KF ~ Awal Mula

1163 Words
Family is a person who will always be by your side in any situation and condition. -------• --• Tiga tahun bersekolah di salah satu sekolah elite di bilangan Jakarta, ternyata tidak sia sia. Dengan mendapatkan nilai tertinggi di sekolah tentu tidak mengecewakan, dan bisa di katakan sangat membanggakan. Bahagia? Tentu saja. Bagaimana tidak? Semua perjuangan yang telah Kim lakukan selama tiga tahun terakhir untuk mendapatkan hadiah kelulusan dari orang tuanya ternyata sebanding dan di bayar kontan oleh Tuhan. Mobil baru dari Papi, paket liburan ke Bali dari Mami, dan hp baru dari Kakaknya adalah serangkaian hadiah untuk kelulusannya, namun semua itu bukan poin utama, karena fokusnya saat ini hanyalah menanti lamaran romantis dari Rick, pria yang sudah dua tahun menjalin kasih dengannya. Kim tidak sabar menunggu saat itu tiba, saat dimana dia bisa bersama dengan Rick selamanya sampai ajal yang memisahkan. Sungguh tidak akan ada nikmat Tuhan lagi yang akan dia dustakan. "Gue pasti akan jadi orang paling bahagia di dunia ini," ucap Kim dalam hati. Dia merasa bangga atas pencapaian yang sudah di raihnya dengan susah payah seraya menghitung hadiah kelulusan yang akan di terima dengan jari jemarinya. "KIMBERLY FLORIST." Adalah suara Bu Winda yang menggema di seluruh penjuru Sekolah. Membuat suasana riuh menjadi senyap seketika. Berganti dengan suara tepuk tangan yang meriah dari semua siswa dan orang tua siswa yang menghadiri acara wisuda anak anak mereka. Mendengar namanya di panggil, Kim segera berdiri dari duduknya, merapikan kebaya putih yang di kenakannya. Sangat cocok saat di padukan dengan rok batik yang melilit panjang, juga sepatu hak putih polos, serta rambut lurus yang di satukan dan di sampirkan ke samping membuat Kim terlihat sangat menawan dan anggun. Kim berjalan dengan pelan dan hati hati ke arah panggung. Dengan decakan kagum dari semua orang yang melihat kecantikan seorang Kimberly secara langsung. Tidak hanya cantik, namun juga berprestasi. Menimbulkan rasa iri setiap orang tua jika membandingkan sosok Kim dengan anak anak mereka sendiri. Kim naik ke atas panggung dan berdiri dengan percaya diri di depan semua orang. Tersenyum lebar penuh kebahagiaan saat menerima piala dan piagam perhargaan atas prestasinya karena telah mengharumkan nama Sekolah yang di serahkan langsung oleh kepala Sekolah. "Ananda Kimberly Florist adalah salah satu anak yang berbakat di Sekolah ini. Banyak prestasi akademik dan non akademik yang berhasil di raihnya selama tiga tahun terakhir, dan Ananda Kim juga mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian tahun ini. Ayo Kim! Sampaikan sesuatu kepada teman temanmu!!" Suara Bu Winda kembali terdengar. Sangat bangga saat harus menceritakan prestasi Kim di depan banyak orang. Kim mengangguk, "tidak ada yang ingin saya katakan selain terima kasih kepada Tuhan, kepada Mami, Papi dan Kak Ken, juga kepada dewan Guru yang telah membimbing saya selama ini, dan kepada teman teman seperjuangan saya. Keep spirit and thank you for everything." Kim mengakhiri kalimatnya dengan mengangkat piala tinggi tinggi dan kemudian menciumnya. Menjabat tangan dewan Guru dan segera turun dari panggung. Sekali lagi, tepuk tangan yang meriah kembali terdengar. Kim memeluk Mami dan Papi secara bergantian. Menerima banyak ucapan 'selamat' dari teman teman satu angkatannya. Serta menerima seikat bunga dari Ken yang kemudian memeluknya penuh sayang, "selamat Kim, lo hebat!!" Ken mengangkat kedua ibu jarinya, memuji kehebatan Kim. "Jelas.. adiknya siapa dulu? Adiknya Ken gitu lho." Kim berkata sombong, dengan memamerkan senyum lebar ala iklan pasta gigi. "Iya iya, hebat, pintar, tapi... galak," seloroh Ken yang mendapat cubitan ringan dari Kim pada lengannya. "Idih, udah sadis ya sekarang berani cubit cubit? Mentang mentang dapat mobil baru, ciee..." Ken mencubit dagu Kim dengan gemas. "Iya dong, sekali kali sadis gak masalah kan? Secara dalam rangka dapat mobil baru dan dapat paket liburan ke Bali selama satu minggu, inget ya... satu minggu guys." Kim tertawa lebar, sangat bahagia saat berhasil menuai semua dengan kerja keras dan dengan keringatnya sendiri. ------• --• Di tempat makan. "Sayang, kamu hebat!" Mami menyerahkan sebuah tiket penerbangan untuk liburan Kim ke Bali sesuai janji Mami sebelumnya. Kim menerima tiket itu dengan senang hati. Dia melihatnya dan.. yess.. seratus persen Mami yang memberi dana. Jadi liburan kali ini di jamin gratis tis tis. "Thanks Mi, im very happy to be free holiday to Bali for one week." Kalau boleh jujur, Kim sangat terharu sampai air matanya menetes tanpa dia sadari. "Kalau ini hadiah dari Papi," Papi mengulurkan sebuah kunci mobil kepada Kim. Kim membulatkan matanya dengan binar penuh kebahagiaan, "Pi, ini beneran Audi seri terbaru??" Tanya Kim untuk memastikan jika ini memang nyata, dia tidak percaya dengan apa yang di dapatnya dari Papi. "As you wish, honey," suara Papi terdengar santai. "Wow.. so amazing. Thank you, Pi, and i love you." Kim mendekat dan memeluk Papi erat. Bahagia saat memiliki seorang Ayah yang sangat baik dan perhatian. "Kamu juga luar biasa, Kim. Papi bangga sama kamu. Kamu berhasil dan tidak mengecewakan Papi sama sekali, and i love you too." Papi mencium dahi Kim penuh sayang. Kim tersentuh sampai titik dimana dia tidak bisa lagi untuk berkata kata saat mendengar ucapan manis Papi. Dia tidak menyangka jika Papi dan Mami akan bersungguh sungguh dalam menyiapkan hadiah untuk kelulusannya. Suasana kembali normal dengan obrolan ringan keluarga Albert. Namun, entah kenapa Kim masih merasa tidak enak dengan hatinya. Merasa masih ada yang kurang, dan merasa masih ada sesuatu yang salah. Semakin di pikir, semakin terasa janggal, but what?? Kim kembali mengingat semua yang terjadi dan mengurut rentetan peristiwa dengan detail dalam seharian ini. Beberapa saat kemudian, Kim mulai mengingat kekurangan itu saat lampu tiba tiba menyala dalam otaknya. "Kak Keeennn..." teriak Kim kemudian. Semua orang terkejut, dan menoleh ke arah sumber teriakan dengan ekspresi Kim yang sudah berubah masam. Ken refleks menutup ke dua telinganya, "Ada apa sih Kim pake teriak segala? Berisik tau, sakit telinga gue." Kim cemberut, dia mengerucutkan bibirnya, "lo lupa atau pura pura lupa? Lo b**o atau pura pura b**o?" Ken menoleh, menunjukan wajah tanpa dosanya dengan tatapan penuh tanya. "Kalo ngomong jangan nanggung gitu dong, Kim!! Ngomong itu yang jelas, jangan berbelit belit, dan yang paling penting itu jangan pake kode! Gue mana tau apa isi kepala lo kalo lo gak ngomong. Lo pikir gue cenayang yang bisa nebak masa depan orang? Jangankan nebak masa depan orang, masa depan gue aja masih belum jelas." Suara Ken terdengar menyedihkan dengan nada yang di buat buat, sengaja untuk mendramatisir keadaan. "Kak Ken, gak usah curhat!!" Ucap Mami tanpa mengalihkan sedikitpun pandangan dari sepiring makanan di hadapannya. Seakan enggan untuk menoleh apalagi harus mendengar curhatan unfaedah Ken. "Udah, gak usah ngalihin pembicaraan!!" Kim merajuk, "Gue gak mau basa basi lagi, ponsel baru gue mana?" Kim menengadahkan tangannya. Meminta hp baru kepada Ken. "Ponsel??" Ken mengusap dagunya, tampak tengah berpikir keras, "Oh iya, sorry, gue lupa. Ponselnya gak gue bawa, masih di rumah." Ken meringis, mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V, mengibarkan bendera perdamaian kepada Kim. Kim menggelengkan kepalanya, merasa jika kakaknya masih cukup muda untuk menjadi pikun. Namun Kim malas untuk memikirkannya. Kim mengambil hpnya yang berdering, dan tersenyum simpul saat melihat nama Rick yang tertera pada layar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD