Prolog

795 Words
Langkah Anna membawanya ke sebuah ruang kelas dimana itu adalah tempat Anna mengajar. Keningnya mengerut melihat kondisi kelas yang masih sepi, bahkan satu atau dua muridnya tidak ada, "Dimana mereka?" beo Anna seraya melirik jam tangan yang ada di pergelangan kirinya. Tidak biasa kelas masih kosong, apalagi jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Dor! Dor! Tiba-tiba terdengar suara balon meletus sontak membuat Anna menjengkit kaget, "Selamat ulang tahun Mrs. Anna!" teriak anak-anak didiknya yang muncul dari bawah bangku miliknya masing-masing. Anna menutup mulutnya tidak percaya, dia saja lupa dengan hari lahirnya, "Terima kasih." ucap Anna sambil menyunggingkan senyum merekah. Leticia salah satu muridnya menarik tangan Anna untuk bergabung bersama teman-teman yang lain. Ia meminta Anna untuk meniup kue ulang tahun yang ada di atas meja. Entah Ana tidak melihat siapa yang membawa kue tersebut. "Jangan lupa wishnya Mrs," peringat Matthew. Anna mengangguk, lalu menautkan kedua tangannya dengan memejamkan mata kemudian ia berdoa. Setelah itu ia memeluk satu persatu muridnya dan ia lanjutkan untuk memotong kue dan memakannya bersama-sama, "Wah enak sekali, siapa yang membuatkan kue ini?" tanya Anna. "Ibu Delon Mrs," jawab Patricia. "Delon, bilang ibumu terima kasih ya. Kuenya sangat enak," ujar Anna. Delon mengangguk semangat, "Iya Mrs nanti Delon sampaikan." Anna mengusap kepala Delon gemas. Jiwa Anna selalu menghangat kala bersama para anak kecil seperti ini. Rasa sayangnya terhadap anak kecil membuat Anna memilih untuk menjadi guru di sekolah dasar. Meski ia tau, gajinya tidak terlalu seberapa tetapi cukup untuk membuat hati Anna selalu senang. "Baiklah sekarang lanjut belajar seperti biasanya ya?" ujar Anna. "Iya Mrs Anna!" jawab mereka semua kompak. Anna Rosalina seorang tenaga pengajar di sebuah sekolah dasar. Dia bukan dari golongan warga biasa sebenarnya. Anna adalah anak dari seorang konglomerat yang bernama Gideon Efendi, pemilik bisnis ekspor impor sukses. Hidup Anna sangat berkecukupan, namun kecintaannya terhadap anak-anak kecil yang membuat Anna tetap keukeuh dengan pendirian yang wanita itu buat. Sedangkan sang ibu, sudah tiada sejak dirinya duduk di bangku kuliah. *** Cuaca siang ini cukup terik, panasnya sampai terasa menembus ke permukaan kulit. Sesekali Anna mengelap keringat yang mulai merembes ke sebagian wajahnya. Wanita itu sudah pulang sekarang namun Anna masih berada di jalan terjebak macet. Tidak ada yang bisa Anna lakukan selain bersabar, sepertinya di depan terjadi sebuah kecelakaan. Terlihat beberapa mobil ambulance yang datang. Hanphone Anna yang berada di dashboard mobil bergetar, menampilkan kontak sang daddy di layar. Anna mengambilnya lalu mengangkatnya, "An ada di mana?" "Anna masih berada di jalan Dad, ada apa?" tidak biasanya Gideon menanyakan keberadaan dirinya saat tengah bekerja. "Tidak, Dad hanya bertanya. Kalau begitu Dad akan tunggu di rumah," "Baiklah Dad," Tut.. Sambungan terputus secara sepihak. Anna mengeryitkan keningnya sekaligus heran, tidak biasanya Gideon bertingkah seperti ini. Anna mulai bertanya-tanya ada apa? Apa ada yang tidak beres dengan sang papa? Sial! Anna ingin cepat-cepat sampai rumah saja sekarang. Lamunan Anna buyar karena getaran dari handphonenya, kali ini bukan dari Gideo melainkan dari Gisela yang merupakan sahabat Anna. "Halo Annn!" soraknya dengan nada bicara yang terdengar sangat amat bahagia. "Ada apa?" sahut Anna sedikit malas. Teriakan Gisela membuat telinga Anna terasa pengang. "Kau tau tidak-" "Tidak!" potong Anna. Gisela menghela nafas panjang, "Dengarkan dulu bodoh!" "Ya cepatlah!" "Kau ada dimana sekarang? Kenapa terdengar banyak sekali suara klakson? Apa kau masih di jalan An? Ah tapi itu tidak penting! Aku membawa berita baik Annnnn!" cerita Gisela menggebu-nggebu. "Rafael melamarku!" ujarnya di akhir kalimat. Anna yang awalnya mendengarkan cerita Gisela tanpa minat mendadak memekik terkejut atas berita Gisela, "Rafael melamarmu?" "Iya dia melamarku Ann!" "Kau terima?" pertanyaan bodoh macam apa itu, sebelum Gisela menjawab Anna sudah pasti tau apa jawabannya. "Jelas bodoh!" hardiknya. "Maafkan aku, aku terlalu ikut bersemangat mendengarnya! Pokoknya nanti aku harus kau libatkan untuk acara engagementmu itu!" "Ya, pasti. Dan satu lagi!" "Apa?" sahut Anna. "Selamat ulang tahun An! Tahun ini kau harus menikah!" ujarnya di akhiri dengan kekehan yang terdengar menyebalkan di telinga Anna. Anna memutar bola matanya malas, "Kau pikir mencari jodoh gampang haa?" "Nanti pulang kau akan dapat jodoh An," gurau Gisela dengan tertawa. Tak tau saja dia, mencari jodoh di jaman sekarang sangat amat susah. Anna merasakannya, "Diam lah!" Anna muak mendengar Gisela dan juga Gideon yang terus menanyakan siapa calonnya. Padahal hingga detik ini Anna tidak sedang dekat dengan siapapun. Menikah itu bukan perkara yang sulit, asal ada calon pasangannya. "Makanya jangan sendiri terus An," nasihat Gisela. Yang Anna butuhkan bukan nasihat, tapi calon, "Ya nanti akan ku cari dan ku nikahi duda kaya raya!" sahut Anna asal. "Aamiin Ya Tuhan!" "Sudahlah aku harus pulang sekarang, dah sampai nanti!" tanpa menunggu jawaban Gisela, ia menutup panggilannya secara sepihak. Anna memukul pelan kemudinya lalu menatap ke luar jendela. Ah semesta kurang adil menurut Anna, ini hari ulang tahunnya tapi kenapa Gisela yang mendapatkan kejutan tak terduga. Masalahnya Anna juga mau.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD