D E L A P A N

1028 Words
5 tahun kemudian … Ira yang bekerja di sebuah perusahaan ternama sebagai manajer umum yang bergerak di bidang desain grafik perencanaan interior bangunan Dia tidak ingin mencampuri bisnis papanya karena dia ingin hidup mandiri dan menyuruh kakaknya saja yang menangani perusahaan ayah mereka. Dia terlihat sibuk dengan berkas-berkas yang harus ditanganinya, dia harus melakukan pekerjaannya dengan tepat waktu karena dia harus bertemu dengan klien bisnis perusahaannya hari ini. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung mengambil tas dan bergegas keluar ruangannya dan pergi menemui kliennya. Dia merasa kesal karena harus terjebak macet karena ada kecelakaan kecil di depan, sesekali melihat ke arah jam tangannya dan melihat ke depan apakah mereka sudah bisa jalan atau masih terjebak. Setelah hampir satu jam, akhirnya Ira berhasil juga sampai di perusahaan kliennya. Ira langsung turun dari mobil dan berlari masuk karena dia sudah terlambat lima menit. Dari kejauhan dia melihat pintu lift akan segera tertutup, dengan berlari cepat dia berhasil menahan pintu lift yang hampir saja menjepitnya. Beberapa orang didalamnya melihat kearahnya dan ada seorang pria yang seumuran dengannya hanya tersenyum kecil melihatnya. “Huh ... syukurlah,” ucap Ira lega. Pria itu lalu menoleh padanya karena mendengar ucapan Ira. “Kau dari Indonesia?” tanyanya, Ira langsung melihat ke arahnya. “Iya, aku dari Indonesia,” jawabnya sambil melihat jam tangannya. Akhirnya sampai juga di lantai 28 dan menunggu untuk pintunya terbuka. “Kenalkan aku ....” Ucapan pria itu terhenti karena Ira mengabaikannya dan buru-buru keluar. Pria itu langsung menurunkan tangannya yang tadi ingin berjabat tangan dengan Ira dan dia pun bergegas ke luar, beberapa orang yang ada di sebelahnya memandanginya karena ucapannya tidak di tanggapi Ira. Ira yang sudah sampai di depan pintu menarik napas panjang sambil merapikan dirinya dan segera masuk ke dalam ruangan, dia terkejut ketika ingin membuka pintu ternyata ada seseorang yang berdiri di sebelahnya sudah membuka pintu lebih dulu. Ira hanya melihatnya heran dan mengikutinya masuk dari belakang. Ternyata pria yang tadi berada dalam lift dengannya, dia adalah klien bisnis perusahaannya yang akan dia temui hari ini. Ira langsung di persilakan duduk, dengan tampak bingung dia perlahan menduduki kursi yang berhadapan dengan kursi yang di duduki pria tersebut. “Perkenalkan, aku Levi CEO perusahaan ini!” ucapnya dengan menjulurkan tangannya. “Adira!” jawabnya yang merasa sedikit canggung. Setelah membicarakan tentang bisnis perusahaan yang akan mereka tangani bersama. Ira berpamitan pulang. Tapi Levi menahannya karena ingin mengajaknya makan siang awalnya Ira menolak tapi Levi memaksa dan akhirnya Ira pun setuju karena Levi memakai alasan sebagai klien bisnis perusahaan Ira. Saat di meja makan, Ira hanya terdiam sambil menikmati hidangan yang telah di pesan Levi. Dia merasa malu karena tadi sudah mengabaikan Levi di lift, mana dia tahu kalau ternyata dia klien bisnis dari perusahaan yang menjadi tempat kerjanya sekarang. “Bagaimana makanan di sini, ada yang kau sukai?” tanya Levi sambil menyesap jus miliknya. “Mmm ... semuanya sangat enak Pak. Terima kasih karena sudah mengajakku makan siang di sini!” jawab Ira yang selalu mengalihkan pandangannya. “Jangan panggil saya, Pak! Panggil saja Levi. Kau memanggilku dengan sebutan Pak seakan-akan aku sudah terlihat tua, padahal kita kan seumuran. Jangan terlalu formal!” jelasnya. “Iya Pak, maksudku Levi!” jawab Ira sedikit gugup. Levi hanya tersenyum dan menyuruhnya kembali menyantap makanannya. Setelah itu, Levi menawarkan untuk mengantarkannya pulang. Ira sempat menolak tapi Levi memaksa dan dia akhirnya setuju saja. Dia mengatakan pada Levi kalau dia langsung ke rumah, dia sudah minta izin di kantor untuk pulang cepat karena hari ini adalah ulang tahun ibunya dan ingin merayakannya. Levi tidak keberatan untuk mengantarnya. Setibanya di sana ternyata ibu dan ayahnya sudah menunggunya di taman karena mereka membuat pesta kecil di taman. Hanya ada kakaknya dan ayah juga ibunya. Ira langsung turun dari mobil dan mamanya kaget karena melihat Ira diantar pulang seorang pria. Levi hanya tersenyum dan pamit untuk pulang tapi mamanya menahan Levi untuk jangan dulu pergi karena mamanya menyuruh Levi untuk turun dan ikut merayakan ulang tahun bersama mereka. Ira terkejut melihat tingkah mamanya yang mengajak Levi bergabung Levi pun dengan senang hati menerimanya. Ira kemudian menarik tangan mamanya dan membawa mamanya menjauh dari mereka. “Ma, apa ini? Kenapa mama mengajaknya juga. Biarkan dia pulang!” bisik Ira. “Mama pikir dia pacarmu karena ini pertama kalinya selama 5 tahun kau diantar pulang oleh seorang pria. Biasanya kamu menolak siapapun yang mendekatimu,” jawab mamanya yang juga berbisik. “Hei ... kenapa kalian berbisik-bisik di situ? Ayo cepat kemari kita rayakan pestanya!” teriak ayah Ira yang memanggil mereka. Setelah merayakan pestanya mereka berlima lalu duduk dan menyantap kue yang sudah di bagikan di piring masing-masing karena Levi sudah merasa kenyang jadi dia tidak ingin makan dan hanya minum secangkir teh saja. “Wah, ternyata pilihan adikku boleh juga,” gurau kakaknya, Ira terlihat kesal dan melototi kakaknya. Levi hanya tersenyum kecil sambil meminum teh yang di sajikan Ira. “Kakak, kau salah paham dia bukan ...." "Sudahlah Vino jangan kau ganggu adikmu!” potong ayahnya yang memberikan isyarat pada mama dan kakaknya untuk segera pergi. “Tunggu, kalian salah paham. Kami tidak memiliki hubungan apapun, kami hanya teman bisnis karena hari ini kebetulan kami ada meeting jadi aku menawarkan untuk mengantar Ira pulang,” jelas Levi. “Yah ...” kata mereka kecewa dan kembali duduk. “Tante pikir kamu teman dekatnya Ira, soalnya Ira tidak pernah mengajak siapa pun ke rumah makanya setelah melihatmu kami merasa senang. Maaf ya,” ucap mamanya sedkit kecewa. “Tidak apa-apa, aku permisi pulang dulu. Nanti kapan-kapan aku datang berkunjung lagi,” sahut Levi seraya berdiri dan Ira langsung mengantarnya ke depan gerbang. “Maaf, ya, soal mereka tadi, aku harap kau tidak salah paham,” ujar Ira yang merasa tidak enak. “Oh, tidak masalah. Kau tidak perlu khawatir!” Ira hanya mengangguk senang. Levi menghentikan langkahnya. “Boleh aku bertanya satu hal?” Levi lantas menatapnya sedikit dekat. “Ya, silakan! Apa yang mau kau tanyakan?!” “Maaf jika pertanyaanku membuatmu tersinggung, apa benar yang dikatakan ibumu tadi kalau aku orang pertama yang kau ajak ke rumah, maksudku mengantarmu pulang?” Ira terdiam sejenak dan melihat lagi ke arah Levi. “Jika itu membuatmu terganggu kau tidak perlu menjawabnya!” kata Levi dan langsung masuk ke dalam mobilnya lalu melambaikan tangan padanya. Ira hanya terlihat kurang bersemangat dan langsung berbalik masuk ke dalam rumah. Levi yang melihatnya dari kaca spion terlihat penasaran padanya dan entah kenapa hatinya tiba-tiba tertarik pada Ira. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD