Dini hari, pukul tiga pagi aku tiba di Kobe. Setelah menghubungi ayah mertuaku di rumahnya dan memberitahu bahwa anak semata wayang mereka akan pulang, raut kebahagiaan terpancar jelas dari nada bicara yang mereka gunakan selama bicara denganku di telepon. Mereka sangat senang karena bagaimana pun, setelah kejadian mengerikan itu, anak laki-laki mereka sama sekali tidak pulang ke rumah saat dia melarikan diri dari rumah sakit dan malah pergi ke Tokyo, entah menemui siapa. Dan sekarang, setelah satu bulan lebih mereka menunggu, akhirnya mereka akan bertemu lagi dengan anak mereka. Juga anakku, yang akan bertemu dengan ibu -nya. Aku mendengus, mengusap wajahku kasar karena mengantuk. Tentu saja, aku tiba di depan rumah mertuaku tapi aku sama sekali tidak bisa masuk ke dalam untuk sekedar

