KENYATAAN MENYAKITKAN

1043 Words
Pov Rian Dengan adanya dukungan ibu, aku pun bersemangat untuk mencari tahu tentang kak Ratih. Ku berfikir keras agar semuanya cepat terkuak. Teringat dengan Rara.. ya hanya Rara yang bisa membantu ku, segera ku hubungi Rara untuk bertemu. "Hallo.. Ra, ini Rian.. maaf aku ganggu nggak?, bisa ketemu hari ini?" "Hallo.. Rian, nggak ganggu kok, okey dimana?" "Di cafe xx, jam 4 sore ini bisa?" "Okey..." Syukurlah Rara mau diajak ketemuan, moga aja dia mau diajak kerja sama. Tepat jam 4 sore aku tiba di cafe xx di sana sudah menunggu Rara, ah.. aku jadi nggak enak sama dia, ternyata Rara datang duluan. "Hai.. Ra, udah lama nunggu.. maaf ya" "Hai.. Rian, nggak kok aku juga baru nyampe kok, lagian baru jam 4 sesuai janjian" Aku pun mengangguk dan segera duduk berhadapan dengan Rara, ada rasa canggung dan bingung harus mulai dari mana, namun Rara yang pandai mencairkan suasana seolah mengerti. "Okey.. Rian jujur aku kaget loh kamu ajak janjian begini, ada yang bisa aku bantu?" "Ah.. Ra, maaf sebelum nya, tapi..." "Tenang aja Rian, ngomong aja.. nggak perlu sungkan, okey mulai sekarang anggap saja aku adalah sahabat kamu, kita sahabatan gimana..?" Ku anggukan kepala tanda setuju, mudah - mudahan saja Rara dapat ku percaya. "Boleh aku bertanya..?" "Ha ha ha, kamu...itu lucu Rian, bertele - tele ngomong aja kelles" "Okey, sudah berapa lama kamu sama... Sonya, berteman?" "Yaelah.. Rian.. Rian nanya gitu aja susah amat, gimana kalau nyatain cinta.. ha ha ha" "Aku serius Ra.. malah di ledekin" "Abis kamu itu.. kaku banget, okey.. aku berteman sama Sonya udah lama banget bisa di bilang sahabat.. bentar.. bentar, jangan - jangan kamu suka lagi sama Sonya.. kenapa gak nyatain aja langsung, nggak gentle amat jadi laki" "Bukan.. bukan itu" "Trus..?, tenang walau aku sahabatnya, namun aku nggak ember kok" Lalu ku ceritakan semuanya kepada Rara, entah lah aku mempercayainya, aku yakin Rara bisa di percaya dan bisa diandalkan, dan wajah Rara terlihat shock setelah mendengar cerita ku. "Okey, aku bantu kamu.., tapi kalau aku memata - matainya akan menaruh curiga dan berbahaya.." "Terus.. apa yang harus kita lakukan?" "Bagaimana, kalau kita simpan kamera mini di rumah Sonya, tenang.. saja aku yang melakukan nya, namun butuh beberapa kamera agar semua bisa terpantau, soalnya rumah Sonya itu besar dan banyak ruangan" "Okey, aku setuju.. makasih Ra" "Sama - sama Rian, nyantai aja selagi aku bisa bantu.. aku akan bantu, apalagi ini demi kebaikan dan menolong nyawa orang" "Lebay.. kamu Ra" "Lah.. beneran, kamu mungkin belum tahu semua tentang keluarga Sonya, mereka berbahaya Rian" "Kamu tahu dari mana?" "Lah.. Sonya sendiri yang bilang kalau kakak kamu Ratih di dukunin agar selalu manut" "Astagfirulloh..." "Okey,.. aku buktiin nanti.., ya udah nanti malam aku ke rumah Sonya, kita harus cepat beraksi kasihan kakak kamu udah kaya mummi aja.." "Makasih.. Ra, moga rencana kita berhasil, aku cuma ingin membawa kembali kak Ratih" Setelah pertemuan dengan Rara, aku menjadi gelisah, takut semuanya tidak sesuai rencana. Sesekali ku lihat arloji di tangan, sungguh hati berdebar menunggu berita dari Rara. Tepat jam 10 malam, aku pun menelpon Rara karena rasa penasaran yang menggunung langsung ku hubungi Rara, aku seakan tak sabar menunggu kabar baik dari Rara. "Hallo.. Rian" "Hallo.., iya Ra.." "Besok aku ceritakan semuanya, sekarang bukan waktu yang tepat" " Okey..," Ku hela nafas panjang berusaha sabar menunggu besok mendengar kabar dari Rara. Pov Rara Sebenarnya dari dulu ketika mendengar kelu kesah Sonya kepada ku tentang iparnya kak Ratih, ternyata kakak dari Rian merasa kasihan dan simpati namun karena ku mendengar hanya sekilas saja, dan aku pun tidak mempedulikan nya karena memang bukan urusan ku, dan aku hanya menjadi pendengar setia saja, namun ketika mendengar Rian tentang kakaknya, hati ku tergerak ingin membantunya, walau mungkin ini berbahaya. Aku pun akhirnya menemui Sonya di rumahnya. Memang benar ada nya terlihat pemandangan yang sungguh memprihatinkan. "Woi... mbok, ambilin minum dong" teriak Sonya "Iy..iya" Ku lihat sekilas orang yang di panggil mbok, datang membawa nampan berisi air minum dan camilan. "Itu..." "Ssst.., dia kak Ratih yang sering ku ceritakan.." bisik Sonya.. "Oowh" "Tumben kamu ke sini?" "Kenapa nggak.. boleh?, kita nongki yu.. biasa di cafe.." "Emmmh... kayaknya nggak sekarang deh, besok gimana?, nyokap lagi sensi" "Ya udah deh, besok ya.." Sebenarnya aku hanya berbasa - basi saja, aku cuma ingin menaruh kamera perekam mini di tempat aman namun bisa memantau semua ruangan, aku pun berpura - pura melihat - lihat bingkai poto yang terpampang di dinding, jika di lihat di sinilah tempat yang paling aman dan bisa melihat seluruh ruangan. "Aw.. sakit ampun bu.., baik maafkan saya" terdengar suara tangisan pilu dan teriakan seolah sedang terjadi penyiksaan. "Ayo.. Ra kita ke kamar" Untung saja aku telah menyimpan kamera perekam mini tepat di bingkai, agar tidak di ketahui penghuni rumah termasuk Sonya. Sebelum ku melangkah mengikuti Sonya aku di kagetkan oleh sesuatu yang membuatku tak percaya. Ya.. terdengar kembali tangisan pilu terlihat sekilas oleh ku, rupanya seorang wanita yang mungkin saja kak Ratih di cambuk dan di pukuli ibu dan kakak laki - laki Sonya, ya.. dia kak Leo, namun ada satu orang lagi yang menyiksa wanita itu dan kemungkinan itu adalah selingkuhan kakak Sonya, kak Leo. Melihat kejadian itu aku pun pamit kepada Sonya, aku merasa ketakutan berada di rumah Sonya yang terlihat aneh dan menakutkan bagi ku. "Sonya.. aku balik sekarang, sorry aku lupa sesuatu, aku ada janji mau nganterin nyokap kondangan" bohong ku agar Sonya tak curiga. "Yaelah.. kok balik, katanya mau di sini dulu" "Lain kali aja.. ya.. Sonya, nyokap bisa marah kalau aku nggak nganterin.., ya udah aku balik ya.. " "Okey.. deh" Dengan langkah seribu aku secepatnya pergi dari rumah Sonya, sebelum dia curiga kalau aku telah melihat semua di rumahnya. Tiba di rumah dengan suasana hati tak tenang, aku sungguh tak percaya dengan apa yang kulihat barusan, kenyataan menyakitkan dan ternyata benar adanya ada sesuatu yang tidak baik - baik saja, keluarga Sonya ternyata sangat berbahaya, aku harus berhati - hati. Bunyi ponsel terdengar nyaring membuat hati ku kembali di landa ketakutan namun, ketika ku lihat yang menelpon ku adalah Rian secepatnya ku angkat, aku tahu pasti Rian mungkin sedang menunggu kabar dari ku, sebenarnya bisa saja aku mengatakannya saat ini, namun aku merasa sekarang bukan waktu yang tepat dan ku putuskan untuk besok saja untuk mengatakannya. Bersambung

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD