Di Kamar Apartemen

1171 Words
Di kamar apartemen yang cukup luas menjadi tempat persinggahan Renata semalam. Cahaya matahari menembus tirai putih yang baru saja dibuka oleh seorang pria yang sudah siap dengan setelan kerjanya. Semalam mereka hanya berbagi cerita sepanjang malam sampai Renata tidur di ranjang yang sama dengan Denis—pemilik apartemen yang menjadi tempat dirinya menyelamatkan diri dari penculikan yang ada kaitannya dengan Damian. Pria itu mengancingkan kancing yang ada dipergelangan tangannya kemudian berdiri di depan cermin memastikan bahwa dia memang benar-benar rapi. Beruntungnya saat ini dia diperbolehkan untuk tinggal di sini selama beberapa saat. Renata bangun karena sedikit merasa pusing akibat bius semalam itu masih membuat kepalanya sangat sakit dan berdenyut dibagian tertentu. "Kamu punya keluarga? Atau teman yang bisa aku hubungi?" Denis menatapnya dari pantulan cermin yang memantulkan diri mereka yang ada di kamar luas itu. Di depannya memang ada cermin besar berukuran seratus dua puluh sentimeter dengan panjang seratus sembilan puluh sentimeter. Cermin yang sengaja di tempatkan di sana oleh pria yang sedang sibuk dengan penampilannya sekarang ini. Renata mencoba mengingat-ingat kembali siapa yang mau dihubungi, sepertinya tidak ada yang bisa diandalkan lagi dari keluarganya. Dia menarik sedikit selimut tebal sampai menutupi bagian pahanya dengan sempurna walaupun dia masih mengenakan pakaian yang semalam digunakan ketika kabur. "Tidak ada," "Kamu yakin?" Denis berbalik menatap Renata yang nampak murung di atas ranjang dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Renata memang tampak menyedihkan ketika mengingat bahwa hidupnya sudah tidak ada artinya lagi karena tidak punya siapa-siapa yang bisa diandalkan. Pernikahannya dengan Damian juga demi keuntungan keluarga semata. "Aku pergi, mungkin dua atau tiga hari," suara parau khas ketika orang baru saja bangun dari tidurnya. "Aku nggak mau repotin kamu," Denis tidak merasa terbebani. Walaupun dia tidak tahu sama sekali mengenai Renata, tapi dia ikhlas membantu Renata setelah mendengar kabar buruk mengenai penculikan di hari pernikahan gadis itu. Tatapan gadis itu sepertinya memang masih sedih perihal yang kemarin. "Sebenarnya aku tidak bisa membiarkan seorang perempuan berada di dalam kamarku. Tapi aku tidak bisa mengeluarkan kamu dari sini. Artinya aku cari mati saat mengeluarkan kamu dari apartemen yang sedang kamu tempati ini," Denis punya masalah besar. Yang dia hadapi kali ini adalah penculikan seorang gadis. Seandainya dia membawa Renata. Sudah dipastikan kamar sebelah yang menjadi tempat Renata disekap semalam. "Kamu di sini aja!" Renata merasa dirinya diselamatkan oleh pria yang begitu tampan, tidak ada kekurangan sedikitpun. Sangat tampan bahkan mustahil jika pria yang sudah membantunya ini tidak  memiliki pacar. "Bagaimana kalau kekasihmu datang?" Tatapan Denis mengangkat sebelah alisnya ketika gadis yang ada di atas ranjang besarnya menanyakan mengenai seorang kekasih. Denis tidak punya kekasih, dia memang belum ada niat mencari kekasih karena harus menebus janjinya pada seorang gadis kecil dulu yang pernah dia temui saat berada di taman kompleks. Terdengar lucu adalah ketika seorang pria tampan dengan kesuksesannya yang sudah tidak diragukan lagi. Janji sekecil apa pun itu harus ditepati, maka dia memegang teguh mengenai janjinya pada seorang gadis yang dulu pernah dia temui. Gadis yang terlihat sangat lucu, mengingat masa kecilnya dipenuhi dengan hiburan saat orang tuanya bercerai. Denis juga sebenarnya sedang mencari gadis itu sampai sekarang. Tapi belum ditemukan karena yang dia ingat adalah nama dan juga ada bekas luka yang ada dipunggung gadis yang dijuluki pengantin ciliknya. Di dalam kamar mandi terdengar suara gemercik air yang mungkin berasal dari keran yang masih belum ditutup dengan sempurna. Suara hening mereka berdua tidak ada yang saling sahut satu sama lain. Denis yang melangkah menuju kamar mandi setelah fokus mendengar suara barusan. Di ujung bath up ada sebuah keran yang masih menyala yang berasal dari air panas yang ada di kamar mandi itu. Dengan langkah yang sedikit lebih cepat ketika dia mendengar suara pintu diketuk. Denis melangkah melewati ranjang yang di mana di sana ada Renata yang masih duduk seperti posisi semula sampai Denis membuka pintu kamar dan menemukan ada petugas delivery yang mengantarkan sarapan untuk mereka berdua. Ia memang tidak sempat untuk masak setiap pagi. Karena menghargai adanya Renata yang ada di kamar ini membuat Denis memesan sarapan. Biasanya dia akan menghabiskan waktunya berada di dalam ruangan kerjanya di kantor. Sarapan juga di sana, kadang dia membeli sarapan di jalan dan makan di kantor. "Terima kasih, Pak," kata Denis lalu petugas itu pun pergi meninggalkan gedung apartemen tempat Denis tinggal. Dia masuk untuk mengambil piring untuk menyediakan sarapan itu untuk Renata. Ada menu sarapan lasagna yang dia sediakan karena makanan itu sangat cocok dikonsumsi pagi hari dan sarapan sehat memang sangat baik untuk Renata yang mungkin dari semalam tidak makan karena di sekap di kamar sebelah. Seusai menyediakan sarapan yang sudah tersaji di atas meja makan. Denis memasukkan bungkus lasagna itu ke dalam kantonng plastiklalu memasukkannya ke dalam tong sampah yang ada di dekat pintu dapur. Sejenak dia melihat ke arah jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Tak apa terlambat sedikit dibandingkan dia membiarkan gadis yang ada di dalam kamarnya ini mati kelaparan karena dia buat sampai seperti sekarang. Sebelum masuk ke dalam lagi, Denis sempat menoleh ke arah kiri dan melihat ada beberapa orang yang menunggu di depan pintu kamar tempat Renata disekap semalam. Denis sudah menyediakan dua gelas s**u rasa vanila. Usai menyiapkan semuanya dia memanggil Renata di dalam kamar. Sekalipun baru kenal semalam, tapi rasanya Denis yakin kalau sebenarnya Renata adalah gadis yang baik. Tangan kirinya sudah memegang gagang pintu dan siap menekannya untuk membuka, Renata justru keluar dan berada dihadapannya. "Kamu sarapan dulu! Dari kemarin kamu belum makan," kata Denis menunjukkan perhatiannya sedikit kepada gadis itu. Renata merasa sedikit diperhatikan oleh Denis karena disiapkan sarapan juga oleh pria yang kurang dari dua puluh empat jam dikenalnya ini. menganggap Denis adalah pria baik yang tidak bersikap kurang ajar dan melaporkannya pada penjaga yang ada disebelah kamar tempatnya kali ini. Saat mereka berdua sedang sarapan. Tatapan Denis tertuju pada Renata yang makan dengan sangat lahap. "Kamu sejak kapan nggak makan?" "Kemarin, sarapan aja," terus disuruh nggak usah makan karena takut gaunnya nggak muat kalau perutnya kenyang," jelas Renata. Hampir seharian Renata tidak makan. Itu artinya memang gadis yang ada di depan Denis ini disiksa di hari pernikahannya. Bukan hanya oleh calonnya saja, tapi juga mengenai makan pun sangat dibatasi oleh orang sana. Ia mendorong piring yang ada di depannya itu. "Kamu habisin semuanya!" Renata mengunyah dengan pelan karena merasa mengganggu Denis makan. "Kamu sendiri?" Pria itu tak berekspresi apa pun. "Kamu makan saja! Saya bisa makan di kantor nanti. Kamu kelaparan banget soalnya," Selain melihat Renata yang seperti orang tidak pernah makan. Denis juga melihat ada bekas luka dipergelangan tangannya Renata. Sadar dengan tatapan Denis yang menatap tangannya terlalu lama. Renata menarik tangannya lalu menurunkannya. "Kamu diikat?" Gadis itu mengangguk, "Iya, diikat pakai tali yang buat tangan aku sampai sakit seperti sekarang ini," "Tubuh kamu?" suara Denis seperti berat menanyakan perihal yang jauh lagi. dia memang tidak pernah ikut campur pada urusan orang lain. "Apa nggak ada yang luka?" Renata meraba tubuhnya, dia merasa sakit pada punggungnya. "Punggung aku berdarah," Denis geram, penyiksaan yang dilakukan kepada Renata ini sudah sangat keterlaluan. "Kamu nggak ada keluarga sama sekali yang bisa dimintai tolong?" Renata menggelengkan kepalanya pelan. Dia merasa bahwa ini memang sangat keterlaluan. Tapi jika dia mengadu kepada ayahnya itu sudah percuma. Ayahnya kalah oleh ibu tirinya, sedangkan ibu kandung? Renata tidak tahu lagi perempuan yang disebut dengan Ibu itu berada di mana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD