Peristiwa Tak Terduga

1516 Words
“Sayang, kapan pulang? Ada kejutan yang ingin aku berikan kepadamu,” ucap Laura menghubungi Alex dari sambungan ponselnya. Wajah wanita itu terlihat berbinar bahagia sambil menatap lembaran kertas putih yang ada di tangan, hasil pemeriksaan dokter yang menyatakan jika sekarang dirinya sedang berbadan dua. Rasanya sudah tidak sabar ingin memperlihatkan kertas putih itu pada suaminya yang hari ini dijadwalkan pulang setelah meeting di luar kota selama beberapa hari. “Sebentar lagi juga sampai rumah, ini aku baru saja keluar jalan tol. Kejutan apa yang ingin kamu berikan? Kenapa kedengarannya kamu sangat bahagia?” Alex merasa penasaran dengan kejutan yang sedang istrinya itu simpan. “Lihat sendiri saat tiba nanti, aku tidak sabar ingin memberikannya kepadamu,” goda Laura yang membuat Alex merasa semakin gemas. Andai bisa meminjam pintu ajaib milik Doraemon, laki-laki itu akan memakainya agar bisa segera bertemu dengan wanita yang sangat ia cintai. “Kamu membuatku sangat penasaran. Awas saja nanti kalau sudah sampai rumah aku tidak akan melepaskanmu begitu saja!” Perkataan Alex yang terdengar seperti alarm bahaya di telinga Laura. Wanita itu hanya tertawa mendengar ucapan suaminya. Hingga kemudian rasa bahagianya langsung lenyap ketika mendengar teriakan Alex dari ujung sambungan. “Pak, awaaas ...!” Suara teriakan Alex yang membuat jantung Laura berhenti seketika. Setelahnya hanya terdengar bunyi sambungan terputus dari saluran ponselnya. Tubuh Laura menegang dan wajahnya memucat sekarang. Teriakan Alex rasanya masih berdengung di telinga wanita itu. Perlahan diturunkan benda pipih yang sedari tadi ia tempelkan di telinga. Dengan perasaan tak menentu, Laura memberanikan diri melihat layar ponselnya yang kini sudah mati. Jemari lentik kembali menekan nomor ponsel milik suaminya, berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada pria yang sudah menemaninya selama beberapa bulan ini. Jantungnya memompa darah dengan sangat cepat, membuat irama detak yang tak tentu arah. Sama seperti tubuh mungil Laura yang kini gemetar, hingga kertas putih yang sedari tadi ia pegang kini terlepas dan jatuh ke lantai begitu saja. Ketika kini bukan lagi suara laki-laki yang sangat ia rindukan terdengar dari balik saluran ponselnya. Melainkan wanita cantik yang terus saja mengatakan jika nomor yang sedang ia hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. *** Sudah hampir satu jam sejak terakhir kali Laura berbicara dengan suaminya lewat sambungan telepon. Seharusnya saat ini mobil suaminya sudah masuk ke dalam halaman rumah mereka. Walau terjebak macet sekalipun, tidak mungkin jika Alex tidak memberinya kabar karena pria itu akan selalu mengatakan hal sekecil apa pun kepada istrinya. “Kenapa kamu belum sampai juga, Mas? Kamu membuatku cemas,” gumam Laura sambil memegangi dadanya yang berdebar kencang. Kedua manik indahnya terus menatap ke arah pintu keluar. Entah berapa kali juga ia melongok ke jendela untuk melihat apakah sudah ada mobil yang datang atau belum. Wanita itu hanya tinggal sendiri di rumah mewah berlantai dua. Setelah menikah, Alex memang langsung memboyong Laura untuk tinggal berdua di rumah baru yang sengaja ia beli sebagai hadiah pernikahan mereka. Hidup mandiri jauh dari campur tangan keluarga adalah hal yang sudah mereka sepakati bersama sebelum menikah. Alex sadar betul jika kedua orang tua dan saudaranya sangat menentang pernikahannya dengan Laura. Perbedaan kedudukan dan derajat menjadi faktor utama kebencian keluarga Alex memiliki menantu seperti Laura. Meski menantu pilihan putra keluarga itu adalah wanita yang cantik dan cerdas, tapi berasal dari keluarga biasa dan sebatang kara membuat jurang perbedaan di antara mereka terlalu jauh. Keluarga Alex tentu saja menginginkan seorang menantu dari kalangan terhormat yang sepadan dengan mereka. Kesederhanaan sama sekali tidak menyurutkan semangat wanita itu untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Alex yang menjadi klien di bank tempat Laura bekerja. Demi menuruti kemauan suaminya setelah menikah empat bulan yang lalu, Laura memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus ingin menjadi istri yang baik bagi Alex yang seorang CEO perusahaan besar. “Kenapa ponselmu tidak dapat dihubungi? Apa sebenarnya yang sudah terjadi?” Laura bergerak gelisah, beberapa kali mencoba menghubungi nomor ponsel suaminya tapi jawaban yang sama selalu ia dapatkan. Membuatnya merasa semakin khawatir dan ketakutan. Hingga dering telepon rumah yang ada di samping tempatnya duduk berbunyi nyaring. Laura terperanjat kaget karena tidak fokus sejak tadi. Dengan perasaan cemas ia mengangkat gagang telepon dan segera meletakkan di samping telinga. “Halo, selamat pagi,” sapa Laura karena sekarang ini masih pukul 9 pagi. “Selamat pagi! Bisa bicara dengan Nyonya Laura Atmaja?” tanya seorang pria yang terdengar sangat tegas terdengar dari ujung panggilan. Membuat alis Laura bertaut. Dalam hati bertanya, kenapa ada pria yang mencari dirinya? Tapi wanita itu segera menepis pertanyaan yang sangat mengganggu dan memilih fokus pada teleponnya. “Ya, saya Laura Atmaja.” Jawab Laura tegas. “Saya dari kepolisian ingin mengabarkan jika saat ini Tuan Alex Atmaja baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas. Dan saat ini sedang berada di rumah sakit pusat untuk mendapatkan perawatan,” terang pria yang mengaku sebagai seorang polisi itu. Gagang telepon yang sejak tadi Laura pegang, langsung terlepas dan jatuh ke lantai. Bersamaan juga dengan luruhnya butiran bening yang kini deras mengalir dari sudut matanya yang indah. Rasanya begitu hancur mendapati kenyataan jika laki-laki yang ia panggil suami itu baru saja mengalami kecelakaan ketika masih melakukan panggilan telepon dengan dirinya. Tak ingin membuang waktu lebih lama, Laura segera berlari ke lantai atas. Mengambil tas dan jaket dari dalam kamar. Dengan menggunakan taksi wanita itu segera pergi ke rumah sakit pusat, seperti yang polisi itu kabarkan demi segera mengetahui bagaimana kondisi Alex. *** Jalanan ibu kota tidak begitu macet hari ini, hingga Laura bisa secepatnya sampai di rumah sakit tempat suaminya dirawat. Setelah membayar taksi yang ia pakai tadi, Laura berlari masuk ke lobi depan rumah sakit. Langsung menuju bagian informasi untuk menanyakan tentang keberadaan korban kecelakaan yang baru saja masuk pagi ini. “Selamat pagi! Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang petugas dengan ramah. “Maaf, saya mau menanyakan tentang korban kecelakaan yang masuk pagi ini, bagaimana kondisinya? Dan di mana saya bisa melihatnya?" tanya Laura dengan perasaan tak menentu. Perawat itu menatap wajah Laura yang terlihat cemas. “Memang ada korban kecelakaan yang masuk ke rumah sakit kami pagi ini. Jika boleh tahu, Nona ini siapanya ya?” Perawat menanyakan identitas Laura sebelum bisa memberikan keterangan tentang pasien yang mereka rawat. “Saya istri dari Alex Atmaja. Tadi dari pihak Kepolisian menghubungi saya dan mengatakan jika suami saya dirawat di sini,” terang Laura dengan air mata yang meleleh. Beberapa kali wanita itu mengusap bawah matanya yang basah dengan punggung tangan. “Oh, tunggu sebentar. Saya akan memeriksa datanya dulu.” Perawat itu segera melihat data tentang pasien yang masuk pagi tadi. Laura terlihat tidak sabar ketika harus menunggu perawat itu memeriksa data di dalam komputer. “Pasien atas nama Tuan Alex Raditya Atmaja, korban kecelakaan yang masuk pagi tadi pukul 8 kurang. Dan sekarang sedang mendapat tindakan darurat di ruang operasi.” Perawat itu membacakan informasi yang tertera di layar komputer. Mendengar jika suaminya memang benar menjadi korban kecelakaan tentu saja membuat tubuh Laura lemas seketika. Wanita itu berpegangan pada pinggiran meja untuk menopang tubuhnya. Beberapa kali terlihat menghela nafas panjang untuk membuat dirinya lebih tenang. “Nona tidak apa-apa?” tanya perawat yang kuatir saat melihat kondisi Laura. Wanita itu menggeleng pelan, berusaha menguatkan diri sendiri dan kembali berdiri tegak. “Di mana saya bisa melihat suami saya?” tanyanya dengan suara lemah. “Ruang operasi. Nona silakan ikuti tanda informasi di atas!” seru perawat itu sambil menunjuk papan informasi ruangan yang tergantung di atas langit-langit ruangan. Setelah mengucapkan terima kasih, gadis itu segera pergi menuju ruangan yang sesuai dengan informasi yang ia dapat. Air mata Laura sudah tak mampu lagi dibendung. Meski berulang kali wanita itu sudah mengusapnya dengan punggung tangan, tapi masih saja butir bening itu terus mengalir. Wanita mana yang tidak akan merasa sedih ketika mendengar jika orang yang ia cintai saat ini tengah berjuang di meja operasi. Tindakan darurat yang harus segera diambil mengingat pria itu sudah mengalami benturan keras di kepala hingga menimbulkan gumpalan darah yang harus segera diambil sebelum menyumbat pembuluh darah di otaknya. “Ya Tuhan, semoga Engkau beri perlindungan bagi suamiku!" Dalam hati terus berdoa, semoga sang suami diberikan keselamatan dan tidak mengalami cedera serius yang dapat membahayakan dirinya. Kaki berjalan cepat, Laura menyusuri koridor rumah sakit. Karena perasaan cemas yang memenuhi seluruh pikirannya, membuat wanita itu beberapa kali bertabrakan dengan orang yang berpapasan dengannya saat berjalan di koridor rumah sakit. Hingga langkahnya kini mulai melambat ketika tatapan terarah pada ruangan yang ada di ujung lorong, bertuliskan ruang operasi di atas pintu. Laura berjalan pelan dan terus mendekat. Pandangannya tak pernah pindah, terus memperhatikan pintu ruangan yang masih tertutup serta lampu di atas pintu yang masih menyala merah. Membuatnya lupa dengan beberapa orang yang sejak tadi sudah berada di depan ruang operasi. Ratih-ibu mertuanya- dan Sandra-kakak ipar- terlihat berpelukan sambil duduk di bangku depan ruangan itu. Sedang ayah mertuanya berdiri dan berbincang dengan Adrian -orang yang menjadi tangan kanan Alex selama ini. Kedatangan Laura tentu saja membuat perhatian semua orang yang ada di depan ruangan itu langsung terpusat kepadanya. Pandangan penuh kebencian yang rasanya begitu menusuk jantung. “Mau apa wanita sialan itu datang ke sini?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD