Sinar pagi yang masih malu-malu merambat masuk, menyelinap melalui celah-celah papan kayu yang usang dan ventilasi kecil yang berdebu di gudang sempit itu. Partikel-partikel debu halus menari-nari dalam sorotan cahaya keemasan, menyingkap sesaknya ruangan yang dipenuhi tumpukan barang-barang usang, perkakas berkarat, dan kardus-kardus kotor di depot kecil itu. Udara lembap dan berbau apak khas gudang terasa dingin menusuk kulit. Di atas tumpukan kardus bekas yang ia jadikan alas seadanya—tak lebih dari bantalan tipis di atas lantai beton yang dingin—mata Keyli perlahan terbuka. Ia mencoba bangkit, namun setiap inci tubuhnya terasa kaku dan pegal, seolah telah dipukul semalaman. Lehernya terasa tertarik, punggungnya berdenyut, dan kakinya kebas. Dinginnya lantai semalam masih terasa membe

