Chapter 7

1002 Words
Melihat bagaimana wanita pirang tersebut tertawa, Ethan memberikan kedipan sebelah matanya. “Aku tidak mungkin melupakan wanita secantik dirimu, Laura.” Sontak saja Laura bersemu. “Sudah sangat lama kau tidak bermain kemari. Ke mana saja kau? Teman-teman modelku selalu menanyai dirimu, kau tahu?” Ethan tersenyum dan kembali minum. “Empat bulan aku berada di Taiwan, untuk syuting film terbaru.” “Oh ya? Film apa itu?” “Rahasia.” Ethan mengedipkan sebelah matanya lagi. “Oke, bagaimana jika kau memberiku sebuah clue.” Desak Laura. Sebelum bisa menjawab, Ethan tak sengaja melirik seorang wanita yang ia kenali tidak jauh di belakang Laura. Wanita itu sedang menggoyangkan tubuhnya penuh energik dengan memegang satu botol minuman yang tersisa setengah dan juga dua pria mengelilinya. Wanita mungil berambut coklat gelap. Wanita yang memakai gaun pink yang manis dan, tunggu… sandal rumahan berwarna merah muda dengan hiasan kepala Hello kitty? Ethan mengangkat alisnya terkekeh menatap wanita itu. Diana... Diana... Wanita itu pasti mabuk. Ethan sangat yakin. Jika Diana ada di sini berarti yang lainnya juga ada di sini. Benar kan? Ethan kembali menatap seisi ruang tersebut dan tidak mendapati Venus. Ethan sangat tahu kebiasaan Venus ini, mereka akan pergi bersama atau tidak sama sekali. Kecuali si pirang, Hera. Ethan sering bertemu Hera pergi sendiri hanya untuk mabuk tanpa Venus. Sedangkan Diana? Ini baru pertama kali Ethan melihat Diana mabuk sendirian tanpa Venus yang mengawasi. “Ethan, kau tidak menjawab pertanyaanku.” Suara Laura membuat Ethan tersadar dari lamunannya tentang Diana dan Venus. Ia menatap Lauran dan mengeluarkan senyuman khasnya. “Paling cepat akhir tahun depan.” “Itu sangat lama...” Laura berdecak dengan wajah cemberut. 'Prangg!' Bunyi itu membuat semua orang terkejut. Termasuk Ethan. Banyak orang yang sudah mengerumuni posisi Diana tadi membuat Ethan refleks berlari ke arah Diana. Ia takut akan terjadi apa-apa pada Diana. Dan pastinya ia masih menyayangi nyawanya. Dia tidak ingin membuat Helena menangis atau menghadapi kemarahan Hera. Sampai di tempat, Ethan mendadak terdiam. Sungguh pandangan di depannya sangat mengerikan. Seorang pria yang tadinya bergoyang dengan Diana itu jatuh terduduk dengan darah mengalir dari kepalanya. Ethan melirik Diana. Wanita itu tidak apa-apa. Ia hanya berdiri dengan botol beling yang sudah pecah. Wait, wait, wait... What?! Botol yang sudah pecah?! Ethan membulatkan matanya terkejut. “Kau... Jeremy, kau akan menyesal! Dasar bajingann berengsek! Sebenarnya apa salahku padamu hingga kau tega menusukku dari belakang! Bagaimana bisa kau berselingkuh?!” teriak Diana sembari mengacungkan botol. “Astaga wanita gila ini... Sudah kubilang aku bukan Jeremy!” balas si pria memegang kepalanya yang berdarah. Okay, Diana memang benar-benar mabuk... Yang bisa Ethan lakukan hanya terdiam memandang takjub Diana yang berani memukul kepala seorang pria yang tidak bersalah. Diana ingin memukul pria itu kembali namun langsung dihentikan 5 orang security yang entah datang dari mana. Dua orangnya menahan kedua tangan Diana yang tengah meronta-ronta ke belakang. Sedangkan sisanya membantu si pria yang masih jatuh terduduk untuk berdiri, memapahnya ke tempat yang lebih baik. Sedangkan Ethan hanya diam memperhatikan Diana yang sibuk memaki 2 security yang tengah membawanya ke luar bar. “Sial, jangan lari kau Jeremy! Aku akan mencincang tubuhmu dan aku akan menyimpan ereksi serta kedua bolamu sebagai hidangan penutup lalu memberikannya ke kucing tetanggaku!!!” jerit Diana sebelum menghilang dari bar. Ethan mengambil tas dengan warna senada baju Diana yang tergeletak di bawah sebelum menyusul wanita itu. Dapat di pastikan, wanita itu tidak akan mampu mengendarai kendaraan di antara sadar atau tidaknya. Sampai di luar, security tersebut melepaskan lengan Diana. “Pulanglah, Nona,” ujar yang berbadan gelap dengan datar. “Hei! Aku belum selesai membunuh Jeremy! Setidaknya aku harus memotong ereksinya supaya pria itu tidak dengan mudahnya menebar s****a!” Diana hendak memasuki bar langsung ditahan kembali. “Lebih baik kau pulang Nona sebelum aku membawamu ke kantor polisi,” ujar satunya lagi tidak kalah datar. “Benarkah? Sebelum kau membawaku ke sana, dapat kupastikan kau hanya menemukan jasadku. Karena setelah aku membunuhnya, aku akan menenggelamkan diri tanpa mengenakan busana di sungai amazon.” Kembali Diana ingin masuk membuat salah satu security mengangkat tubuh Diana seperti karung beras. Mereka hendak membawa wanita itu ke kantor polisi tapi terhenti saat Ethan menghalangi. “Dia bersamaku.” Dua orang tersebut yang sudah mengenal Ethan hanya mengangguk lalu menurunkan Diana. “Dia mabuk berat, Sir. Dia butuh aspirin dan tidur sekarang.” Ethan mengangguk. Setelah itu mereka meninggalkan Ethan dan Diana. “Jeremy? Kau-kah itu?” suara Diana membuat Ethan menoleh. Betapa pendeknya Diana jika wanita itu tidak memakai alat penunjang tinggi badan. Dapat dilihat dari cara Ethan harus menunduk dan Diana yang dengan luar biasanya mendongakkan kepala hanya untuk menatap Ethan. “Tidak. Aku Ethan, pemabuk.” Ethan memberikan tas milik Diana yang langsung disampirkan di bahu wanita itu. Diana memasang ekspresi terkejut berlebihan. “Ethan?! Oh Tuhan... Sudah lama kita tidak bertemu. Kau selalu ada jika Helena ada.” Diana memeluk pinggang Ethan dan tertawa. Ethan menyunggingkan senyuman. Salah satu hal yang ia sukai dari Diana, wanita itu suka memberi pelukan. Saat Ethan ingin membalas pelukan Diana, wanita itu sudah melepaskan pelukannya. Diana memicingkan matanya saat tak sengaja menatap ke samping, terdapat sebuah mobil yang mirip dengan mobil Jeremy membuat hatinya kembali memanas. Diana berjalan sedikit oleng. Sampai di mobil, yang Diana lakukan adalah memukul mobil tersebut dengan sandal kesayangannya hingga terdengar bunyi dari mobil tersebut. Dua security tadi langsung mendekat namun terhenti saat Ethan mengatakan ‘efek mabuk’. “Astaga...” desis Ethan berjalan menuju Diana dengan langkah lebar. Ia menarik Diana menjauh supaya tidak ada yang mengerumuninya lagi. “Jeremy sialan! Awas kau! Aku akan membunuhmu di padang pasir... Tidak, maksudku memberi racun di minumanmu!” jerit Diana sambil menendang-nendang tak karuan. “Berhentilah, kau merusak mobil orang!” Diana menoleh menatap Ethan tajam. “Jeremy?! Aku akan membunuhmu—” “Woah... Woah... Easy sugar... Aku Ethan. Ethan.” Diana menatap lekat Ethan sejenak sebelum mengangguk. Melihat Diana mulai tenang, Ethan langsung melepaskannya. “Aku ingin pipis,” ujar Diana yang tidak dihiraukan Ethan yang menganggapnya angin lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD