hari senin, Nian memilih barisan paling depan, dia sangat suka mengikuti upacara . selain panas, nian juga mengingat ucapan Bapaknya yang mengatakan bahwa "panas matahari sangat sehat untuk tubuh", Nian lembali mengingat memori sewaktu dia tengah berada di Sukabumi bersama Bapak, yang kebetulan Bapaknya adalah guru sd dan melihat Nian jatuh pingsan saat upacara, tetapi itu hanya ekting belaka, yang di ketahui oleh Bapaknnya.
upacara berjalan dengan lancar, setelah selesai semua murid pergi ke kelasnya.
"gimana upacaranya?"
Nian tersenyum dan mulai mengobrol dengan Tia dan tiga teman yang lainnya. merasa ada yang kurang pada dirinya, Nia menghentikkan ceritanya dan mencari gelang di tangan. "kenapa Ni?"
"gelang gue ilang"
"lah di mana?"
"biar gue inget inget" Nian terus memfokuskan dirinya dan mencoba mengingat apa dan kemana dia pergi. Pak Agus guru matematika datang dan mulai mengajar. gelang itu bukan gelang emas, tapi sangat berarti bagi Nia, kenang kenangan dari Bapak.
"sudah paham" Pak Agus menatap muridnya, tidak ada yang bicara mereka tampak diam dan terus menulis catatan pak Agus di bukunya masing masing.
"pak saya boleh izin" Nia memecahkan keheningan, "kemana?"
"kebelakang"
pak agus mengangguk dan permisi kepada pak Agus. sedangkan Tia mengikuti langkah temannya dari belakang.
"kita cari di mana ?"
"lapangan"
"gila kamu Nian, lapangan kan gede"
"mau di mana lagi, tadikan kita habis upacara, Ti, kamu cukup temani aku aja, yang cari aku aja, nggak papa kok"
"Tia nggak boleh kayak gitu, oke gue bantu cari" katanya, sembari turut tersenyum. nian membalas senyumannya.
"udah ketemu? "
"belum"
"udah ketemu?"tanya nian lagi setelah beberapa menit berlalu. Tia menggeleng dan melangkahkan kakinya menuju pinggir lapangan. "gue cape Ni, gue mau duduk dulu " rengek Tia.
Selagi Nian terus mencari di pinggir lapangan, langkahnya terhenti melihat beberapa laki laki yang memakai kaos olahraga sedang memutar dan mengobrol. "permisi, aku mau cari sesuatu, bisa tolong beri ruang" Nian karna panik, dia memberanikkan diri untuk meminta tempat pada mereka. "cari apa?" seseorang dari mereka lembut bertanya. "gelang" Nian, masih fokus mencari. "oowh gelang yah" katanya lagi. Nian mengangguk sembari langkahnya terus meninggalkan grombolan itu, ketika dia sangka, benda yang dia cari tidak ada.
"gue tau gelangnya, gue yang nemuin" ucap seseorang yang tiba tiba datang mengagetkannya. Nian tersenyum dan mengucapkan terimakasih dan meminta barangnya. "nama gue Raka" ucapnya, "Nian" Nian tampa basa basi. "mana gelangnya?"
"ada"
"yakin, sini balikin"
"ada syaratnya ?"
"apa?"
"jadi pacar boongan "
serentak Nian menghembuskan nafas pasrah. lantas matanya memincing penuh curiga " bohong, mana gelangnya?" Nian mulai curiga. lantas Raka memberikkan gelang itu pada Nian. serentak Nian penuh bahagia dan mengikatkan gelang pada tangannya "makasih" ucapnya dan pergi. tetapi, "hey!" suara keras membuat langkahnya terhenti. Nian memejamkan matanya takut, "satu bulan kontrak" katanya lagi, Nian menghembuskan nafas pasrah. kalau tidak ada yang menemukkannya pasti sedah hilang. "baiklah" Nian kemudian, dan pergi.
"gimana sudah ketemu?"
nian mengangguk dan menunjukkan pergelangan tangannya sembari menggoyangkannya. tia pun ikut senang.
"Ni, ada satu masalah lagi" Tia, wajahnya mulai berubah menjadi masam. "kenapa?"
"kita tidak ikut pelajaran matematika, entahlah, apa yang akan di lakukan oleh Pak Agus kepada kita, eehhh.. heh... he m.he "Tia mulai merenge sedangkan Nian menutupi muka dengan kedua tangannya.
"mengapa ini terjadi padaku" keluahnya di dalam hati.
"maaf yah Ti " Nian merasa tidak enakan, mata Tia menatap Nian sekilas, lantas merenguk kembali. "tidak apa apa Nian, aku, paham dan sudah biasa, hemm.. aku takut kamu nggak kuat kalo nanti kita di hukum "
"aku juga sudah biasa, dulu di sekolah smp, aku juga suka bolos dan di hukum" Nian membuat Tia yang sedang berbohong itu tenang.
mereka tersenyum bersama menatap beberapa helai rambut yang terbang karna angin.
"kita harus semangat" Nian memberi semangat.
#
"maaf pak , kami siap menerima hukuman?"
Tia dan Nian sedang ada di kantor. tiba tiba suara ketukkan pintu membuat mata Pak Agus beralih ke arahnya. "selamat siang pak, ini tugasnya"
"yah makasih " pak Agus menerima berkas dari tangan laki laki itu. Nian takut takut ingin mengetahui siapa yang datang, ternyata dia lagi, Nian kembali merunduk. "owh yah saya sedang sibuk hari ini, tolong beri mereka hukuman"
"baik pak"
"pulang sekolah, kamu yang urus " tunjuk pak Agus pada laki laki itu. dia mengengguk dan pergi.
"sudah kalian pergi " usir pak agus.
"pulang sekolah" rengek Tia memegang tangan temannya itu.
"Tia ada satu masalah lagi" Nian, menatap mata temannya. "kita nggak tau siapa dia"
"heheh. ...ehhe... " rengek mereka berdua.