E N A M

1725 Words
Rangga terlihat senang, dia sedang berkaca di depan cermin memastikan penampilannya sudah rapi dan tidak ada yang kurang dengan penampilannya. Rangga langsung mengambil kunci mobilnya dan langsung menuju taman kota, dalam perjalanan dia terus saja melihat hpnya karena menunggu Khansa menghubunginya. Tidak lama kemudian Khansa menghubunginya, Rangga menghentikan mobilnya dan membuka pesan dari Khansa. Dia sangat senang, Rangga lalu membalas pesannya kalau dia sudah dalam perjalanan menuju taman. Sementara itu, Ira sudah sampai lebih dulu dan berjalan menunggu di depan taman, dia memberitahukan pada Rangga kalau dia menggunakan syal biru. Ira sudah sampai di taman dan duduk diatas rerumputan di bawah pohon rindang. Chacha yang sedang perjalanan menemui Ira juga baru tiba di taman bersamaan dengan Rangga tapi di posisi yang tidak begitu jauh. Fani yang juga mengikuti Rangga sejak tadi langsung turun dari mobilnya dan berjalan di belakang Rangga, dari kejauhan dia melihat Chacha menuju kemari. Sementara Rangga sudah berjalan lebih dulu. Fani panik dan berusaha memikirkan sesuatu karena rencananya yang sebelumnya menyuruh preman menghadang Chacha di jalan sudah gagal karena kebetulan ada petugas polisi lalu lintas yang lewat dan membuat preman-preman itu kabur. Chacha yang sudah hampir dekat langsung dicegah oleh Fani. “Kau? Sedang apa kau disini?” tanya Chacha terkejut. “Itu bukan urusanmu. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu!” jawab Fani yang langsung menarik tangannya. Chacha yang merasa kesal berusaha melepaskan tangannya. Fani melepaskan tangan Chacha ketika mereka sudah berada di tempat yang agak jauh dari posisi Rangga. “Apa sebenarnya maumu?” tanya Chacha memegang tangannya yang terasa sakit. “Aku hanya ingin memperingatkanmu, agar kau jangan dekati Rangga. Karena dia adalah milikku. Milik Fani seorang, kau paham!” jawab Fani dengan menatap tajam wajah Chacha. “Rangga? Apa yang kau bicarakan, dan apa kaitannya dengan Rangga. Aku tidak mengerti..” Tanya Chacha yang merasa terkejut dan bingung. Apa mungkin dia tidak mengetahui kalau Rangga yang menemukan gelangnya? Tapi untuk apa dia datang ke taman? Atau jangan-jangan dia hanya membohongiku, kata Fani dalam hati. “Itu karena aku melihatmu ada perasaan dengan Rangga,” jawab Fani yang mencoba mencari alasan. “Apa? Hanya karena itu kau menarikku sampai di sini? Aku menyukai Rangga, itu tidak mungkin. Sekalipun dia satu-satunya cowok yang ada di dunia ini aku tidak akan pernah menyukainya!” sentak Chacha kesal. “Baguslah, setidaknya aku tidak perlu berurusan dengan orang sepertimu lagi,” balas Fani. Chacha dengan sangat kesal langsung pergi dan mencari Ira yang sejak tadi menunggunya. Rangga masih mencari-cari gadis yang memakai syal biru. Terlihat lumayan banyak juga orang yang datang ke taman, Rangga sudah berdiri di hadapan Ira, tapi posisinya membelakangi Ira dan tidak menoleh kepadanya. Dia masih terus melihat kesana kemari, sementara Ira masih duduk sambil sesekali melihat jam tangannya karena sudah dua puluh menit menunggu orang yang bernama Ardiansyah. Ira tidak bisa menghubunginya karena waktu berjalan menuju taman seorang anak kecil berlari dan menabraknya dari belakang sehingga hpnya terjatuh dan layar LCD-nya rusak. Rangga lalu berjalan lagi dan tidak melihat ke arah Ira. Ira memutuskan untuk pergi mencari pria itu karena dia mengatakan kalau dia memakai jaket cokelat. Mereka saling mencari dengan bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Rangga berusaha menghubungi Khansa tapi nomornya tidak aktif, sementara Ira merasa kesal karena hpnya jatuh dan membuat dia susah untuk memberitahukan keberadaannya. Mereka ternyata saling membelakangi yang hanya dibatasi dengan pasangan muda-mudi yang sedang melihat hp mereka. Mereka berdua berjalan bertukar arah dan melihat lagi sekeliling dengan ciri-ciri yang sudah mereka katakan. Rangga kemudian berjalan lurus ke depan dan Ira pun sebaliknya. Tiba-tiba, syal Ira terbang tertiup angin tanpa ia sadari karena seorang pria menyenggolnya dan membuatnya hampir terjatuh. Syal Ira yang tertiup angin jatuh di atas kepala Rangga yang sedang berdiri bingung mencari gadis memakai syal biru. Dia kaget dan menurunkan syal yang menutupi wajahnya, dia mencium aroma parfum yang sama persis dengan aroma gadis yang berdansa dengannya. Rangga melihat syal berwarna biru yang dipeganginya dia lalu menoleh ke sana kemari mencari pemilik syal yang dia pegangi karena Rangga menyadari bahwa syal itu milik Khansa, gadis yang akan dia temui hari ini. Sementara di sana Ira yang menyadari syalnya sudah terjatuh merasa gusar dan melihat sekelilingnya mencari syalnya itu. Ketika dia akan berbalik Chacha memanggilnya dari kejauhan dan langsung menghampirinya. “Apa yang kau cari Ra? Kau sudah bertemu dengannya?” tanya Chacha penasaran. “Jangan tanya Cha, hari ini aku sungguh tidak beruntung. Hpku jatuh dan syalku terbang entah ke mana,” jelas Ira kesal. “Ha? Ya ampun Ra, jadi kau belum bertemu dengannya?” ucap Chacha iba. “Mana bisa bertemu, aku bahkan tidak bisa menghubunginya. Dan syalku satu-satunya harapan agar dia bisa mengenaliku malah terjatuh. Tampaknya aku tidak akan bertemu dengannya hari ini, kita pulang saja,” jawab Ira terlihat sedih. Chacha hanya merangkulnya dan mereka berjalan menuju mobil. Ira sudah masuk lebih dulu. Fani yang melihat Chacha masuk ke mobil tersenyum senang karena dia sudah berhasil membuat Rangga tidak bisa bertemu dengan Chacha. Rangga yang terlihat sudah berjalan dari belakang menuju mobilnya, Fani merasa terkejut dan pura-pura tidak melihatnya. “Fani, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Rangga yang terlihat lelah dan langsung duduk di bangku taman. “Oh, kebetulan aku ada janji bertemu teman lama di sini!” jawabnya bohong yang segera duduk di samping Rangga. “Ada apa Ga? Kau terlihat sedih, kau sudah bertemu dengannya?” tanya Fani memastikan. “Aku tidak berhasil bertemu dengannya hari ini,” jawab Rangga kecewa. “Oh ya? Kenapa? Apa dia tidak datang?” tanyanya lagi dengan perasaan senang. “Dia bukan tidak datang, tapi aku yang tidak bisa menemukannya,” tutur Rangga dengan menyandarkan badannya di bangku. “Apa maksudmu tidak datang, tadi kau bilang kalian tidak bertemu?” tanyanya lagi. “Memang tidak bertemu, tapi syal ini menandahkan bahwa tadi dia di sini dan aku tidak bisa mengenalnya. Aku juga berusaha menghubunginya tapi nomornya tidak aktif. Entah apa yang sebenarnya terjadi padanya,” jelas Rangga. “Syal?” Fani yang terkejut melihat syal berwarna biru yang dipegang Rangga, Fani mengingat kembali kejadian waktu bertemu dengan Chacha. Aku tidak melihat Chacha memakai syal ini tadi, ucapnya dalam hati. “Apa kau yakin syal ini miliknya, dari mana kau tahu?” tanya Fani ingin tahu. “Karena dia yang mengatakan padaku lewat pesannya kalau dia memakai syal berwarna biru dan syal ini tadi jatuh di kepalaku dan coba kau cium aroma parfumnya, sama persis dengan pafum yang dia pakai sebelumnya. Aku yakin ini pasti miliknya!” terang Rangga. Bagaimana itu mungkin, ini membingungkan. Aku harus cari tahu lagi mengenai hal ini, ucap Fani dalam hati. “Aku akan pulang sekarang, kau bagaimana?” tanya Rangga seraya berdiri. “Kau duluan saja, aku akan pulang nanti.” Rangga yang baru tiba dirumahnya langsung menuju kamarnya dan membuka laptopnya dan melihat ada pesan dari Khansa. From: KhansaADR@gmail.com “Apa kau sudah di rumah?” From: Ardiansyah_R@gmail.com “Aku baru saja sampai, kenapa kau tidak datang tadi? Aku menunggumu selama hampir 3 jam.” Ira yang baru saja habis mandi melihat ada pesan masuk dari laptopnya, dia kemudian duduk di tempat tidurnya dan membuka pesannya. “Ya ampun, kasihan dia menungguku selama itu. Tadi hpku pakai acara jatuh lagi makanya aku tidak bisa bertemu dengannya.” From: KhansaADR@g*******m “Maaf ya, aku tadi datang ke taman. Tapi hpku malah terjatuh dan tidak bisa menghubungimu karena layar LCD-nya pecah. Aku juga menunggumu tadi tapi tidak selama seperti kau menungguku karena aku buru-buru pulang agar bisa memberitahumu. From: Ardiansyah_R@gmail.com “Oh, ternyata begitu. Aku lega mengetahuinya karena itu berarti kau memang datang ke taman tadi. Apa kau kehilangan sesuatu?” From: KhansaADR@gmail.com “Ya, aku kehilangan syalku. Makanya kau juga tidak bisa mengenalku. Tapi bagaimana kau tahu kalau aku kehilangan sesuatu?” From: Ardiansyah_R@gmail.com “Karena syal itu ada padaku, syal berwarna biru dengan aroma parfum berkelas yang kau pakai di pesta malam itu makanya aku tahu itu pasti milikmu” From: KhansaADR@gmail.com “Waw ... ini luar biasa. Kau menemukan gelangku dan juga menemukan syalku. Aku sungguh berterimakasih.” From: Ardiansyah_R@gmail.com “Apa kau tidak merasa kalau ini bukan sebuah kebetulan? Kita berdua tanpa saling mengenal bertemu dan berdansa di pesta malam itu, gelangmu yang terjatuh dan syalmu yang terjatuh, semua itu pasti sudah takdir.” From: KhansaADR@gmail.com “Aku belum yakin dengan hal itu, tapi aku senang bisa berteman dengan orang sepertimu. Sepertinya kau orang yang bertanggung jawab. Berapa usiamu? Maaf kalau pertanyaanku membuatmu tersinggung.” From: Ardiansyah_R@g*******m “Tidak masalah, umurku 17 tahun. Kau bersekolah di SMA 105 bukan?” From: KhansaADR@gmail.com “Bagaimana kau tahu, aku memang sekolah di situ. Aku tingkat 1 sekarang, Dan kau?” Rangga langsung terkejut membaca pesan dari Khansa, dia selama ini berpikir kalau gadis yang dicarinya setara dengan tingkatnya tidak disangka dia ada di tingkat 1 dan itu membuatnya merasa sangat senang. From: Ardiansyah_R@gmail.com “Aku tingkat 2, sebenarnya aku juga bersekolah di SMA 105. Jujur aku katakan kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat pandangan pertama, sebelum berdansa denganmu aku sudah memperhatikanmu dari jauh makanya waktu pesta dansanya dimulai aku langsung mengajakmu berdansa denganku. Maaf kalau ini membuatmu tidak enak atau mungkin marah padaku. Aku tadi berniat mengatakan ini kalau tadi kita bertemu, sayangnya waktu belum mengizinkanku bertemu denganmu. Jika kita bertemu nanti, maukah kau menerima perasaanku?” Ira terlihat syok membaca pesan dari Ardiansyah, dia tidak menyangka kalau Ardiansyah akan menyatakan perasaannya. Dia kaget dan tidak tahu apa yang akan dijawabnya. Dia juga merasakan ada perasaan aneh saat berdansa dengannya tapi dia masih tampak ragu karena belum mengenal pria ini lebih dalam lagi. From: KhansaADR@gmail.com “Apa kau begitu menyukaiku? Padahal kau belum melihatku dengan jelas tapi kau sudah menyatakan perasaanmu padaku. Sungguh, aku terkejut ketika membaca pesan darimu. Aku perlu waktu untuk berpikir apakah nanti kita bertemu aku bisa menerimamu atau tidak karena kita perlu mengenal satu sama lain bukan. Maaf jika ini membuatmu merasa tersinggung. Ku harap kau bisa memahamiku. Lagi pula, kau tahu kita satu sekolah, kenapa kita tidak bertemu saja di sekolah?” From: Ardiansyah_R@gmail.com “Aku mengerti, aku juga tidak akan memaksamu untuk menerima atau menolakku. Aku berharap bisa mendapat jawaban terbaik darimu karena sungguh aku sudah jatuh cinta padamu. Dan sebelumnya aku memang mengetahui kalau kau satu sekolah denganku, namun aku hanya ingin memastikan kalau yang aku ketahui ini benar atau tidak. Jika kau menginginkan aku bertemu denganmu di sekolah, besok aku akan menunggumu di taman sekolah setelah jam istirahat.” From: KhansaADR@gmail.com “Baiklah, sampai ketemu besok.” Rangga melompat girang membaca pesan dari Khansa, akhirnya dia akan bertemu dengan Khansa besok. Dia bahkan tidak sabar menunggu pagi tiba. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD