Jebakan Rian

1538 Words

Ketika berbalik, aku mematung. Wajah laki laki itu memang masih memar. "Duduk, lah." suaranya lembut dan aku sedang merasa kasihan padanya, jadi untuk kali ini aku mungkin tidak akan mengajaknya debat. Ku putuskan duduk saja seperti yang diinginkan oleh laki laki itu. "Kamu bicara dengan Laksamana?" Dia kembali tidur di pahaku. Kejadiannya mirip seperti malam itu, di mana ia menciumku habis habisan dan berakhir dengan tonjokan ku yang mantap. "Iya, kami bertemu di lift." jawabku, membiarkan laki laki itu tidur di pahaku. "Kenapa harus ngobrol sih?" dia mengeluh, seraya hendak mengusap wajahku namun aku menghindarinya. Dia manyun kesal, dan aku sungguh tidak peduli. "Ada apa? tolong jangan membuat waktuku habis." Aku sedang mencari banyak uang untuk anaku dan masa depan ku. Ku liha

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD