Langit tak menyerah. Dirinya mencoba menghubungi Bintang kembali. Pada panggilan ke sepuluh, Bintang mengangkatnya karena merasa terusik dengan suara dering telepon di ponselnya. “Hallo,” ujar Bintang malas. “Aku minta maaf, Bintang. Iya, aku salah. Aku nggak dengerin penjelasan kamu dulu, maafin aku ya, Bintang? Tolong jangan marah, plis!” ujar Langit memohon di seberang telepon. Bintang menghela napasnya. “Kan katamu udah nggak ada yang perlu dijelasin? Ngapain telepon lagi? Aku capek, aku mau istirahat. Terserah, mau kamu gimana, aku ikut aja. Mau diem-dieman juga nggak papa. Aku ngikut aja.” Bintang sudah terlanjur kesal pada Langit. Ia sudah tidak ingin menjelaskan apa pun lagi. “Nggak, Bintang. Jangan kayak gini. Maafin aku, ya? Aku emang salah, tapi tolong maafin aku.” Langit

