ketus dengan gaya angkuhnya. Begitu pintu lift terbuka, Elina lantas memasuki lift di ikuti Arjuna yang berjalan tepat di belakangnya.    "Jadi kalau Mas mau cium kamu, Mas harus minta ijin dulu?" Tanya Arjuna dengan nada menggoda, Arjuna bahkan sengaja menaik turunkan alisnya tak lupa memasang senyum manis andalannya.   Elina hanya mendengus berniat memukul Arjuna, tapi Arjuna sudah terlebih dahulu membaca pergerakan Elina, jadi Arjuna bisa menghindari pukulan yang akan Elina layangkan padanya.   Elina tentu saja kesal dan pada akhirnya ia memilih untuk menjaga jarak dengan Arjuna, ia tidak mau berdekatan dengan Arjuna, ia takut kalau Arjuna kembali melakukan hal m***m padanya, meskipun itu hanya sekedar kecupan.   Arjuna mencoba mendekati Elina, tapi Elina selalu menghindar, membuat Arjuna kesal. "Kenapa menghindar?" tanyanya dengan raut wajah kecut.   "Pokoknya Mas Arjuna jangan dekat-dekat!" Peringat tegas Elina, tak lupa menatap Arjuna dengan tajam.   "Kenapa?" Kedua alis Arjuna bertaut, menatap Elina dengan kening berkerut.   "Pokoknya jangan dekat-dekat! Kalau Mas mendekat Elina enggak mau Mas antar pergi." Elina menjawab dengan tegas pertanyaan Arjuna.   Arjuna menganggkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah seraya melangkah mundur, menjauhi Elina. Jika nada bicara Elina sudah berubah dingin di barengi dengan ekspresi wajahnya yang sama sekali tidak bersahabat, itu artinya Arjuna harus mundur dan berhenti untuk menggoda Elina.   Jika ia terus menggoda Elina, maka bisa ia pastikan kalau Elina akan benar-benar marah padanya dan Arjuna tidak tidak mau itu terjadi.   Arjuna bersandar di dinding dengan kedua tangan bersedekap, fokus matanya terus tertuju pada Elina.   Elina jelas sadar kalau Arjuna sedang memperhatikannya, ia dapat melihatnya dari ekor matanya. Elina lantas menoleh, menatap tajam Arjuna, tapi Arjuna hanya tersenyum, senyum yang mampu membuat detak jentung Elina berdebar lebih cepat dari biasanya.    Elina menunduk, menyembunyikan wajahnya yang ia yakin sudah merona. Aish! Ia selalu saja merasa salah tingkah jika di tatap dengan intens oleh Arjuna.   Senyum di wajah Arjuna mengembang dengan sempurna, inilah moment yang ia tunggu, Elina yang sedang malu-malu sangat menggemaskan, membuatnya ingin sekali mencium pipinya yang merah merona.   Ting...   Keduanya cukup terkejut begitu mendengar suara pintu lift yang terbuka. Arjuna terlebih dahulu keluar dari lift di ikuti Elina yang kini berjalan di belakangnya.    Di kantor ini, tidak ada yang tahu jika Arjuna dan Elina menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih, karena itulah keduanya akan bersikap layaknya atasan dan bawahan jika sudah berada di kantor, kecuali jika sudah berdua, terkadang keduanya akan bersikap layaknya pasang kekasih pada umumnya.   Arjuna sama sekali tidak masalah jika hubungan asmaranya dan Elina si ketahui oleh semua orang karena sebenarnya Arjuna berharap kalau semua orang tahu hubungannya dengan Elina, tapi hal sebaliknya justru ada pada Elina, Elina tidak mau hubungan mereka di ketahui oleh orang-orang kantor atau pun orang lain, karena itulah Arjuna dan Elina sepakat untuk merahasiakan jalinan asmara yang terjalin antara mereka dari orang lain, terutama orang kantor.   Banyak alasan yang membuat Elina memilih untuk merahasiakan hubungannya dengan Arjuna, salah satu alasan yang membuat Elina memilih untuk merahasiakan hubungannya dengan Arjuna adalah karena statusnya yang janda beranak satu.    Elina takut citra Arjuna menjadi buruk karenanya, bahkan awalnya Elina tidak mau menjalin hubungan dengan Arjuna, tapi akhirnya Arjuna berhasil meyakinkannya dan mereka pun kini menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih.                                          ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD