01. Hamil

708 Words
Di dalam kamar mandi, dengan cemas Gisel menunggu alat itu bereaksi. Hatinya mendadak gerimis ketika melihat dua garis yang muncul. Apa yang harus dia katakan pada keluarganya. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa minggu yang lalu.  Flashback "Ngapain kesini?" tanya laki-laki berperawakan tinggi dengan kulit sedikit menggelap dan badan kekar. "Aku kesini disuruh sama Kak Bayu buat nganter berkas ini buat kak Aldo." Gisel menyerahkan map berwarna merah yang ada di tangannya. "Makasih." "Sama-sama." Aldo melirik Gisel yang masih setia berdiri di depan pintu apartemennya, dia menghela nafas jengah. Dia tidak bodoh, dia tau jika adik rekan kerjanya ini menaruh hati padanya. "Ngapain masih disini?" "Ck, aku capek tau. Suruh masuk kek, tawarin minum gitu, di luar panas banget." "Masuk." Gisel tersenyum senang, dia mengikuti langkah kaki Aldo untuk masuk ke dalam. Apartemen milik Aldo tidak terlalu luas, hanya memiliki satu kamar. Sedangkan ruang tamunya terhubung langsung dengan dapur mini malis itu. "Minumnya ambil sendiri di kulkas, setelah itu kamu boleh pergi." Gisel mendengus pelan, Aldo selalu berperilaku datar dan dingin kepadanya. "Kak Aldo mau masak?" Gisel melihat beberapa peralatan dapur yang berceceran, dasar laki-laki. "Aku masakin ya? Gak sehat kalau tiap hari masak mi instan terus." Karena tidak mendapatkan respon dari Aldo, Gisel terus memilah bahan masakan yang ada di dalam kulkas. Dia mengeluarkan beberapa sayuran yang ada, dan juga udang sebagai lauk. "Kamu ngapain?" Tanya Aldo. "Nyuci baju. Ya masak lah!" Jawab Gisel dengan cengiran khasnya. "Siapa yang nyuruh?" "Udah sih kak Aldo diem aja, mending sekarang mandi, bau tau jam segini belum mandi." Tak ada jawaban dari Aldo, namun pria itu segera masuk ke dalam kamar dan tak lama kemudia terdengar suara gemericik air dari dalam. Sekitar 15 menit kemudian, Aldo keluar dari kamar dengan rambut yang masih basah dan handuk yang tersampir di pundaknya. "Pas banget, aku udah selesai masak. Duduk, biar aku keringin rambut kak Aldo." Tidak ada bantahan dari Aldo, mungkin efek lapar. Aldo langsung mengambil menu makanan yang sudah disiapkan Gisel di atas meja. "Kalau habis mandi itu rambutnya dikeringin, nanti bisa pusing kalau di biarin basah gitu aja." Ucap Gisel, tangannya terus mengeringkan rambut Aldo dengan handuk. Aldo hanya mengangguk, dia sedang menikmati makanan di hadapannya. "Yah ujan ya diluar." Gisel mendekat kerah balkon, cuaca akhir-akhir ini memang sulit di tebak, tadi panas sekali dan sekarang tiba-tiba hujan deras. "Nanti aja pulangnya, nunggu ujan reda." "Tadi disuruh buru-buru pulang." Cibir Gisel. "Sekarang masih ujan, susah nyari taksi. Nanti biar aku yang anterin pulang." Gisel mendekat ke arah Aldo yang masih setia menikmati masakannya. "Bener ya?" "Hem."  ***  "Sakit kak." Rintih Gisel di bawah kungkungan tubuh kekar Aldo. "Siapa yang udah ngajarin kamu kayak gini." Aldo menatap Gisel dengan mata elangnya yang sudah berkobar gairah, tubuhnya terasa panas. Aldo terus menggerakan pinggulnya menghujam milik Gisel, mencari pelepasannya. Keduanya sama-sama mengerang nikmat saat mencapai puncaknya, tubuh Aldo ambruk begitu saja. Ini sudah ketiga kalinya Aldo mencapai k*****s.  Flashback Off "Gisel. Kamu kok lama banget di kamar mandi?" Tanya Hana, sudah setengah jam Gisel berada di kamar mandi dan tak kunjung keluar. "Mah." "Hei, kamu kenapa sayang. Kenapa nangis begini?" Hana membawa Gisel ke tepi ranjang untuk duduk. Dia melirik ke arah benda yang ada di genggaman anaknya. "Kamu?" "Maafin Gisel mah." Tangis Gisel pecah saat tamparan sang mama mendarat di pipinya. Tergambar jelas raut wajah Hana yang penuh amarah bercampur kecewa. "Mah." "Siapa yang hamilin kamu? jawab mama!" Bentak Hana. "Mah ada apa sih kok teriak-teriak, kamu kenapa nangis?" Tanya Bayu yang langsung masuk ke dalam kamar Gisel ketika mendengar kegaduhan. "Adik kamu hamil, mama malu Bayu, malu." "Siapa yang hamilin kamu?" Suara Bayu terdengar dingin, kedua tangannya memegang bahu Gisel. "Jawab Kakak!" "Ka-kak Aldo." Jawab Gisel di sela tangisannya. Gisel tidak berani menatap ke arah kakaknya, Bayu sangat murka mendengar jawaban adiknya. "b******k!" "Kak Bayu mau kemana?" "Ke rumah Aldo." "Jangan, kak," cegah Gisel. "Dia harus tanggung jawab!" Bayu berhenti di depan pintu ketika melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam mengkilat terparkir di halaman rumahnya. Sosok laki-laki turun dari dalam, tersenyum ke arah Bayu yang masih mematung di depan pintu. "Hai Bay!" "Berengsek lo!" Bayu langsung menghadiahi sebuah bogem mentah ke arah Aldo. Laki-laki itu langsung tersungkur ke atas konblok. "Lo kenapa sih? Gue baru dateng dan tiba-tiba lo mukul gue?" "b******k lo." "Iya gue b******k kenapa?"  *** "Lo tau kalau gue udah punya Kania, Bay." "Terus lo mau biarin Gisel besarin anak kalian sendirian, dan jadi bahan omongan orang karena hamil tanpa suami? Anjing lo!" "Mas, sabar." Sekar—istri bayu menenangkan suaminya. "Hal itu terjadi juga karena Gisel yang kasih gue obat perangsang!" Ucap Aldo. "Persetanan siapa yang mulai, lo harus tanggung jawab!" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD