Setelah makan malam dengan kedua temannya itu, Cahaya dan keduanya berjalan-jalan keluar sekeliling hotel, mereka menikmati cemilan dan teh hangat di salah satu kedai kopi yang ada di hotel ini. Sesekali mereka tertawa, Cahaya yang selalu menjaga perasaan orang lain, dan Bela yang selalu ceplas-ceplos dalam berbicara, Bela juga orang yang cerewet, sedangkan Rahayu pendiam dan sesekali berbicara. “Imam nggak apa-apa kamu tinggalin sendiri di kamar, Mbak?” tanya Cahaya. “Nggak apa-apa, Cahaya, lagian Imam udah tidur.” “Mbak enak ih udah punya anak,” puji Cahaya. “Coba juga aku punya anak kayak Mbak, mungkin bakal rame banget, ya.” “Gimana kamu punya anak kalau perjanjian semata,” kata Bela membuat Cahaya menggelengkan kepala. Bela selalu saja asal bunyi tanpa memikirkan perasaannya. “

