Jebakan

2075 Words
Seperti pagi-pagi sebelumnya, Nara akan terbangun ketika suara musik pemecah gendang telinga diputar. Sebenarnya lagu melow itu tidak cocok disebut musik pemecah gendang telinga, hanya karena Nara membenci penyanyinya lantas ia akan mengutuk semua lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi solo pria yang sedang naik daun itu sebagai musik terkutuk yang tak seharusnya ia dengar. "Matikan Anggun!" teriak Nara, melempar asal bantal guling yang sejak tadi didekapnya. Tanpa perlu membuka mata untuk memastikan, Nara sudah tahu siapa pelaku yang membuat kegaduhan di kamar kosnya pagi hari begini. Anggun, sahabatnya. Memangnya siapa lagi yang akan datang sesuka hati, menyelonong masuk tanpa permisi, dan bertingkah selayaknya pemilik tempat. Terlebih hanya satu wanita seksi itu yang ada dalam hidup Nara yang membosankan, monoton, dan hambar. "Anggun! Kau dengar! Matikan!" Nara kembali berteriak ketika alunan musik merdu, yang ia anggap merusak pagi harinya terus bergaung mengisi ruang kamar kosnya yang kecil. Nara mengembuskan napas kasar, terpaksa bangun. Padahal ia masih ingin tidur lebih lama, rasa kantuk masih memeluk matanya secara posesif. Tapi kebisingan yang dibuat Anggun, memaksa Nara membuka matanya lebar-lebar. Padahal ia baru saja tidur pukul lima pagi dan sekarang kemungkinan masih pukul tujuh, itu artinya Nara baru tertidur selama dua jam. Tak heran jika ia masih sangat mengantuk. "Why?" Anggun baru saja masuk ke kamar kosnya, menenteng beberapa paper bag di tangannya. Ia tampak kebingungan mendapati ekspresi jengkel di wajah Nara yang tengah memandanginya. Sementara Nara hanya mendengkus pelan. Pantas saja ia berteriak sejak tadi tapi tak mendapat respon apa-apa. Biasanya Anggun akan langsung mematikan radio ketika tahu musik yang diputar merupakan musik yang dibenci Nara. "Oh, itu ...." Anggun segera sadar, kenapa Nara memberinya tatapan sengit. Tentu saja karena lagu berjudul sang pemuja yang tengah menduduki tranding satu di semua tangga lagu Indonesia, tak heran jika lagu milik Sean Pradipta selalu diputar di radio. "Sorry, tadi aku keluar, nggak tahu kalau lagunya udah berubah, tadi sih bukan lagunya Sean," terang Anggun sebelum Nara menyemprotnya dengan kata-kata mutiara yang tak enak didengar. Mengingat Nara paling benci sekali dengan segala sesuatu, apa pun, yang berhubungan dengan Sean Pradipta. Bahkan lagu yang enak didengar pun jadi tak layak dengar buat Nara, karena dinyanyikan oleh seorang Sean Pradipta. "Tapi berguna juga sih nih lagu, buktinya bisa bangunin kamu. Padahal tadi aku sudah bangunin kamu berkali-kali, tapi emang dasarnya kebo, susah banget bangun," lanjut Anggun, mematikan radio dan menggantinya dengan suara televisi yang sedang memutar acara gosip. Lalu sialnya, gosip itu datang dari seorang penyanyi solo pria yang sedang heboh dibicarakan di mana-mana karena album terbarunya, Sean Pradipta. "Upsss!" Buru-buru Anggun mematikan televisi, sebelum Nara melempar layar televisi dengan apa pun yang ada di dekatnya. Kasur pun mungkin akan dilemparnya jika itu satu-satunya barang yang tersisa. Nara mengembuskan napas kasar. Ia tak memungkiri jika semua tayangan televisi, baik acara musik, gosip, talk show, bahkan berita sekalipun akan memuat tentang Sean Pradipta. Seorang penyanyi solo yang karirnya terus melejit, karya-karyanya selalu jadi tranding topik di semua media sosial, belum lagi konser musik yang diadakan selalu sukses besar. Dan dalam waktu dekat, Sean Pradipta dikabarkan akan melakukan tur keliling Indonesia dan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Wow! Bukankah itu sangat fantastis? Bahkan setelah diterpa kabar miring tentang pelecehan seksual terhadap salah seorang penggemarnya dan rumor tentang bullying di sekolah, karir Sean yang sempat meredup kini malah bersinar terang. Karir yang digadang-gadang akan hancur itu justru melejit setelah satu tahun vakum dari dunai entertainment. Ya memang benar semua tuduhan, rumor-rumor miring dan juga fitnah-fitnah yang ditujukan pada Sean tidak terbukti benar. Bahkan Sean melalui kuasa hukumnya, mampu membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah dan menuntut semua orang yang telah turut adil dalam pencemaran nama baiknya. Publik pun percaya, mereka memberikan dukungan penuh pada Sean dan juga menantikan laki-laki itu kembali menjajaki dunia entertainment dengan karya-karya barunya. Salah satu dari sekian banyak pendukung itu, Nara salah satunya. Nara si penggemar Sean Pradipta selama bertahun-tahun. Ia menutup mata dengan segala rumor jahat yang sudah biasa didengarnya bahkan sejak di bangku sekolah. Bagaimana Sean yang terkenal suka membuli, bahkan pernah secara terang-terangan menjadikan salah satu siswa cupu di sekolahnya sebagai target permainan. Nara tahu itu semua, dari mulut ke mulut yang membicarakan segala keburukan Sean. Tapi ia menutup mata, menulikan gendang telinga dan mengabaikan logika berpikirnya. Semata-mata karena di mata Nara, Sean adalah idolanya, sang super star tanpa cela sedikit pun. Sean si tampan baik hati, bersuara emas. Itu julukan yang pernah Nara sematkan untuk Sean Pradipta. Haha, bukankah sangat lucu kalau sekarang Nara sangat membenci laki-laki itu? Bahkan terlalu anti untuk semua hal yang bersangkutan tentang Sean. Rasanya seperti mustahil saja, mengingat bagaimana Nara dulu mendamba-dambakan seorang Sean Pradipta untuk jadi pasangan hidupnya. Sehidup semati. Konyol! Tapi sekarang? Jijik! Nara jijik mengingat semua hal tentang Sean! "Ngapain kamu pagi-pagi ke sini? Kurang kerjaan," dengkus Nara yang kembali merebahkan diri di atas kasur mungilnya. Rasa kantuk kembali memaksanya untuk terpejam. Harusnya Nara memang tidur sampai siang, setelah sebelumnya begadang semalaman untuk menulis lanjutan cerita fiksinya. Cerita tentang penyanyi terkenal kena azab. Tokoh utamanya bernama Sean. Sebegitu bencinya Nara sama Sean, sampai menyiksa laki-laki itu dalam ceritanya. Ironi sekali, sementara Sean mungkin tak menganggap bahwa di dunia ini ada Nara yang membencinya. "Kamu lupa?" Anggun menghela napas panjang, berjalan menghampiri Nara dan berdiri tepat di samping tempat tidur. "Bukankah aku sudah mengingatkan kamu? Bahkan sejak satu bulan lalu, minggu lalu, dan semalam. Ah, kamu bahkan tak membaca pesanku, bagaimana kamu tahu ini hari apa." "Memangnya hari apa?" Nara menyahut malas, memejamkan mata berharap sang dewi mimpi segera membawanya pergi. Ia malas mendengarkan suara Anggun berceloteh, apalagi jika sudah mulai menasehatinya untuk mencari pekerjaan. Ayolah, Nara bukannya tidak mau mencari kerja, tapi ia sudah lelah dan frustrasi karena semua lamarannya ditolak. Seolah ia telah di black list dari dunia kerja. Miris sekali! "Kamu benar-benar lupa?" Kali ini Anggun meninggikan intonasi suaranya. Sembari mengusap kasar keningnya, tak habis pikir Nara akan melupakan hari paling bersejarah dalam hidupnya. "Oh my GOD, Nara!" Nara berdecak, merasa terganggu oleh lengkingan suara Anggun. Pantas saja Anggun dieliminasi dalam ajang pencarian bakat menyanyi, karena memang suara Anggun sangat merdu sekali. Merusak dunia! "Anggun bisakah kamu diam? Aku ngantuk, mau tidur. Aku baru tidur jam lima tadi, semalaman aku begadang, jadi please, biarkan aku tidur nyenyak sampai siang." Suara Nara terdengar sumbang. Ia memang sedikit tidak enak badan, diperparah dengan begadang dan alhasil pagi ini suaranya seperti nyanyian bangkong selepas hujan. Anggun mendengkus sinis. "Kamu masih nulis cerita nggak jelas itu?" Lalu berdecak miris. "Come on, Nara. Berhenti membuang waktu dengan semua cerita absurdmu itu!" "Tapi dari cerita absurd itu aku bisa memenuhi rasa lapar akan perut dan egoku, Anggun, kalau kamu lupa itu?" Nara membuka mata, tak berselera lagi untuk tidur. Anggun benar-benar mengacaukan pagi harinya yang syahdu. Padahal tadi ia tengah bermimpi menjadi wonder woman yang tengah bertarung melawan penjahat kelamin, Sean Pradipta! Anggun mendengkus pelan, geli mendengarnya. Ia bersedekap, menatap Nara yang kini merubah posisinya jadi duduk dan mengalihkan tatapan sepenuhnya pada dirinya. "Why?" Nara mengerucutkan bibirnya, kesal karena ditatap serius seolah ia baru saja melakukan kesalahan besar. Ia berdecak, selalu tak berdaya kalau Anggun sudah mulai mengintimidasi lewat tatapan galaknya. "Memangnya sekarang hari apa? Apa sepenting itukah sampai kamu harus pagi-pagi begini kemari, memberikanku ceramah pagi. Lama-lama kamu kayak mamah dedek tahu." Mamah dedek yang dimaksud ialah seorang penceramah di acara televisi, tayangannya selalu diputar saat pagi hari. Mungkin kalau Anggun berpakaian tertutup, maka Anggun sangat mirip dengan mamah dedek. Bawelnya sebelas dua belas. Kalau bukan sahabat, mungkin Anggun sudah mendepak Nara ke Antartika. Ia paling sebal kalau sudah disama-samakan dengan mamah dedek. Ayolah, Anggun lebih suka disamakan dengan Sendal Jender. Penyanyi kelas dunia yang bodinya montok kayak ayam sayur. Ya, sebelas dua belas dengan bodinya yang kayak bodi botol koka-kola. "Untung stok sabarku buat kamu sangat-sangat buanyak, Nara." Anggun merentangkan kedua tangannya, bergerak keatas seolah mendeskripsikan kata banyak yang ia maksud. "Bukannya bulan lalu aku udah bilang bakal daftarin kamu ke lowongan pekerjaan di agensi aku. Nah, kebetulan hari ini jadwal interview-nya, nama kamu sudah tercatat. Selamat, kamu lolos, dari sekian ribu pelamar, kamu salah satu yang masuk sepuluh besar dan akan diinterview langsung. Kalau oke, kamu bisa langsung dikontrak buat jadi asisten pribadi artis." "What?" Kabar menggemparkan macam apa ini? Apakah Nara masih bermimpi? Tapi ekspresi gembira nan antusias Anggun mengatakan ini bukan mimpi. "Nara, akhirnya kamu bakal diterima kerja. Makanya aku antusias banget buat datang ke sini pagi-pagi, aku juga bawain kamu baju buat interview, kamu harus kelihatan modis, ah, make-up juga. Aku tahu kamu nggak suka make-up, tapi kamu nggak bisa hanya memakai riasan bedak bayi. Your face is not a baby's ass." What the hell! Nara melongo, berusaha mencerna dengan baik setiap kata yang terucap dari mulut Anggun, sembari memperhatikan Anggun yang tengah antusias menunjukkan isi paper bag yang dibawanya tadi. Wah, Anggun benar-benar membuat kekacauan dalam hidup Nara. Ya, anggapan Nara begitu. Padahal seharusnya kabar baik yang dibawa oleh Anggun jadi anugerah buat Nara. Setelah hampir mau setahun menganggur, akhirnya ia akan dapat pekerjaan. Jadi asisten artis? Tentu bukan pekerjaan yang buruk. Tapi masalahnya, semenjak Nara berganti haluan jadi haters Sean, ia juga anti dengan dunia entertainment. Nara membenci semua hal yang mengingatkannya pada sosok Sean, dan dunia keartisan tentu tidak akan jauh-jauh dari seroang Sean Pradipta. "NO!!!" Nara berteriak lantang, mengejutkan Anggun. "Why, Nara? What happened?" Anggun mengernyit, heran melihat Nara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kenapa sih?" Nara menatap lurus Anggun. "Kamu beneran daftarin aku? Tanpa persetujuan dariku?" Nara merasa dijebak oleh Anggun, dijerumuskan dalam sebuah lubang penyiksaan. Ya, Nara sangat tersiksa jika itu berkaitan dengan Sean. Lebay memang. Tapi begitulah Nara dengan rasa bencinya pada Sean yang menggunung. Anggun menghela napas sejenak, memandang lekat-lekat Nara yang menunjukkan ekspresi kecewa padanya. "Apa kamu amnesia?" "Amnesia?" Nara menaikkan sebelah alisnya. "Jangan mengalihkan topik pembicaraan Anggun. Kenapa kamu tega jebak aku begini?" "Jebak?" Wah, Anggun merasa tidak terima dibilang menjebak Nara. Padahal jelas-jelas dari awal Nara sudah setuju. "Makanya jangan kebanyakan mikir azab buat Sean. Jadi lupa segalanya kan!" Anggun berjalan menghampiri Nara lagi, menunjukkan layar ponselnya yang sedang memutar video. "See? Kamu merasa dijebak?" Nara melotot, menyaksikan video yang diputar. Dalam video itu hanya ada dirinya yang menghadap ke arah kamera sambil berucap, "Oke, oke, aku lakukan." Mata Nara berkedut saat ingat kejadian dua bulan lalu saat ia mengatakan, "Aku, Celine Inara Cantika, dengan ini menyatakan akan menerima pekerjaan apa pun. Aku sangat butuh sekali pekerjaan, aku bosan menganggur, jadi kumohon sahabatku yang baik hati, Anggun cimori, carikanlah aku pekerjaan, apa pun, aku akan menerima." "Serius? Kamu akan menerima pekerjaan apa pun?" Kali ini terdengar suara Anggun di video, meski wajah wanita itu tak nampak karena memang Anggun yang merekam videonya. Jadi ia membelakangi kamera. Nara tampak menganggukkan kepala di video itu, mengiyakan. "Iya, aku janji, aku bakal menerima dengan senang hati apa pun pekerjaannya. Asalkan aku tidak menganggur lagi." "Gimana?" Anggun menarik kembali ponselnya dari hadapan Nara. "Masih mau bilang aku jebak kamu?" Nara tak berkutik, mengelak pun percuma karena jelas-jelas di video itu dirinya sudah mengikrarkan sebuah janji untuk menerima apa pun pekerjaan yang datang kepadanya. Waktu itu Nara sangat putus asa, tak punya sepeser pun uang sampai ia tanpa pikir panjang mau-maunya buat video tadi sebagai persetujuan agar Anggun mau mencarikannya pekerjaan. Untungnya Anggun tak memberinya pekerjaan sebagai model panas, walau pekerjaan asisten pribadi juga bukan yang Anggun mau. "Aku enggak bisa." Tapi dengan keras kepala Nara menolak pekerjaan tersebut. "Kamu tahu aku benci segala hal yang berhubungan dengan————" "Sean maksud kamu?" sergah Anggun, seakan bisa membaca pikiran Nara. "Please deh Nara, mau sampai kapan kamu larut dalam kebencian begini. Oke, fine, nggak masalah kamu benci Sean kayak gimana pun, tapi jangan batasi diri kamu dengan hal-hal nggak masuk akal begini. Kamu benci Sean, bukan berarti kamu harus membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan Sean. Dunia keartisan itu luas Nara, bukan cuma soal Sean. Banyak sekali artis, penyanyi, dan segala macam di dalamnya, bukan cuma Sean." "Tapi, Nggun———" "Stop!" Anggun menginterupsi, mengangkat telunjuknya sebagai tanda ia tak mau dibantah. "Jangan banyak alasan, sekarang juga kamu harus mandi. Jadwal interview jam sembilan, kamu nggak boleh telat sedetik pun." "Tapi, Anggun ...." Nara masih tawar menawar, ketika Anggun menyeretnya dari kasur dan mendorongnya ke kamar mandi. Berharap Anggun mau berubah pikiran. Tapi tekad sahabatnya itu sudah bulat dan Nara tak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti semua skenario yang dirancang oleh Anggun. Semoga saja aku tak bertemu dengan Sean Pradipta!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD