Part. 2 Pura -Pura Harmonis

1997 Words
Setelah pernikahannya yang ke 5 tahun Pernikahan Devano dan Meilani kini terasa asing, ditambah Meilani kini menjabat menjadi anggota Dewan, Meilani sibuk dengan pekerjaannya sebagai Wanita Karir, hampir tak ada waktu bagi keluarganya, bahkan untuk sarapan bersama putri semata wayangnya saja hanya bisa dihitung jari dalam satu bulan, Devano yang awalnya setuju istrinya menjadi wanita karir namun pada akhirnya ia menyesal telah menyetujui keputusan istrinya tersebut, baginya kondisi keuangannya tidak akan kekurangan terlebih ia memiliki sebuah perusahaan, ia seorang pengusaha muda ia juga pewaris tunggal dari keluarga Wijaya. Devano mulai merasakan kesepian, ia butuh sentuhan dan belaian namun ia tak mendapatkan dari istrinya. Sempat terbesit untuk mencari wanita penghibur namun ia mengurungkan niatnya karena ia merasa takut akan hukum karma karna ia memiliki seorang putri. untuk melampiaskan kebutuhannya Devano hanya menghayal dan melakukannya sendiri di dalam kamar mandi setiap kali ia butuh, dengan cara demikianlah Devano merasa dirinya lebih tenang. Meski banyak asisten rumah tangga serta babysister Khansa ingin dimanja oleh ayah dan ibunya. namun Khansa tak mendapatkan perhatian dari ibunya karena terlalu sibuk. "Ayah, mamah sudah pelgi lagi ya, kok hampil tiap hali mamah ngga pernah ada di lumah, memangnya kelja mamah apa?" tanya Khansa pada ayahnya. "Maaf, mamah sudah berangkat lagi, kali ini mamah keluar kota, ada urusan mendadak yang harus di datangi mamah disana, Khansa ga perlu kwatir kan ada ayah disini yang selalu Nemani Khansa, kalo Khansa bosan di rumah, Khansa bisa ke kantor ayah". bujuk Devano "Emang boleh ya, yah?" "Boleh dong..." Devano berusaha menghibur putrinya. "Oh iya, yah hali ini di sekolah akan ada ibu gulu balu katanya, kemalin Bu Eva pamit katanya mau ulang kampung, telus nanti diganti sama gulu balu." cerita Khansa. " o ya... Khansa ga boleh nakal supaya Khansa nanti lebih disayang sama guru barunya Khansa. janji sama ayah ga boleh nakal" sambil mengacungkan jari kelingkingnya Devano menasehati putrinya untuk tidak nakal. "Siap ayah, Khansa janji sama ayah ga akan nakal, bial nanti Khansa disayang deh sama Bu gulu balunya Khansa". coletehnya yang membuat Devano merasasakit di hatinya, tak seharusnya usia yang masih membutuhkan ibunya justru Khansa tak mendapatkannya hampir setahun ini. **** drrttt ponsel Devano bergetar ternyata dari orangtuanya, menyuruhnya hadir acara arisan keluarga, pasalnya Devano dan istri hampir setahun ini belum pernah berkumpul bersama. selama Meilani menjadi anggota dewan ia tak pernah ada waktu untuk bertemu keluarganya entah apa yang Meilani kerjakan sampai-sampai ia lupa dengan keluarga. "Iya mah, Devano akan hadir diacara tersebut, Meilani juga akan datang" setelah melakukan percakapan dengan ibunya Devano menyandarkan bahunya pada jok mobilnya. "Ayah ayo, kok belhenti nanti Khansa telat loh" Khansa mengagetkan Devano "oh iya, ayah lupa, putri kecil ayahkan mau ketemu sama guru baru ya. let's go" Devano menancapkan gas mobilnya secara perlahan. *** Devano mengirim pesan pada istrinya. 'Lagi sibuk ngga? kita harus bicara, mamah ingin kita hadir besok acara arisan keluarga. harus' masih ceklist satu Meilani masih belum mengaktifkan ponselnya. "menyesal aku Mei harus merelakan kamu untuk menjadi sekarang ini, apa sebenarnya yang ingin kamu cari?" gumam Devano berkali-kali ia melihat ponselnya masih belum ada balasan dari sang istri. "Terlalu kamu, sampai-sampai putri kita merasa kesepian". ia tidak konsentrasi untuk bekerja karena ia memikirkan untuk acara besok, ia takut orangtuanya akan kecewa jika Meilani tak ikut serta, Devano juga takut orangtuanya tahu bahwa istrinya sudah tak mengurus lagi keperluan dirinya dan putrinya, ia takut ibunya akan syok dan jantungnya kumat. ** Setelah hampir 4 jam menunggu jawaban Devano memutuskan untuk menghubungi asisten Meilani. namun Meilani terlebih dahulu menghubungi Devano. 'Baiklah aku akan hadir tapi hanya sebentar, aku sudah ada janji besok yang tak mungkin aku tinggal." pinta meilani "Terserah kamu saja aku menurut, asal mamah tidak boleh tahu hubungan kita sekarang yang semakin merenggang" ucap Devano "Sayang, ini juga aku lakukan demi putri kita untuk masa depan Khansa, aku tak ingin teman-teman Khansa mengolok ibunya yang hanya ibu rumah tangga. aku ingin Khansa bangga padaku" Meilani membela diri. "Aku lebih suka kamu menjadi meilani yang dulu, apa masih kurang uang dariku hah" Devano sedikit meninggi. "Sudahlah mas, yang ada kita ribut jika bahas seperti ini terus, kita besok berangkat ke rumah mamah" Meilani menutup telponnya. Braak Devano memukul meja ia kesal dengan sikap istrinya yang membentah, berbeda dengan Meilani yang dulu. *** keesokan harinya keluarga Devano pergi ke rumah orangtua dari Devano. seperti biasa mereka memerankan keluarga yang harmonis, meski dengan kesibukan masing-masing mereka tetap harmonis, itulah yang ingin ditunjukan oleh Meilani pada kenyataannya berbanding terbalik. mereka menyapa satu persatu keluarga besar bahkan keluarga yang terhitung jauh saja mereka menyempatkan hadir. "Mamah senang kalian datang, mana cucu mamah?" sambut mamah Mia. "Eyang..." dari jauh Khansa berteriak ia bersama susternya karena ia tadi kebelet ingin ke belakang, karena babysister nya sudah tahu keluarga Wijaya ia mengantarkan Khansa tanpa canggung lagi. "Eh cucu eyang. dari mana tadi, eyang cari-cari kemana ya, klo Khansa ga datang eyang nagis aja deh sama ayah" cerita mama mia. " Hehe iya eyang, tadi Khansa abis dali belakang" sambil berbisik Khansa tertawa Khansa diajak eyangnya kebelakang untuk menyantap menu yang disukai Khansa. mama Mia meninggalkan putranya serta menantunya. Meilani menggandeng tangan Devano, "Mas, pokoknya kita harus terlihat seperti keluarga yang bahagia, dan ingat jangan bilang kalo aku sibuk diluar, aku mau kita jadi pasangan yang bahagia" pinta meilani, Devano hanya mengangguk. "Terserah kamu saja" ucap Devano. Sebenarnya ada rasa rindu di hati Devano akan sosok Meilani yang dulu ia cintai. Namun kali ini berbeda ada hal yang aneh yang ia rasakan rasa canggung karena terlalu lama tak ada komunikasi diantara mereka. "Apakah tidak ada rindu di hatimu Mei?" batin devano. Mereka menemui keluarga besar ayahnya Devano menyalaminya satu persatu. "Hai, Devano, Mei apa kabar kalian?" ucap sang paman (adik laki-laki ayahnya) "Alhamdulillah, om sehat, kapan datang om? saya dengar om dari luar negri?" berbagai pertanyaan Devano untuk mengalihkan kecanggungannya. "Baru kemarin, perjalanan bisnis, oh ya Meilani gimana kerjaan kamu? wah om salut sama kamu kamu bisa memegang semuanya, kamu bisa mengurus keluarga dan juga pekerjaan kamu, semoga kalian tetap rukun ya" ucap pamannya. Bab II. Perkenalan Keesokan harinya, Meilani melakukan perjalanan dinas luar ia harus meninggalkan keluarganya selama satu Minggu. Meilani mencium putrinya yang masih terlelap tidur, "Mamah berangkat lagi ya," sebenarnya Meilani merindukan kasih sayang dari putrinya, ia merindukan moment bersama keluarganya, namun ia terlanjur memilih keputusan yang berat. ia tak pernah menceritakan beban berat yang ia rasakan pada siapapun termasuk suaminya sekalipun. "maafkan, mamah ya nak, mamah belum bisa menjadi ibu yang baik untuk kamu, semoga kamu mengerti nanti" bisik Meilani di telinga Khansa. "mas, aku pamit ya," hanya itu yang dikatakan Meilani pada Devano. "hati-hati ya jaga diri kamu disana, jaga kesehatan" Devano akhirnya memeluk Meilani ia sangat rindu pada istrinya yang hangat. 'kemana sikap kamu yang lembut, yang mencintaiku aku merindukanmu meilani' batin Devano. *** "Ayah, hali ini mamah pelgi lagi ya? " tanya Khansa, merasa sedih "iya, sayang. kok cemberut senyum dong, klo senyum nanti ayah antar ke sekolah gimana?" bujuk Devano. "cius, ayah klo itu Khansa senyum telus deh". Khansa bersorak gembira. " nah gitukan cantik, ya sudah kalo gitu Khansa mandi dulu ya sama mbak nya" perintah Devano. "oke ayah" Khansa mencium ayahnya. "ayo, mbak kita mandi" pinta Khansa yang diangguki oleh mbak Lala, "oke" setelah selesai mempersiapkan dirinya Devano mengajak putrinya untuk berangkat. "sayang, sudah beres sarapannya, kalo sudah kita berangkat nanti kita telat" Khansa mengangguk dan turun dari kursi makannya. "sia ayah" Devano menggandeng tangan putrinya. *** sesampainya diparkiran sekolah. "ayah, itukan Bu Arini, Gulu balu di kelas Khansa, ayo yah, aku kenalin sama Bu Arini" pinta Khansa, Devano hanya menuruti saja keinginan sang putrinya. "Bu Arini" Khansa berteriak dan berlari, Arini menoleh dari arah mana suara panggilan tersebut. "Khansa, ada apa sayang ko lari-lari, nanti jatuh loh" dengan nada lembut Arini mengatakan pada Khansa. "Khansa, ingin mengenalkan Bu Arini sama ayah". ucap Khansa. Devano sudah berada di samping Khansa. "Kenalkan saya, Devano ayah Khansa. maafkan putri saya" Devano mengenalkan dirinya. "salam kenal pa. saya Arini Pramesti, apnggol saja Arini, tidak apa pa, saya suka dengan Khansa ia anak yang pintar". ucap Arini. "Kalo, begitu saya permisi pa, kami akan masuk kelas terlebih dahulu. pamit sama ayah Khansa, biarkan ayah bekerja Khansa belajar bersama Bu Arini dan teman-teman di kelas" pamit Arini dengan ramah. Devano mengangguk serta mencium pipi putrinya. "dah, sayang, ayah kerja dulu ya nanti pulangnya biar di jemput dengan pa Boim, dan mba Lala, oke". Khansa mengangguk. *** Sepanjang jalan Devano mengingat perkenalannya dengan Arini. ia teringat saat masih pertama kali berkenalan dengan Meilani, sosok wanita yang ia anggap keibuan dan lemah lembut. 'mei, kenapa kamu begitu berubah apa yang membuat kamu berubah mei' batin Devano selalu saja bertanya. sungguh Arini mengingatkan dirinya pada sang istri yang kini telah berubah total, seakan tak perduli dengannya dan putrinya. entah setan mana yang membisikan hati dan pikiran Devano, ia mengingat dan membayangkan wajah serta bibir tipis milik Arini. 'ahh sitt, kenapa bibirnya begitu menggoda saat berbicara' batin Devano. tak terasa ia sampai di kantornya. **** Khansa ingin Arini justru pulang bersamanya, tiba-tiba badan Khansa panas "ya, Allah badan kamu panas sekali Khansa" mau tak mau Arini mengantar Khansa sampai rumahnya. Khansa ingin selalu dekat dengan Arini ia tak ingin sekalipun ditinggal oleh Arini walau sebentar. Akhirnya Arini menghubungi Devano. "assalamualaikum. maaf pa saya Arini gurunya Khansa, ingin memberitahu kan bahwa Khansa badan nya panas sekali, kebetulan Khansa ingin saya ikut pulang dengannya dan sekarang saya sedang berada di rumah bapa". Devano sontak terkejut. "Khansa, panas baik saya segera pulang kerumah, baik terimakasih Bu" Devano langsung meluncur ke rumahnya. *** "sayang, kamu ga papa sayang?", suhu tubuhnya sudah tak panas lagi namun, kondisi tubuhnya masih terlihat lemas. "terimakasih banyak, Bu sudah menjaga putri saya, maaf sudah merepotkan". Devano merasa bersyukur putrinya baik-baik saja. "sama-sama pak, kalau begitu saya permisi pamit dahulu". Khansa mendengar Arini akan pamit, ia kemudian menarik tangan Arini untuk tidak pergi. "ibu jangan pulang, disini saja temani Khansa" Arini bingung antara kasihan namun ia juga merasa tak enak pada Devano. "ibu harus pulang dulu, besok ibu kesini lagi ya," bujuk Arini namun tidak didengar oleh Khansa. "Khansa, mau Bu Arini tinggal disini, temani aku, aku kesepian tak ada teman" Khansa menggeleng-gelengkan kepalanya. "sayang, Bu Arini kan harus istirahat juga nanti Bu Arini di cari oleh..." Devano berhenti ia tak tahu apakah Arini sudah menikah atau masih sendiri. Arini tersenyum, "saya masih sendiri, kebetulan saya juga ngekost, dekat dengan sekolah, dan kalau bapa tidak keberatan saya ijin untuk menjaga Khansa, saya suka mendengar cerita dari Khansa". Arini justru tak keberatan. "baiklah kalo ibu tak keberatan, saya justru sangat senang ibu bisa di sini, terlebih dahulu, kebetulan memang mamahnya Khansa sedang berada di luar kota". Arini tersenyum. **** tak sengaja, Arini mendengar pertengkaran, di dalam kamar Devano, ia mendengar bertapa Devano sangat marah pada istrinya lewat telfon, karena Meilani lebih mementingkan kariernya dibanding putrinya sendiri. Devano berteriak dan melemaparkan barang-barang yang ada di kamarnya. sampai Arini terkejut dan langsung menuju kamar Khansa ia tak ingin Devano melihat dirinya yang telah mendengar pertengkaran tersebut. Sesampainya di kamar Khansa, Arini melihat wajah polos Khansa yang tertidur. ' kasihan kamu nak, ternyata kamu kurang kasih sayang, pantas jika selama ini kamu terlihat berbeda dengan anak-anak seusia kamu' batin Arini dalam hati. pukul tiga siang hari Khansa masih tertidur. Arini kembali mengecek suhu tubuh Khansa dan ia hendak mengambilkan kompres, ia bertabrakan dengan Devano. BRAAK "Ups, maaf pa saya tak sengaja, maaf" Devano terkena air kompresan milik Khansa. "oh, ga apa, saya juga yang salah tak mengetuk pintu terlebih dahulu, saya kira ibu sedang di luar" ucap Devano "biar saya keringkan, baju bapak" Arini menawarkan diri. "tidak usah, terimakasih". entah perasaan apa yang ada di hati Devano, ia merasa jantungnya berdebar-debar begitu kencang. begitu juga dengan Arini ia tak tahu jantungnya berdetak kencang. ' ya Allah, ada apa dengan perasaan ini, pak Devano sudah memiliki keluarga Arini, itu tak baik, tapi kenapa baru sekali aku melihat pak Devano aku begitu tertarik padanya, ini ga boleh' batin Arini bertengkar ia menggeleng-gelengkan kepalanya. 'ya, ampun salah ini salah'.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD